Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Merdeka: Sebuah Telisik Kebahasaan

4 Agustus 2024   02:00 Diperbarui: 4 Agustus 2024   06:43 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ungkapan kemerdekaan https://kumparan.com/

If reading is to free one's mind,

Writing is to unite one - Abu Ibnaih

Hampir empat tahun lalu saya menulis tentang makna kemerdekaan, Telisik Etimologia Mantra Merdeka (2020). Di antara jeda rangkaian kegiatan di akhir pekan ini, terpikir untuk kembali menulis sedikit tentang isu yang sama: kemerdekaan - dengan pendekatan yang sama, kebahasaan. Haruslah diakui, saat memasuki bulan Agustus, sulit rasanya bagi kita untuk tidak merasakan euforia kemerdekaan negara kita.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memberikan keterangan untuk kata merdeka yang mencakup tiga arti, yaitu: 1. Bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), berdiri sendiri; 2. Tidak terkena atau lepas dari tuntutan; 3. Tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa.

Kata merdeka sendiri nampaknya berasal dari kata maharddhika yang menurut beberapa sumber berarti kaya, sejahtera dan kuat. Atau, dari kata mahardika yang berarti berpengetahuan, bernilai dan mulia. Kedua asal kata merdeka menggambarkan mengapa merdeka menjadi begitu istimewa untuk diperjuangkan. Apapun pertaruhan dan tebusannya. 

Kata Inggris yang umum untuk merdeka adalah free. Kata free, menurut Etymonline, berasal dari kata Inggris kuno freo yang berarti "dibebaskan dari; tidak dalam perbudakan, bertindak atas kehendak sendiri," juga "mulia; gembira," dari kata Proto-Jermanik friaz "dicintai; tidak dalam perbudakan". Kata yang sama juga bersumber dari bahasa Prancis kuno fri, bahasa Saxon kuno vri, bahasa Jerman Tinggi kuno vri, bahasa Jerman modern frei, bahasa Belanda vrij, bahasa Gotik freis "bebas", dari bahasa Prancis priy-a- "tersayang, tercinta" - berasal dari akar kata pri- "mencintai."

Dari asal kata free kita melihat adanya irisan makna yang sama dengan maharddhika atau mahardika. Kita juga bisa melacak keterhubungan asal kata friend (teman, sahabat) dengan cinta, kemuliaan dan kegembiraan.

Sementara dalam bahasa Arab, pada Telisik Etimologia Mantra Merdeka saya menulis:

Dalam bahasa Arab setidaknya ada dua kata yang semakna dengan kata merdeka dalam bahasa Indonesia, yaitu hurriyyah dan istiqlal. Keduanya berarti kemerdekaan atau kebebasan.

Kata yang pertama, hurriyyah berasal dari hurr atau harr yang berarti merdeka, murni, bebas, bukan hamba sahaya sejak lahirnya, panas waktu tengah hari atau hangat. Dari kandungan makna kata hurriyah kita mendapatkan gambaran tentang kebebasan dari segala perbudakan, kemurnian dari motif ingin menguasai yang lain dan seperti halnya matahari di tengah hari yang memancarkan panas dan terang sempurna maka kemerdekaan pun memberikan harapan yang cerah gemilang.

Adapun kata yang kedua, istiqlal yang berasal dari kata dasar qillah (sedikit, menjadi sedikit) kita mendapatkan makna bahwa kemerdekaan hakikatnya adalah semakin berkurang atau sedikitnya ketergantungan kepada pihak lain. Secara bahasa, istiqlal yang berarti semakin berkurang atau sedikit mengajarkan pesan bahwa merdeka bukanlah semata meraih kebebasan. Puncak kemerdekaan adalah terbebasnya dari ketergantungan kepada selain dirinya sendiri. Kesejahteraan yang disiratkan dalam kata maharddhika sebagai tujuan dari kemerdekaan ternyata tidaklah berada pada keberlimpahan melainkan lebih kepada kecukupan. Puncak dari kecukupan adalah ketiadaan. Uniknya peniadaan yang sempurna justru akan menghadirkan Sang Maha Ada---yang darinya segala sesuatu akan mengada sesuai hikmah-Nya. Inilah makna sejati dari kesejahteraan yang akan diraih oleh mereka yang telah meraih istiqlal. Inilah kemerdekaan yang sejati.

Menarik sekali saat membaca tulisan Gerald Erichsen, What Does 'Libre' Mean?. Libre, menurut Erichsen, adalah kata sifat dalam bahasa Spanyol yang paling umum untuk "bebas" - tetapi kata ini tidak digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang tersedia tanpa biaya atau ongkos. Untuk itu, kata yang digunakan hampir selalu gratis. Sebaliknya, libre, yang terkait dengan kata-kata seperti liberate (membebaskan) dan liberty (kebebasan), biasanya mengacu pada bebas dalam arti bebas dari pengekangan atau terkadang dalam arti kertersediaan.

Dua kata kerja yang paling dekat hubungannya dengan libre adalah liberar dan librar. Arti liberar yang lebih umum dan lazim antara lain: membebaskan, melepaskan, atau membiarkan seseorang atau hewan bebas. Librar memiliki berbagai arti yang [nampak seakan] tidak berkaitan dengan kebebasan, termasuk menyelamatkan seseorang dari bahaya, menarik cek (instrumen moneter), berkelahi, dan mengungkapkan. 

Ada juga beberapa kata benda majemuk yang berkaitan dengan kata libre termasuk librecambio (perdagangan bebas), librecambista (pendukung perdagangan bebas), dan librepensador (pemikir bebas). Kata-kata lain yang berkaitan termasuk librado (orang yang menarik atau menulis cek), liberal (bebas), dan libertad (kebebasan).

Dari tulisan Erichsen, berkenaan dengan telisik kata 'bebas' atau 'kebebasan', perhatian saya terantuk pada kata liberar dan librar. Kedua kata ini membunyikan bel dalam kepala saya tentang kata library (perpustakaan) dalam bahasa Inggris. Libre atau libr secara sederhana artinya "buku". Library, perpustakaan yang adalah kumpulan dari buku-buku, sementara buku adalah salah satu hasil dari tulisan, maka sungguh mendebarkan saat menemukan libre juga berarti buku. Bukankah buku memang berpotensi membebaskan pikiran dan membebaskan jiwa dari keterbelenguan?

Uniknya, saya membuka tulisan Telisik Etimologia Mantra Merdeka, dengan dua kalimat yang terlintas dalam benak saat itu: If reading is to free one's mind, writing is to unite one - jika membaca serupa membebaskan pikiran seseorang, maka menulis adalah menyatukannya. Terkadang saya dikejutkan oleh diri saya sendiri.

Saya menggunakan nama pena Abu Ibnaih dalam tulisan tersebut. Arti harfiah dari nama pena saya adalah "Bapak dari kedua anaknya". Saya memang dianugerahi dua putra. Jadi, sesederhana itu makna di balik nama pena yang saya gunakan.  Hehehe

Dan yang lebih mendebarkan lagi bagi saya adalah saat mengingat tulisan saya di kompasiana, Apokalips: Sebuah Ramalan yang Kita Buat Sendiri. Poster yang konon dipasang di salah satu perpustkaan di bawah ini benar-benar mengartikulasikan makna kata liberar dan librar.

Poster berisi parodi tentang perpustakaan https://id.postermywall.com/ 
Poster berisi parodi tentang perpustakaan https://id.postermywall.com/ 

Ant Apocalypse, begitu saya memprafrasakan lelucon berbaru meme ini. Saya antara lain menulis:

Sebuah 'nubuat' tentang semut akan menguasai dunia. Kita, ras manusia, akan menjadi budak mereka. Kita akan hidup di bawah tirani yang akan membuat kita begitu menderita, sekaligus teramat hina, sebab terpaksa hidup dalam penindasan hewan yang selama ini dianggap kecil, imut dan tidak signifikan: semut.

Semua ini terjadi karena kesalahan manusia membiarkan semut belajar. Membiarkan mereka menjadi cerdas dan berpengetahuan. Sementara itu, kita tahu bahwa pengetahuan adalah kuasa dan sejarah mengajarkan bila kekuasaan menjadikan pemiliknya korup, jahat, lalim dan loba. Semut yang dirasuki virus korup tidak pernah mengenal kata cukup. Ia menginginkan dunia berada dalam kuasanya. Dunia pun jatuh ke dalam rejim semut jahat. Sejarah kemanusiaan secara perlahan namun pasti memasuki malam tergelapnya di bawah tirani para semut. Semua ini terjadi gara-gara kecerobohan kita, ras manusia yang membiarkan makanan dibawa masuk ke perpustakaan. Gara-gara kita tidak mengacuhkan orakel yang disampaikan para penjaga kuil pengetahuan, yakni para pustakawan.

Perpustakaan - meskipun berupa sebuah lelucon - mendapatkan validasinya sebagai sarana untuk memerdekakan pemikiran. 

Tulisan ini saya batasi hanya pada telisik kebahasaan. Untuk telisik kemerdekaan secara historis dalam konteks keindonesiaan hemat saya akan banyak kompasianer lainnya tulis sepanjang bulan kemerdekaan Republik kita tercinta ini. 

Namun, kendati demikian, pada H-13 sebelum puncak peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-79, izinkan saya untuk menuliskan pekik lantang nan membahana kita: "Merdeka!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun