Secara sederhana rekayasa sosial adalah upaya meretas kesadaran manusia. Layaknya sebuah sistem yang bisa diretas oleh para hacker, manusia pun tidak kebal dari upaya pembobolan ini. Perbuatan sederhana memancing pembicaraan dengan seseorang adalah bentuk peretasan paling primitif sekaligus paling tua dalam sejarah manusia. Dalam konteks positifnya retas-meretas ini kemudian kita sederhana kita sebuat sebagai basa-basi yang menjadikan manusia sebagai zoon politicon (makhluk sosial).
 Sementara dalam konteks negatifnya kita mengenalnya dengan istilah social engineering (rekayasa sosial).
Salah satu film paling mudah dipahami berkenaan dengan praktik rekayasa sosial adalah Who Am I. Sebuah film berbahasa Jerman dengan genre techno-thriller yang disutradarai Baran bo Odar pada tahun 2024.  Judul lain dari film ini adalah Kein System ist sicher (Tidak ada sistem yang aman).Â
Benjamin Engel (Tom Schilling), saya kutip dari sinopsis yang diturunkan Internet Movie Database (IMDb), terbiasa untuk 'tidak terlihat', bukan siapa-siapa. Hal ini berubah secara tiba-tiba saat ia bertemu dengan Max (Elyas M'Barek) yang karismatik. Meskipun dari luar mereka terlihat sangat berbeda, namun mereka memiliki ketertarikan yang sama: peretasan. Bersama teman-teman Max, Stephan yang impulsif (Wotan Wilke Mohring) dan Paul yang paranoid (Antoine Monot), mereka membentuk kelompok peretas subyektif CLAY (Clowns Laughing @ You). CLAY memprovokasi dengan kampanye yang menyenangkan dan berbicara untuk seluruh generasi.Â
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Benjamin menjadi bagian dari sesuatu dan bahkan Marie (Hannah Herzsprung) wanita yang ia cintai secara diam-diam saat sekolah dulu pun memperhatikannya. Namun, kesenangan berubah menjadi bahaya yang mematikan ketika CLAY muncul dalam daftar BKA (Bundeskriminalamt, Kantor Polisi Kriminal Federal) dan juga daftar orang yang paling dicari oleh Europol. Diburu oleh penyelidik Cybercrime Hanne Lindberg (Trine Dyrholm), Benjamin bukan lagi bukan siapa-siapa, melainkan salah satu peretas yang paling dicari di dunia.
Benjamin Engel, turun Goethe Institute dalam Who Am I – Kein System ist sicher, bersikukuh menceritakan kisah hidupnya kepada Lindberg. Dia menceritakan dengan sangat rinci: masa kecilnya yang sulit, ibunya, yang menderita gangguan kepribadian ganda dan bunuh diri saat dia berusia delapan tahun. Neneknya yang merawatnya, namun kini demensia yang dideritanya semakin parah sehingga ia harus masuk panti jompo. Demensia yang dideritanya berkembang sedemikian rupa sehingga ia harus masuk ke panti jompo. Lindberg tidak sabar.Â
Dia tidak tertarik dengan trauma masa kecilnya. Tanpa disadari oleh sang penyidik, ternyata Engel tengah meretas pikiran penyidiknya, Lindberg. Engel meretas Lindberg untuk yakin bila Benjamin Engel adalah pengidap skizofrenia akut yang semua ceritanya adalah ilusi. Bahwa teman-teman Engel tidak pernah dibunuh oleh gangster asal Rusia, bahkan mereka tidak pernah ada.Â
Faktanya kesemua dari disebutkan oleh Engel adalah sisi lain dari dirinya. Semuanya tidak pernah ada, Benjamin Engel seoranglah pelakunya. Dan itupun dilakukan oleh seorang dengan gangguan kejiwaan yang tidak bisa dijerat hukum. Kabar buruknya, tersangka dengan gangguan jiwa tidak bisa mendapatkan jaminan perlindungan. Engel harus melindungi dirinya sendiri. Ia harus menghilang sepenuhnya. Â Â Â
Di akhir film kepada kita diperlihatkan Benjamin sedang melakukan perjalanan dengan kapal menuju masa depan yang baru - lalu Max, Stephan, Paul, dan bahkan Marie muncul di sisinya. Sekali lagi, bagian dari cerita ini diceritakan kembali, sekarang oleh Benjamin: Max, Paul dan Stephan tidak dibunuh di kamar hotel, mereka masih hidup dan menunggu Benjamin yang melakukan pekerjaan di Europol sendirian. Karena identitas Benjamin diketahui oleh mafia siber, mereka semua dalam bahaya dan membutuhkan rencana untuk menjadi anonim lagi. lagi. Dan rencana mereka adalah kudeta rekayasa sosial besar-besaran terhadap Hanne Lindberg, yang karir dan perkembangannya telah mereka ikuti. Tidak ada sistem yang tidak dapat diretas, bahkan termasuk Hanne Lindberg. Engel harus meyakinkan Lindberg bahwa CLAY tidak pernah ada. Hal ini secara otomatis menghapus Max, Paul dan Stephan dari dari daftar buronan. Dan pad akhirnya Benjamin Engel pun harus melarikan diri dengan identitas baru. Ia menghapus sama sekali identitas dirinya dari sistem. "Cerita mana yang benar - apakah Benjamin Engel memiliki kepribadian ganda atau seorang perekayasa sosial yang sangat handal? Film ini menyerahkannya pada penonton di akhir cerita," ulas Goethe Institute.Â
Sejak menonton film Who Am I, selama beberapa waktu terma rekayasa sosial terus menggoda. Simpulan awam saya membawa kepada persepsi bahwa ternyata manusia sama saja dengan sistem lainnya dapat diretas. Kine System is sicher, tidak ada sistem yang aman, bila meminjam tagline film tersebut.