Mohon tunggu...
Dodi safari
Dodi safari Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Lembaga Eijkman

Mikrobiologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Melihat Kembali Penyakit yang Diderita Sarwono di Novel Hujan Bulan Juni

27 Maret 2021   20:02 Diperbarui: 27 Maret 2021   20:07 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai akhirnya pada tanggal 24 Maret 1882, Dr Robert Koch mengumumkan penemuan M. tuberculosis sebagai bakteri penyebab penyakit TBC. Penemuan ini memberikan dampak yang sangat besar dalam pengendalian dan eliminiasi penyakit mematikan ini di dunia. 

Di Indonesia sendiri, penyakit TBC sudah ada sejak lama dengan adanya satu relief yang digambarkan sebagai penderita TBC dengan kondisi badan yang kurus kering. 

Saat ini, setiap 24 Maret selalu diperingati sebagai Hari Tuberkulosi Sedunia dengan tujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan dampak TBC terhadap kesehatan, sosial, dan tentunya ekonomi.  

Sehubungan dengan pandemi COVID-19, tema peringatan tahun ini adalah "Bersama menuju Eliminasi TBC dan Melawan COVID-19". Badan Dunia untuk kesehatan (WHO) mengkuatirkan pengendalian dan program eliminasi TBC yang ditargetkan tahun 2030 ini akan terpengaruh cukup besar dengan adanya pandemi COVID-19 ini baik di Indonesia maupun di Dunia.

Saat ini, Indonesia masih menjadi negara nomor urut 3 terbesar untuk penyakit TBC di dunia. Berdasarkan data tahun 2018 dari https://htbs.tbindonesia.or.id/: penduduk Indonesia sakit TBC sebanyak 845.000 orang, dengan yang sudah resistensi obat sebanyak 24.000 orang dan meninggal karena penyakit ini sebanyak 93.000 orang. Sementara itu, angka keberhasilan pengobatan di Indonesia sudah mencapai 85% pada tahun 2018. 

Durasi pemberiaan obat anti-tuberkulosis (OAT) yang lama antara 6-24 bulan (tergantung jenis dari kuman TBC), serta efek samping dari OAT tersebut menjadi tantangan yang cukup besar dalam keberhasilan dari pengobatan penyakit ini. Komitmen dan kepatuhan dari penderita serta dukungan yang besar dari keluarga serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam periode pengobatan yang panjang ini. 

Beberapa OAT yang tersedia saat ini sebagai lini pertama pengendalian TBC diantaranya isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. 

Akan tetapi, saat ini sudah banyak dilaporkan kuman M. tuberculosis yang sudah resistant terhadap sata atau lebih terhadap OAT yang tersedia: TB Resistant Rifampisin/Multi drug resistant (TB RR/MDR) dan TB Extensively Drug Resistant (TB XDR) yang pengobatannya menjadi lebih susah dan lama. 

Selain vaksinasi BCG yang rutin dilakukan sebelum usia 3 bulan, Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam mengendalikan penyakit TBC ini, diantaranya adalah TOSS TBC yang merupakan singkatan dari Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh. 

Partisipasi aktif masyarakat sangat diharapkan dalam program TOSS ini sehingga target eliminasi TBC di Indonesia bisa dicapai dalam waktu tidak terlalu lama lagi. Semoga. (Disarikan dari berbagai sumber).

Referensi dan Tautan: [1] [2] [3] [4] [5] [6]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun