Mohon tunggu...
Dodi Putra Tanjung
Dodi Putra Tanjung Mohon Tunggu... Relawan - Penggiat Sosial

Penggiat Sosial, Relawan dan Pemerhati Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Remaja: Hilang Ragu

24 Desember 2023   21:44 Diperbarui: 24 Desember 2023   23:03 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          "Hei! Mana uangmu, hah! Serahkan semua uangmu!", teriak salah satu preman.

          "Aku tidak punya uang lagi, Bang",ujar Raihan sembari memohon kepada preman itu.

          "Halah! Kau tak kenal siapa aku? Aku adalah penguasa pasar ini!" ucap preman itu. Preman tadi memberi perintah pada anggotanya. Mereka memukuli Raihan dan meninggalkannya begitu saja, dengan muka yang lebam dan pelipis yang berdarah, serta darah segar yang mengalir dari mulutnya.

          Waktu subuh lebih kurang sekitar seperempat jam lagi. Satu persatu umat muslim pergi ke masjid untuk melaksanakan kewajibannya. Salah seorang ustadz terkenal di kota itu juga berjalan menuju masjid berwarna hijau tadi untuk melaksanakan pengajian. Sampai ketika dia melihat seseorang tergeletak di dekat masjid, lelaki berusia sekitar 30 tahun itu berlari untuk menolongnya.

          "Astaghfirullah!", seru pemuka agama tersebut. Lelaki itu memanggli orang yang ada disekitarnya untuk membwa Raihan ke rumah sakit terdekat. Raihan langsung dirawat di rumah sakit tersebut. Beberapa menit kemudian, Raihan tersadar dari pingsannya. Ustadz yang membawanya ke rumah sakit masuk ke kamar tempat Raihan dirawat.

          "Siapa namamu,Nak? ApaYang terjadi padamu?", ustadz itu bertanya dengan lembut.

          Raihan mulai menceritakan apa yang dialaminya sepanjang malam ini. Dari ketika dia membanting kaca di rumahnya, sampai saat tubuhnya tergeletak di dekat masjid. Ustadz tersebut mendengarkan dengan rasa iba, setelah selesai bercerita, ustadz tadi memberinya nasihat.

          Apakah kamu merasa dunia tidak adil padamu? Sedangkan kamu tidak adil pada duniamu. Ketika kamu mendapat sesuatu, kamu tidak dapat menginginkan yang lain. Kamu perlu mensyukuri apa yang kamu miliki. Kita memang dapat merencanakan sesuatu. Namun,sebagus apapun rencanamu, tetap Tuhan Yang Maha Menentukan. Aku tidak mengenalmu, tapi matamu tidak berbohong. Ikutilah jalan hati nuranimu, itulah yang terbaik", ustadz tersebut mengakhiri kalimatnya. 

           Raihan mulai menangis, mengngat kesalahannya kepada orangtuanya. Waktu subuh semakin dekat. Ustadz tersebut izin pamit untuk mendirikan shalat ke masjd hijau tempat dia akan melaksanakan pengajian.

          Raihan bangkit dari tempat tidurnya setelah ustadz tadi pergi, lalu berjalan menuju kamar mandi. Dia mulai membersihkan tubuhnya dan berwudhu. Setelah selesai, dia mengambil sajadah yang ada di sudut ruangan, lalu mulai berdiri, menunduk dan sujud di akhir shalat. Pemuda itu kemudian berdoa, memohon ampun atas dosa-dosanya yang telah berlalu. Tepat ketika dia ingin bangkit dari sujud, nyawanya dicabut dari tubuhnya yang mulai kaku. Ruhnya kembali kepada Tuhannya dalam keadaan suci, dalam keadaan husnul khatimah.

          Sebelum nyawa dipanggil Tuhan, bertobatlah sebelum terlambat. Sucikan hati dari dosa dan kesalahan, agar tidak menyesal di akhir nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun