Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

(Tentang) Bahagia

20 Juli 2024   09:03 Diperbarui: 20 Juli 2024   09:05 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.englishlib.org/

Antara Keriangan dan 'Ceng-Cengan' Ilmiah

Sekitar akhir era 90an, saya diperkenalkan kepada sebuah buku.  Judulnya Thirty Years that Shook Physics, The Story of Quantum Theory yang ditulis oleh fisikawan kelahiran Ukraina, George Gamow. Karena fisika adalah 'romansa' ilmiah saya yang tidak kesampaian, bahasa dan budaya kemudian memalingkan darinya, maka hal-hal lucu yang penuh kerianganlah yang saya temukan saat membaca buku tersebut. Salah satunya adalah tentang sosok Paul Dirac. Paul Dirac mungkin adalah fisikawan yang paling murni esoteris. Seolah-olah untuk membuktikan pendapat saya, ada beberapa anekdot lucu tentang dia, termasuk yang satu ini: 

"Dirac sedang menonton Anya Kapitza merajut ketika dia berbicara tentang fisika dengan Peter Kapitza. Beberapa jam setelah dia pergi, Dirac bergegas kembali, sangat bersemangat. 'Kamu tahu, Anya,' katanya, 'melihat caramu membuat sweter ini, aku jadi tertarik pada aspek topologi dari masalah ini. Saya menemukan bahwa ada cara lain untuk melakukannya dan hanya ada dua cara yang mungkin. Salah satunya adalah yang Anda gunakan; yang lain seperti itu... ' Dan dia mendemonstrasikan cara lain, dengan menggunakan jari-jarinya yang panjang. "Cara lain" yang baru ditemukannya, Anya memberitahukan kepadanya, sangat dikenal oleh para wanita dan tidak lain adalah purling."

Jahitan purl, menurut Anastasia dalam For the Knit of It, pada dasarnya adalah jahitan rajut terbalik. Jika Anda melihat gambar di atas, setiap jahitan rajut tampak seperti huruf "V" kecil. Di sisi lain, terdapat jahitan purl. Setiap jahitan purl tampak seperti tonjolan kecil horizontal. 

Secara keseluruhan, kelucuan berasal dari situasi di mana seorang Dirac dengan kejeniusan yang luar biasa menerapkan pemikiran ilmiah yang rumit pada sesuatu yang sudah dikenal secara luas dalam kehidupan sehari-hari, serta dari ketidakmampuan untuk melihat bahwa "penemuan" ini bukanlah hal baru. Akan tetapi keriangan ilmiah seorang Diraclah yang luar biasa. Ia rela kembali hanya untuk berteori meski istri koleganya kemudian menyadarkannya bahwa teori tersebut sudah populer di kalangan ibu-ibu. Hehehe     

Satu lagi tentang Dirac. "Sebagai seorang fisikawan teoretis yang hebat, Paul Dirac lebih suka berteori tentang semua masalah dalam kehidupan sehari-hari daripada mencari solusi melalui eksperimen langsung," kenang George Gamow dalam Thirty Years that Shook Physics. Dalam sebuah pesta di Kopenhagen, dia mengajukan sebuah teori yang menyatakan bahwa harus ada jarak tertentu di mana wajah seorang wanita terlihat paling baik. Dia berpendapat bahwa pada d = tak terhingga, seseorang tidak dapat melihat apa pun, sedangkan pada d = 0, bentuk oval wajah si wanita berubah bentuk karena jarak pandang mata manusia yang kecil, dan banyak ketidaksempurnaan lainnya (seperti kerutan kecil) yang menjadi berlebihan. Dengan demikian, ada jarak optimum tertentu di mana wajah seorang wanita terlihat paling baik. "Katakan padaku, Paul,' tanya Gamow, "seberapa dekat kamu pernah melihat wajah seorang wanita?" "Oh," jawab Dirac, sambil merentangkan kedua telapak tangannya sejauh dua kaki (0,6 meter), "kira-kira sedekat itu."

Dirac, yang dikenal sangat irit dalam berbicara hanya 'ya', 'tidak', dan 'tidak tahu', memiliki keriangan ilmiah yang luar biasa ternyata. Padahal ia cukup mengatakan bahwa seorang wanita terlihat optimal kecantikannya pada jarak kurang dari 1 meter. 

Ceng-cengan ilmiah juga tidak kalah mengundang senyum. Salah satunya saya ambil dari kisah pertemuan Abdus Salam dan Albert Einstein. Pada bulan Oktober 1951, menurut Gordon Fraser dalam The men who knew infinities, jurnal Reviews of Modern Physics memuat artikel 'The Renormalization of Meson Theories' oleh Paul Matthews dan Abdus Salam. Sketsa kasar yang digambar tangan yang mewakili perilaku partikel kuantum menunjukkan kepentingan ilmiahnya. Suhail Yusuf dalam Salam – The forgotten genius menyebutkan bahwa Abdus Salam diangkat sebagai fellow di Institute of Advanced Study, Princeton University, Amerika Serikat pada tahun 1951, di mana ia menghadiri kuliah dari Albert Einstein.

"Suatu hari, ketika Prof Salam sedang belajar di Princeton, New Jersey, ia bertemu dengan Prof Einstein secara kebetulan di kampus Institute for Advanced Study. Einstein bertanya kepadanya, 'penelitian apa yang sedang Anda lakukan? Salam menjawab, "Saya sedang mengerjakan teori renormalisasi," dan Einstein menjawab, "Saya tidak tertarik dengan hal itu. Setelah beberapa saat hening, Einstein bertanya kepada orang Pakistan itu, "apakah Anda telah mempelajari Teori Relativitas saya? Salam menjawab, "Saya tidak tertarik dengan hal itu."

Meskipun beberapa pihak meragukan 'ceng-cengan' ini benar-benar terjadi, namun tentu akan mengundang senyum saat dua fisikawan besar ini barter 'ledekan'.

Kebahagiaan layak untuk kita miliki. Carpe felicitatem!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun