Alasan lain mengapa Dante menyatakan bahwa para peramal adalah pendosa yang lebih serius, menurut McCarney, adalah karena mereka berusaha mencabut pilihan manusia. Pilihan, kata Virgil di awal perjalanannya, adalah "kebaikan akal budi", dan puisi ini dirancang untuk mengilustrasikan perlunya memilih dengan benar, dan menolak penampakan-penampakan yang salah.Â
Merusak kemampuan seseorang untuk membuat pilihan yang otentik - dengan membuat mereka percaya bahwa kejadian di masa depan sudah pasti terjadi - berarti merusak pilihan mereka dan oleh karena itu merusak jati diri mereka. Mereka mungkin gagal untuk berusaha menjadi orang yang seharusnya jika mereka percaya bahwa usaha tersebut tidak berpengaruh pada hasil akhirnya.
Waduh, kebayang betapa mengganggunya apa yang diancamkan dalam Inferno-nya Dante bagi neneknya Reva. Untungnya, tidak ada tradisi soothsaying dalam keluarganya. Selain itu, nenek Reva juga mendapatkan pembelaan atas latihan jalan mundurnya dari Soren Kierkegaard.Â
Salah satu ciri dari kondisi manusia yang menjadi perhatian Kierkegaard, menurut Jack Maden dalam Kierkegaard: Life Can Only Be Understood Backwards, But It Must Be Lived Forwards, adalah bahwa kita bergerak melalui waktu dalam satu arah, akibatnya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, atau apa dampak dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Pemahaman kita akan suatu peristiwa hanya dapat terjadi setelah kita mengalaminya. Seperti pernyataan yang biasa dikaitkan dengan Kierkegaard: "Hidup hanya bisa dipahami secara mundur, tetapi harus dijalani sambil maju."Â
Adapun kalimat lengkap yang Kierkegaard maksudkan, menurut Maden, adalah sebagai berikut:
Benar sekali apa yang dikatakan oleh filosofi, bahwa hidup harus dipahami secara terbalik. Namun dengan ini, kita melupakan proposisi kedua, bahwa kehidupan harus dijalani ke depan. Proposisi yang, semakin dipikirkan dengan saksama, semakin menyimpulkan bahwa kehidupan pada saat tertentu tidak akan pernah bisa dipahami sepenuhnya; tepatnya karena tidak ada satu momen pun di mana waktu berhenti sepenuhnya agar saya dapat mengambil posisi [untuk melakukan hal ini]: mundur ke belakang.
Apa yang Kierkegaard jelaskan saya simpulkan sebagai apa yang umumnya kita sebut dengan refleksi. Sebuah upaya untuk berusaha menjalani hidup dengan lebih baik.Â
Sejak kita tidak mungkin berjalan mundur dalam waktu, maka seperti bisa disimpulkan secara Kierkegaardian bahwa hidup bukanlah masalah yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani. "Kita tidak (dan tidak akan pernah) memiliki informasi yang dibutuhkan untuk 'memperbaiki' hidup kita selamanya - jadi mengapa harus menganggapnya sebagai masalah yang harus dipecahkan?" simpul Maden.
Seulas senyum mengembang saat saya mencoba mengikuti ibu mertua berjalan mundur. Hanya saja tidak sampai 10 menit. Baru satu atau dua balikan berlatih di halaman rumah, saya segeran mengakhirinya untuk menyalakan laptop dan mendaraskan renungan ini dalam bentuk tulisan. Tidak lupa sebuah lagu diputar berulang-ulang untuk menemani setiap ketikan di atas bilah papan tuts. Lagu tersebut berujudul Walking Backwards Down The Stairs dari Larry Norman. Sebuah lagu yang vibe-nya terasa sangat The Beatles sekali. Saat sebuah ide tulisan baru terlintas, segera lid laptop saya tutup.  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H