Dalam perspektif Saka sebagai Massagetae, tergoda untuk menduga bahwa sosok Dewata Cengkar di sini adalah Sirus II, kaisar Persia yang menyerang kerajaan Saka pada tahun 530 SM dengan kekalahan diderita oleh Sirus II. Konon, ratu Tomyris dari Saka menyimpan penggalan kepala Sirus yang dikalahkannya.Â
Namun, seiring waktu dan perjalanan sejarah dengan berbagai hegemoni para penguasa di Nusantara, versi demi versi dari Aji Saka sangat mungkin untuk berubah. Hanya saja tidaklah terlalu aneh untuk menerima kisah Aji Saka - terlepas dari apapun versinya - sebagai bagian dari budaya tutur kita, khususnya Jawa dan Sunda.
Di penghujung tulisan, ada rindu berbalut doa untuk Ibu yang telah berpulang 25 tahun yang lalu. Allahummaghfir laha warhamha wa'afiha wa'fu 'anha, amin!
Terima kasih atas dongeng-dongeng pengantar tidurnya, Bu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H