Debat ke tiga para Capres yang akan berlaga pada 14 Februari mendatang berjalan seru, alot dan panas! Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar Debat Ketiga Calon Presiden Peserta Pemilu Tahun 2024 dengan tema "Pertahanan, Keamanan, Internasional, Globalisasi, Geopolitik dan Politik Luar Negeri", di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024).
Dari awal debat terlihat paslon nomor 3 begitu antusias memancing emosi paslon 2, sesekali menyerang dan menyindir paslon 2 dengan pernyataan yang menusuk. Bahkan terkesan memojokan. Paslon 2 yang awalnya tenang akhirnya terpancing juga, dan keluarlah pernyataan yang viral, "omon-omon".
Paslon 3 yang awalnya cukup tenang bahkan terkesan cukup mendengar penyampaian Paslon 2, namun di pertengahan segmen debat sampai segmen akhir justru memanfaatkan situasi dengan ikut menyerang Paslon 2 yang awalnya terlihat ingin membangun komunikasi dengan Paslon 3.
Akhirnya ya itu tadi, debat berjalan tidak imbang, Paslon 2 di serang dan dicecar Paslon 1 dan Paslon 3. Seperti bersepakat mengambil moment untuk memojokan Paslon 2. Bahkan sampai debat usai dan masuk di sesi jumpa pers masih tetap bertahan membangun opini memojokkan Paslon 2.
Sementara Paslon 2 pada sesi jumpa pers masih menunjukkan sikap kecewa dan tidak nyaman dengan suasana debat yang sudah selesai. Suasana dan hasil debat akhirnya memunculkan banyak penilaian dan tanggapan, ada yang pro ada yang kontra, semua menjadi pengamat dadakan dengan argumen masing-masing. Dan perdebatan pun berlangsung diantara para pendukung, di warung-warung kopi pinggiran yang dihembus angin sampai warung kopi yang dihembus pendingin ruangan, debat di medsos jangan ditanya lagi, lebih panas dari debat para Capres itu sendiri.
Bagaimana etika para Capres dalam debat tersebut? Yang selalu berbicara tentang etika seorang pemimpin?
Disini ketika melihat soal etika tentu ini berkait dengan persoalan usia, senioritas dan juga hubungan sosial diantara para Capres yang sedang berusaha tampil sebagai yang terbaik untuk meraih simpati rakyat.
Diantara para Capres, maka Paslon 2 (Prabowo) adalah yang paling tua dan juga paling senior, baik dalam dunia politik ataupun dunia pemerintahan dibanding Paslon 1 (Anies Baswedan) dan Paslon 3 (Ganjar Pranowo). Secara politik Anies dan Ganjar juga berada dibawah Prabowo. Artinya Prabowo sudah berkiprah lebih lama dibanding Anies dan Ganjar. Prabowo juga seorang ketua partai politik sementara Anies dan Ganjar hanya pengikut partai politik, artinya dalam skala partai politik mereka baru sebatas orang biasa yang belum punya kiprah dan fungsi.
Di sisi lain, dilihat dari hubungan sosial maupun hubungan politik, kedua Capres Anies dan Ganjar punya keterkaitan dengan Prabowo, terutama Anies. Paska lepas dari kelompok Jokowi setelah dipecat sebagai menteri oleh Jokowi, Anies merapat ke Prabowo. Dan endingnya Anies diusung oleh Prabowo sebagai Gubernur DKI, dilihat pada saat itu betapa Prabowo sangat pasang badan terhadap Anies, bahkan mengorbankan Ahok yang pernah menjadi anggota partainya Prabowo. Segala upaya dilakukan oleh Prabowo demi Anies, bahkan harus berhadapan dengan kubu penguasa ketika itu.
Akan halnya Ganjar, walaupun tidak punya kaitan secara langsung dengan Prabowo, namun saat Ganjar menjadi Gubernur Jawa Tengah, Prabowo adalah seorang Mentri Pertahanan di kabinet Jolowi. Dan Ganjar adalah Gubernur dimasa pemerintahan Jolowi. Secara jabatan tentu Ganjar berada dibawah Prabowo. Karena berada dibawah pemerintahan yang sama, yakni Jokowi. Di beberapa kesempatan terlihat betapa Ganjar (ketika itu) sangat hormat dan santun terhadap Prabowo. Bahkan digadang-gadang mereka akan berpasangan pada Pilpres 2024.
Namun saat berada pada posisi yang sama sebagai Capres dari kelompok yang berbeda, disni terlihat mereka tidak lagi mengingat kebersamaan yang telah terbentuk dan terjalin sekian lama. Ini bisa dilihat dari debat pertama sampai debat ke tiga. Betapa Anies dan Ganjar selalu membangun narasi yang menyerang dan menyudutkan Prabowo, terlepas dari apapun pesanan dan arahan dari partai pengusung dan pendukung mereka. Yang ternyata partai pengusung mereka pun adalah partai yang sama-sama berada dilingkaran yang sama juga dengan Prabowo.
Betapa dari beberapa kali debat capres terlihat Ganjar, terutama Anies selalu membangun narasi yang memancing emosional Prabowo. Apalagi debat ke tiga kemaren, jelas terlihat tak ada lagi penghormatan dan penghargaan terhadap Prabowo. Dari gaya bahasa dan gestur jelas terlihat ada sikap jumawa dari paslon 1 dan 3 terhadap Prabowo, sosok yang pernah dekat dengan mereka. Ada niat untuk menjatuhkan. Sekaligus ingin mengalahkan, sehingga debat yang harusnya adu gagasan, program dan visi misi terhadap persoalan kebangsaan berubah menjadi ajang mencari kesalahan dan kelemahan. Ini tentu bukan sebuah hal yang bagus dari mereka yang pernah bersama-sama menjalankan pemerintahan.
Wajar saja Prabowo menyampaikan rasa kecewa karena dipojokan oleh orang-orang pernah dia bina, yang pernah sangat dekat denganya. Orang-orang yang selalu bicara etika sebagai seorang pemimpin!.
Soal etika inilah yang harusnya menjadi perhatian bagi masyarakat, ketika seseorang bicara etika, namun dari penerapan justru jauh panggang dari api. Persetan dengan etika, yang penting bisa berkuasa, persetan dengan penghormatan, tokh sekarang berada diposisi yang sama sebagai sesama Capres.
Dan pertunjukan inilah yang ditampilkan kepada masyarakat, soal etika dari mereka yang rendah etika.
Penulis ;
Penggiat Sosial dan Pemerhati lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H