Mohon tunggu...
Dodi Putra Tanjung
Dodi Putra Tanjung Mohon Tunggu... Relawan - Penggiat Sosial

Penggiat Sosial, Relawan dan Pemerhati Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Remaja: Hilang Ragu

24 Desember 2023   21:44 Diperbarui: 24 Desember 2023   23:03 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar : Galeri Dodi Putra Tanjung

          Ibunya yang masih sedih melihat perbuatan anaknya tersentak mendengar perkataan suaminya tadi. Perasaan kesal, sesal, sedih, marah, iba bercampur aduk dalam hati Raihan, terutama sekali ketika melihat ibunya, dia merasa iba. Jika saja tidak ada keegoisan dan kesombongan dalam hatinya, pasti dia akan memeluk ibunya dan meminta maaf. Namun sepertinya itu tidak akan terjadi.

          Raihan berjalan menuju kamarnya yang kecil. Dia mengambil tasnya yang lusuh didekat kasurnya yang juga lusuh, dan mengambil pakaian, peralatan, apapun yang ada di lemari tuanya. Setelah merasa tidak ada yang tertinggal, Raihan berjalan menuju pintu. Untuk terakhir kalinya sebelum kepergiannya, dia menoleh kepada kedua orangtuanya dibawah bingkai pintu.

          "Huh", dengus Raihan sebelum melangkah keluar rumah.

          "Ayah harap kamu segera sadar Nak", ucap ayahnya disusul pintu yang dibanting pelan.                     

                              °°°°°°°°°°°°°°°°°

                Raihan berjalan keluar dari pemukiman kumuh itu. Dia berjalan tak tahu arah, rembulan di langit tertutup awan, seolah tak peduli dengannya. Berbekal uang sekedarnya, ia memutuskan untuk kembali ke tempat dia biasa menghabiskan malam dengan teman-temannya.

          "Bang, kok balik lagi?", Jhonny, teman mainnya bertanya dalam keadaan mabuk, setibanya Raihan disana. Raihan hanya diam tak menjawab, sembari duduk dan mengambil botol minuman dari atas meja. Setelah menghabiskan minumannya, Raihan pergi meninggalkan tempat itu.

          "Hei! dari tadi tadi orang bertanya nggak dijawab, malah pergi, kurang adab emang!", Jhonny berseru tak terima, seolah dia orang yang paling beradab di dunia.

                            °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°                    

          Raihan berjalan menuju jalan raya. Sebuah bus berjalan melewatinya.Raihan melambaikan tangan. Bus berhenti tepat dihadapannya. Dia lompat masuk ke dalam bus, dan mencari tempat duduk yang kosong. Raihan menemukan kursi kosong di dekat jendela, disamping kakek tua yang tertidur lelap. Bus melaju menuju ibukota provinsi. Raihan hanya melamun sepanjang perjalanan, ditemani bulan yang kembali menyinari langit. Bus yang ditumpangi Raihan sampai di ibukota sekitar pukul 4 pagi. Dia melompat turun dari bus, berjalan lurus menuju selatan kota. Saat pemuda itu sampai di kawasan suatu etnis, dia melihat banyak hal buruk terjadi disana, mulai dari pencurian, perjudian, dan lain sebagainya. Raihan ingin masuk ke slah satu tempat klub malam, namun dia sangat letih.Tiada gunanya dia pergi ke sana. Raihan kembali berjalan di sekitar pasar. Kali ini dia benar-benar sudah sangat lelah. Jiwa dan raganya butuh istirahat. Akhirnya, tubuhnya ambruk ditepi jalan, tepat di samping pagar masjid berwarna hijau yang terkenal di kota itu.

          Sekelompok bandit pasar berjalan tidak jauh dari tempat Raihan pingsan. Salah satu dari mereka melihat raihan dan melapor kepada bosnya. Kelompok preman itu bergerak ke tempat Raihan, mereka membangunkannya secara paksa dan saat pemuda itu terbangun, preman-preman itu mulai memerasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun