Gempuran pandemi waktu itu mendorong saya untuk menulis sebuah artikel berjudul Robohnya Sekolah Kami (2020). Adapun judul yang saya pilih, jelas terinspirasi oleh judul novelnya A.A. Navis, Robohnya Surau Kami.Â
Ancamana learning loss, yakni kerugian pembelajaran akibat ketidaksiapan dunia persekolahan menghadapi pandemi Covid memberikan sekolah dua pilihan: rebah atau berubah.Â
Insting Nadiem dengan gagasan Merdeka Belajar menguatkan kembali vitalitas sekolah. Sekolah harus direvitalisasi. Ungkapan Ki Hadjar bahwa "setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah seorang guru" mendapatkan validasi pemaknaannya. "Life is a school and we are just students," demikian ungkap seseorang.Â
Sekolah, atau tepatnya persekolahan, yang berpijak pada setidaknya nilai-nilai tadi takkan lapuk oleh waktu dan lekang oleh masa sebab ia melekat dengan kehidupan itu sendiri. Non scholae sed vitae discimus - kita belajar tidak sebatas untuk bersekolah, melainkan untuk kehidupan. Â Â Â Â
Saat tulisan saya yang ke-200 ini mencapai akhir penulisannya, Selasa telah berganti Rabu. Saya harus berhenti untuk berlabuh dalam waktu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H