Ahmadiyah dianggap sesat oleh sebagian besar dunia Islam karena mereka memasukkan bagian-bagian dari Perjanjian Baru di samping Al Qur'an, mengklaim bahwa Yesus adalah seorang nabi Islam, menerjemahkan Al Qur'an ke dalam bahasa-bahasa lain selain bahasa Arab, dan mempromosikan gagasan bahwa Ahmad adalah Mahdi. Komunitas Ahmadiyah mendirikan sebuah misi di Harlem pada tahun 1920, yang pada akhir tahun 1940-an telah menjadi magnet bagi para musisi muda kulit hitam yang terpengaruh oleh rasisme di New York."
Lebih tandas lagi, Daniel Pipes, Ketua Middle East Forum dalam Islam and American Jazz menulis:
"Meninggalnya Al-Hajj Dr. Yusef Abdul Lateef pada tanggal 23 Desember di Massachusetts mengingatkan kita akan pengaruh Islam yang eksotis dan setengah terlupakan di kancah musik Amerika pada tahun 1950-an, ketika Islam, dan khususnya Islam Ahmadiyah, menjadi sesuatu yang keren."
Para misionaris dari gerakan kecil Ahmadiyah dari Pakistan, menurut Pipes, meraih kesuksesan yang luar biasa di antara para musisi jazz terkemuka di tahun 1950-an, selain Lateef, mereka juga mengislamkan tokoh-tokoh terkenal seperti Nuh Alahi, Art Blakey (Abdullah Ibnu Buhaina), Fard Daleel, Mustafa Daleel (Oliver Mesheux), Talib Daoud, Ahmad Jamal (Fritz Jones), Muhammad Sadiq, Sahib Shihab (Edmund Gregory), Dakota Staton (Aliya Rabia), dan McCoy Tyner (Sulaiman Saud).
Superstar yang dibisikkan telah menjadi mualaf antara lain John Coltrane (yang pertama kali menikah dengan seorang Muslim), Dizzy Gillespie (yang bandnya beranggotakan beberapa orang Muslim), Charlie Parker (Abdul Karim), dan Firaun Sanders (yang karyanya mengandung tema-tema Muslim). Satu daftar pemain jazz Muslim berisi sekitar 125 nama. Para musisi ini lebih suka tampil di klub-klub yang dimiliki oleh sesama Muslim, yang kebanyakan berasal dari Karibia.
Menilik historisitas ini,tidak terlalu berlebihan bila nuansa yang saya rasakan saat mendengarkan Round Midnightnya Monk, sisi lain dari pribadi saya mengaitkannya dengan sembahyang malam.
Interpretasi
Daya ungkap musik genre ini sangat fasih dan kontemplatif. Bila legenda jazz - atau apapun itu sebutan selainnya yang Anda rasakan lebih pantas - Louis Armstrong suatu ketika berujar: “If you have to ask what jazz is, you’ll never know”, maka saya suka berseloroh bahwa jika musik klasik adalah musiknya para ahli fiqih, maka jazz adalah musiknya para ahli tasawuf. Hehehe