Selama pandemi COVID-19, kita sering mendengar istilah nasofaring saat pengambilan sampel swab untuk test rapid antigen dan PCR. Nasofaring atau nasopharynx/nasopharyngeal merupakan bagian dari sistem kompleks saluran pernapasan bagian atas yang juga mencakup saluran rongga hidung, orofaring, dan laring diatas pita suara (Gambar).Â
Menurut beberapa penelitian, diketahui bahwa celah sempit, relung atau ceruk nasofaring (nasopharynx niche) merupakan reservoir atau tempat tinggal dari beragam kuman seperti bakteri normal flora (komensal), bakteri yang berpotensi patogen dan berbagai jenis virus.Â
Kehadiran beragam bakteri tersebut kemudian membentuk komunitas mikrobiota yang kompleks yang pada umumnya tanpa menimbulkan gelaja atau asimptomatik . Komunitas tersebut secara konstan sepanjang waktu bersinergi dan saling berinteraksi satu sama lain dalam populasi mikrobiota.Â
Masuknya kuman baru baik virus maupun bakteri patogen akan menyebabkan terganggunya keseimbangan dari komunitas tersebut yang memicu pertumbuhan berlebih dan meningkatkan terjadinya invasi sehingga menyebabkan penyakit infeksi.
Pada umumya, bakteri yang berkolonisasi pada ceruk nasofaring adalah marga Moraxella, Staphylococcus, Corynebacterium, Dolosigranulum, Haemophilus, dan Streptococcus.Â
Sedangkan virus yang banyak ditemukan di daerah tersebut adalah virus influenza, human metapneumovirus, respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza virus, adenovirus, dan coronavirus, termasuk Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) penyebab penyakit COVID-19.
Manusia sudah terpapar oleh beragam kuman sejak fase awal kehidupan. Bakteri Staphylococcus merupakan anggota mikrobiota yang paling banyak ditemukan di neonatus diawal minggu pertama kelahiran. Komposisi mikrobiota pada nasofaring mengalami perubahan yang dinamis seiring dengan bertambahnya usia dan juga perkembangan anatomi saluran pernapasan.Â
Perubahan tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan inangnya seperti musim, vaksinasi, kehadiran saudara kandung, tinggal di penitipan anak, hingga interaksi antar mikrobiota serta interaksi dengan sel-sel inangnya.Â
Pada umumnya keragaman dan komposisi mikrobiota di nasofaring dan orofaring lebih tinggi dibandingkan dengan area lainnya pada saluran pernapasan atas. Laporan dari beberapa penelitian menunjukan bahwa prevalensi Staphylococcus aureus yang tinggi diawal kelahiran akan menurun seiring usia yang beriringan dengan peningkatan prevalensi bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) dan Haemophilus influenzae.
Interaksi antar mikrobiota pada ceruk nasofaring bisa berupa interaksi yang positif (mutualisme atau komensalisme) atau negatif (antagonisme). Contoh interaksi yang positif adalah interaksi antara bakteri pneumokokus, Moraxella catarrhalis dan H. influenzae.Â
Jika kolonisasi bakteri pneumokokus tinggi pada kelompok masyarakat tertentu seperti anak-anak dibawah usia lima tahun, maka secara umum kolonisasi kedua bakteri tersebut juga tinggi. Sedangkan interaksi antara bakteri pneumokokus dan S. aureus adalah bersifat antagonisme.
Keberadaan bakteri-bakteri komensal dalam saluran penapasan terutama di ceruk nasofaring memegang peranan penting dalam mencegah penyakit infeksi pernapasan.Â
Bakteri komensal mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi bakteri patogen dari saluran pernapasan seperti bakteri Dolosigranulum dan Corynebacterium yang bisa mengeliminasi pneumokokus, dan bakteri Staphylococcus epidermidis yang mampu merusak pembentukan biofilm dari S. aureus. Disamping itu, sel-sel neutrofil berperan juga dalam mengeliminasi bakteri patogen tersebut dari nasofaring.
Bakteri patogen diketahui bersinergi dengan kehadiran dari virus-virus di saluran pernapasan. Infeksi yang disebabkan oleh virus tersebut, bisa membuat sel-sel epitel di ceruk nasofaring rusak dan menjadi lebih rentan terhadap kolonisasi bakteri sehingga mempermudah bakteri patogen menginvasi tubuh.Â
Infeksi virus influenza A dilaporkan dapat meningkatkan kolonisasi bakteri pneumokokus di nasofaring. Demikian juga sebaliknya, kolonisasi dari kedua bakteri patogen yaitu pneumokokus dan H. influenzae bisa meningkatkan keparahan infeksi yang disebabkan oleh RSV terutama pada anak-anak. Interaksi dan komunikasi antara mikrobiota yang ada di ceruk nasofaring begitu kompleks sehingga bisa mempengaruhi kesehatan dari inangnya (Tulisan ini disarikan dari berbagai referensi dan direview oleh Ageng Wiyatno dan Yayah Winarti).
Referensi utama:
- https://doi.org/10.1038/nrmicro.2017.14
- https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1003057
- https://doi.org/10.1099/acmi.0.000120
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H