Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

In Differentia Harmonia

28 November 2024   07:52 Diperbarui: 28 November 2024   08:14 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana Pilkada di Indonesia (Sumber: https://perpustakaan.elsam.or.id/)

Sampaikah ke tingkatan kesadaran ini para elected (kontestan terpilih) kita?

Para elector (pemilih) dan supporter (pendukung) memiliki kewajiban yang melekat untuk mengawal pilihan mereka. Mereka tidak boleh menjadi pemilih dan pendukung buta. Demikian pula bagi para opposant. Mereka tidak boleh asal ambil posisi berbeda dalam beroposisi. Supporter dan opposant harus berperan secara proporsional dalam harmoni demokrasi. Kembali, inilah in differentia harmonia. 

Menilik beratnya idealisme dalam berdemokrasi, bahkan demokrasi dengan segala profanitasnya membatasi hanya dua periode bagi yang terpilih untuk memikul amanah. Terlebih lagi bila demokrasi kita naikkan ke level yang lebih transendental, maka sang terpilih akan mencukupkan dirinya pada satu periode saja. Ia akan mengoptimakan penunaian amanah yang embannya yang segera akan menyadarkan betapa utopisnya ia bisa melakukan itu sendiri.

 Sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen untuk menunaikan amanah, ia akan merangkul semua pihak, bahkan oposan sekalipun untuk menunaikan amanahnya dengan optimal. Ia akan terbuka terhadap kritik, saran dan pandangan yang lain. Inilah sejatinya in differentia harmonia bekerja.

Kalaupun sang terpilih berkinerja baik dan digadang-gadang "Lanjutkan!", besar kemungkinan ia akan mengutip kata-kata Jack London (1876-1916) berikut:

"Tujuan manusia yang sebenarnya adalah untuk hidup, bukan untuk eksis. Aku tidak akan menyia-nyiakan hari-hariku dengan mencoba memperpanjangnya. Aku akan menggunakan waktuku."

Selamat merawat demokrasi, para democrat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun