"Jam akan 'mundur' satu jam pada pukul 2 pagi pada hari Minggu, 27 Oktober. Dan jika melihat ke depan, jam akan 'maju' satu jam pada tanggal 30 Maret 2025 pukul 1 pagi," tulis Laura Hampson dalam Why do the clocks change? UK leaves Daylight Saving Time this week di laman Independent.
Setiap tahun, jam mundur satu jam pada pukul 2 pagi pada hari Minggu terakhir bulan Oktober. Ketika ini terjadi, Inggris akan beralih dari Waktu Musim Panas Inggris (BST), juga dikenal sebagai Waktu Musim Panas, ke Waktu Rata-rata Greenwich (GMT). Sementara untuk Amerika, ini terjadi tiap tanggal 3 November dan berakhir di bulan April.
Mengapa jam berubah? Setelah titik balik matahari musim panas di bulan Juni, hari-hari secara bertahap menjadi lebih pendek. Oleh karena itu, dengan memutar mundur jam satu jam selama musim gugur, orang-orang akan memperoleh lebih banyak sinar matahari di pagi hari. Memutar maju jam di musim semi akan menghasilkan malam yang lebih terang. Fenomena ini lazim dikenal sebagi fallback. Menurut OnePoll, kebanyakan orang membutuhkan waktu tiga hari untuk menyesuaikan diri setelah mengubah jam.
Waktu dipercepat saat musim panas memberi kesempatan untuk bangun lebih cepat dan membuat malam segera tiba. Sementara waktu dikembalikan normal, memberi kesempatan untuk rehat lebih lama di malam hari sekaligus melambatkannya. Waktu Musim Panas Inggris, menurut Hampson, pertama kali diperkenalkan sebagai bagian dari Undang-Undang Waktu Musim Panas tahun 1916.
Adalah William Willett, seorang kontraktor bangunan yang merancang sebuah kampanye di mana ia mengusulkan agar jam dimajukan pada musim semi dan dimundurkan (lebih tepatnya dikembalikan lagi, fallback) pada musim dingin sehingga orang-orang dapat menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan pada siang hari dan menghemat energi. Dari sinilah istilah Daylight Saving Time muncul. Willett menulis tentang usulannya dalam sebuah pamflet berjudul The Waste of Daylight, yang diterbitkan pada tahun 1907.
Willet tentu saja bukan yang pertama dan bukan satu-satunya yang berpikir ke arah ini. "Pada tahun 1784, Benjamin Franklin menulis tentang ide serupa dalam surat satir yang dikirim kepada editor Journal of Paris. Dalam surat itu, Franklin menyarankan jika orang bangun lebih pagi saat hari masih terang, itu akan masuk akal secara ekonomi karena akan menghemat lilin," ungkap Hampson.
Sebagai anggota dari sebuah komunitas internasional Jemaah Muslim Ahmadiyah yang terbiasa menyimak siaran langsung khutbah Jum'at dari London, saya terdampak dengan fenomena fallback ini. Sebuah programa Moslem Television Ahmadiyya (MTA) yang menayangkan secara langsung Khutbah Jum'at Imam tertinggi Jemaah Muslim Ahmadiyah tiap minggunya, per November ini jam tayangnya berubah dari awalnya pukul 19.00 menjadi pukul 20.00. Inilah dampak dari fenomena fallback yang diberlakukan di Inggris. Jam dikembalikan ke posisi yang semestinya. Waktu siang pun menjadi lebih pendek sementara malam memanjang. Dampaknya, waktu  Dzuhur akan menjadi terlalu siang bila dibandingkan dengan waktu ideal kita. Karena terdapat perbedaan waktu 7 jam maka semakin siangnya di Inggris berbanding lurus dengan semakin malamnya di Indonesia. Bila di Inggris dampak dari fallback, Jum'atan mundur ke pukul 13.00 maka itu artinya kita di Indonesia akan memirsa Khutbah Jum'at yang disampaikan Imam Jemaah Muslim Ahmadiyah pada pukul 20.00. Per Maret 2025 nanti, jam akan dipasang "maju" kembali. Jadwal tanyangan khutbah pun berubah kembali menjadi pukul 19.00.
Sebagai orang dengan kebiasaan dua musim, boleh jadi kita akan bertanya, "Mengapa semua ini harus dilakukan?"
Sederhananya begini. Bayangkan nongkrong sore-sore dengan suhu di bawah nol derajat. Apa asyiknya? Bukankah kehangatan rumah lebih menyenangkan? Untuk alasan umum inilah malam disegerakan tibanya. Biar pada ngumpul di rumah, bencengkarama bersama keluarga. Kebalikannya pada musim panas. Pagi diawalkan sehingga malam pun "jatuh" di saat hari masih terang. Hal ini disengaja. Cahaya matahari itu sebuah kemewahan bagi mereka yang tinggal di kawasan subtropis. Berbeda dengan kita di kawasan tropis yang bersimbah cahaya matahari sepanjang tahun.
Atas karunia tinggal di tatar tropis, tiba-tiba lagu Bedug jeung Layung menyeruak dalam ruang ingatan:
Tah sora bedug, batur,
tanda geus Magrib.
Geus nitah reureuh ulin,
ngajak ka masjid.
Beulah kulon hibar layung,
ngajak muji ka (H)yang Agung.