Dia sedih karena melihat anak-anak di sekitarnya tidak tersenyum kepadanya seperti biasanya. Karena koneksi di warnetnya tidaklah stabil.
Dia pun hanya sibuk membuat screen shoot ping koneksi speedy yang bertuliskan destination host unreachable juga request timed out.
Dia kumpulkan gambar-gambar hasil screen shoot-nya itu di sebuah folder gambar di komputernya selama satu bulan ini, karena dia telah bosan sering kali telpon ke 147 melaporkan bahwa koneksi internet di warnetnya seperti tertera di gambar, dan gk nyambung. Hingga akhirnya terdapat ratusan lebih gambar di foldernya.
Sering kali ia telpon ke 147. Kata CS 147, "Iya pa kami buatkan laporan, Iya pa kami buatkan laporan tunggu 3 x 24 jam." Hingga saat ini telah satu bulan lebih koneksi speedy masih saja seperti itu.
Ada apakah ini, Bapak / Ibu Speedy ?
Mas Dodi pun mengeluhkan, bahwa temannya membayar paket speedy baru Rp. 750.000 / bulannya untuk 3 Mpbs. Sangat berbeda dengannya yang bayar tiap bulannya satu juta kurang 30 ribu.
Dalam hatinya bertanya-tanya. Mengapa dia yang pelanggan lama dibiarkan membayar harga yang mahal baginya dengan koneksi yang cacad ?, yang belum tentu penghasilan warnetnya bisa menutupi bayar ke speedy dan PLN untuk listrik di warnetnya.
Mengapa pelanggan baru seperti temannya memiliki koneksi yang stabil dan bayar lebih murah.
Bukankah seharusnya pelanggan lama lebih di prioritaskan. Biar betah? I dunno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H