Namun saat berada pada posisi yang sama sebagai Capres dari kelompok yang berbeda, disni terlihat mereka tidak lagi mengingat kebersamaan yang telah terbentuk dan terjalin sekian lama. Ini bisa dilihat dari debat pertama sampai debat ke tiga. Betapa Anies dan Ganjar selalu membangun narasi yang menyerang dan menyudutkan Prabowo, terlepas dari apapun pesanan dan arahan dari partai pengusung dan pendukung mereka. Yang ternyata partai pengusung mereka pun adalah partai yang sama-sama berada dilingkaran yang sama juga dengan Prabowo.
Betapa dari beberapa kali debat capres terlihat Ganjar, terutama Anies selalu membangun narasi yang memancing emosional Prabowo. Apalagi debat ke tiga kemaren, jelas terlihat tak ada lagi penghormatan dan penghargaan terhadap Prabowo. Dari gaya bahasa dan gestur jelas terlihat ada sikap jumawa dari paslon 1 dan 3 terhadap Prabowo, sosok yang pernah dekat dengan mereka. Ada niat untuk menjatuhkan. Sekaligus ingin mengalahkan, sehingga debat yang harusnya adu gagasan, program dan visi misi terhadap persoalan kebangsaan berubah menjadi ajang mencari kesalahan dan kelemahan. Ini tentu bukan sebuah hal yang bagus dari mereka yang pernah bersama-sama menjalankan pemerintahan.
Wajar saja Prabowo menyampaikan rasa kecewa karena dipojokan oleh orang-orang pernah dia bina, yang pernah sangat dekat denganya. Orang-orang yang selalu bicara etika sebagai seorang pemimpin!.
Soal etika inilah yang harusnya menjadi perhatian bagi masyarakat, ketika seseorang bicara etika, namun dari penerapan justru jauh panggang dari api. Persetan dengan etika, yang penting bisa berkuasa, persetan dengan penghormatan, tokh sekarang berada diposisi yang sama sebagai sesama Capres.
Dan pertunjukan inilah yang ditampilkan kepada masyarakat, soal etika dari mereka yang rendah etika.
Penulis ;
Penggiat Sosial dan Pemerhati lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H