Nabi Muhammad saw tidak mengangkat senjata saat di Mekah atas tindakan musuh yang semena-mena lagi melewati ambang batas, selain karena perintah untuk membalas perilaku buruk musuh agama belumlah turun, beliau sendiri memang menaruh enggan yang sangat untuk berperang. Bukan karena takut. Melainkan, rasa cinta beliau kepada Mekah mengalahkan segala bentuk perlakuan buruk penduduknya. Nabi Muhammad saw tahu betul bila dengan turunnya izin berupa wahyu Qur'ani yang menyatakan bahwa saatnya untuk membalas tindak kekejaman kaum penentang semenjak di Mekah dan tidak kunjung berhenti bahkan saat beliau hijrah ke Madinah telah tiba, maka adzab atas kaumnya akan berupa pedang. Perang Badar adalah Yaum al-Furqani (Hari Pembeda). Hari di mana Tuhan akan memperlihatkan secara nyata pihak mana yang benar yang dengannya akan dimenangkan oleh-Nya dan pihak mana yang salah yang dengannya akan dikalahkan oleh-Nya. Dan saat itulah adzab berupa pedang akan menghukum penduduk Mekah - kota yang teramat beliau saw cintai.Â
Ungkapan pedih dalam doa jelang pecahnya perang Badar: "Ya Allah, bila kelompok ini  kalah pada hari ini, maka Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi", hemat saya memiliki makna ganda. Secara umum berdasarkan riwayat Muslim dan Tirmidzi ditujukan untuk kemenangan kelompok muslim. Tentu saja kata-kata laa tu'bad fil-ardhi (Engkau tidak akan disembah di muka bumi) adalah sebuah gaya bahasa yang menunjukkan kedekatan Sang Nabi dengan Allah. Sebuah ungkapan esoterik yang lahir dari qurub Ilahy. Memaknai secara literal ungkapan di atas selain akan menghilangkan keindahan rasa bahasa, juga akan bermasalah secara perspektif tauhid.
Makna kedua, yang saya coba tawarkan adalah bahwa maksud dari ungkapan Nabi Muhammad saw lebih kepada ungkapan beliau pada peristiwa ahlu Thaif. Ketika Sang Nabi saw berdakwah kepada penduduk Thaif, atas hasutan penentang dari Mekah, beliau diperlakukan buruk dengan lemparan batu yang membuat beliau terluka dan berdarah. Saat malaikat penjaga gunung menawarkan hukuman atas tindakan buruk ahli Thaif tersebut, Sang Nabi dengan lembut berkata kepada Jibril dan malaikat penjaga gunung, "Walaupun mereka menolak ajaran Islam, aku berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya."Â
Kemudian Nabi Muhammad saw pun berdoa :"Allahummahdi qaumii fainnahum laa ya'lamuun - Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui."
Dalam perspektif ini, ungkapan Nabi Muhammad saw saat perang Badar akan mengandung maksud bahwa jika Badar adalah adzab yang akan membinasakan kaum kuffar Mekah, maka siapakah di antara mereka yang akan mendapat karunia untuk menjadi muslim yang sepenuhnya berserah diri kepada-Nya? Alih-alih rasa gentar akan kekuatan musuh doa luar biasa jelang perang Badar adalah ungkapan cinta Sang Nabi saw kepada Mekah dan penduduknya. Wallahu a'lam. Â
Semoga shalawat berserta salam senantiasa terlimpah atasmu, ya Nabi Allah!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H