Ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan ekspor ini juga dialami pengusaha kopi luwak lain di Lampung Barat. Banyak faktor yang menyebabkan terbatasnya kemampuan produksi kopi luwak, salah satu diantaranya adalah soal pemeliharaan luwak. Selain perizinan yang tergolong susah, ketersediaan luwak di alam juga terbatas dan tidak bisa diambil sembarangan sehingga masih belum memungkinkan untuk dibuat peternakan luwak skala besar. Jadi meskipun di Lampung Barat ada cukup banyak peternak luwak dan hasil perkebunan kopi mencapai puluhan ribu ton setahun namun produksi kopi luwak tetap terbatas. Pada tahun 2014, produksi kopi luwak di Lampung Barat yang tercatat hanya sekitar 13 ton.
Potensi ekspor yang begitu besar tidak dapat diimbangi dengan kemampuan produksi yang terbatas. Kunci dari produktivitas kopi luwak adalah hewan luwak itu sendiri. Keberadaan luwak yang terbatas serta sulitnya mendapat izin pemeliharaan merupakan kendala yang sudah tidak bisa diganggu gugat. Luwak bukanlah mesin yang dapat dipaksa untuk meningkatkan produktivitasnya. Secara alami pun sebenarnya luwak sudah memiliki produktivitas yang tinggi. Dalam semalam, luwak bisa menghasilkan biji kopi sepersepuluh dari berat tubuhnya. Untung saja luwak selalu rakus, coba kalau luwaknya mogok makan menuntut upah/fasilitas yang lebih layak. Keberadaan kopi luwak pasti akan terancam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H