Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Masa Depan Kehidupan di Bumi

21 Juni 2024   12:07 Diperbarui: 21 Juni 2024   14:41 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://quran.nu.or.id/ibrahim/19

Saat daras subuh kemarin (Rabu, 20/6), bacaan tiba pada ayat ke-20 (bila basmalah dihitung ayat yang pertama) dari Surah Ibrahim berikut:

https://quran.nu.or.id/ibrahim/19
https://quran.nu.or.id/ibrahim/19

"Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakanmu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikanmu)."

Berkenaan dengan ayat di atas, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad dalam Revelation, Rationality, Knowledge and Truth pada bagian The Future of Life on Earth menjelaskan:

"Apakah manusia merupakan tahap akhir dari perkembangan atau akankah ada ciptaan lain setelah manusia? Apakah ada kemungkinan spesies baru yang berevolusi dari Homo sapiens dengan indera yang lebih baik atau lebih lengkap, yang mampu melihat dimensi-dimensi baru dengan kapasitas untuk mengembangkan kecerdasan yang lebih tinggi? Sekali lagi, mungkinkah spesies baru tersebut muncul dalam bentuk dan wujud yang sama sekali berbeda dengan pola kehidupan yang sama sekali baru? Sepengetahuan kami, pertanyaan-pertanyaan ini belum pernah dikaji oleh agama manapun selain Islam.

"... Dengan demikian, Al-Quran mengangkat kemungkinan berkembangnya bentuk-bentuk ciptaan yang lebih maju, dengan kemampuan indera yang lebih unggul atau bahkan indera baru sebagai tambahan dari kelima indera kita. Meskipun Al-Quran tidak menyatakan bahwa hal ini pasti akan terjadi, namun Al-Quran menegaskan kuasa Allah untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang sesuai dengan rencana-Nya. Al-Quran tidak menyajikan ide evolusi buta yang didasarkan pada kejadian-kejadian yang tidak disengaja. Kemungkinan evolusi yang terus menerus, seperti yang disebutkan di sini, merupakan salah satu penghargaan terbesar bagi Kebijaksanaan dan Pengetahuan Penulis Al-Quran. Hal ini semakin membuktikan bahwa semua yang telah dikaitkan dengan Al-Quran dalam bab-bab sebelumnya mengenai evolusi kehidupan pastilah benar. Jika tidak, Al-Quran tidak mungkin menyebutkan kemungkinan manusia berevolusi menjadi spesies lain-suatu topik yang tidak dibahas dalam literatur sekuler atau agama lainnya. Pernyataan seperti itu hanya dapat dibuat dari landasan pengetahuan dan kepastian yang absolut." 

Kembali kepada ayat yang saya jumpai saat daras Subuh kemarin, ayat-ayat ini, menurut Khalifah ke-4 dalam Komunitas Muslim Ahmadiyah, tidak dapat diterapkan pada kasus kehidupan setelah kematian. Penggunaan kata depan bersyarat in yang berarti jika, jelas menyiratkan bahwa kehidupan setelah kematian tidak dimaksudkan, jika tidak, kondisi ini akan meragukan eksistensi akhirat yang pasti-sementara seluruh Al-Quran berbicara tentang hal itu sebagai realitas absolut tanpa syarat. Ayat yang sedang dibahas tidak berbicara tentang penggantian manusia dengan orang lain yang serupa dengannya. Ayat ini dengan jelas menyebutkan tentang penciptaan ciptaan baru, khalq dan berbicara tentang seluruh umat manusia yang akan diubah menjadi entitas yang berbeda.

Penjelasan ini terhitung jarang diperbincangkan sehingga terasa sangat menantang pikiran. Daras subuh pun terasa sangat dopaminis. Bila skema itu terjadi, apakah ada peristiwa kiamat yang mendahuluinya? Atau, apakah secara ilmiah Bumi kita memiliki mekanisme untuk me-reset kehidupan di atasnya?  

Lima Pemusnahan Katastrofik Bumi 

Brad Plumer dalam There have been five mass extinctions in Earth's history. Now we're facing a sixth menyatakan bahwa telah terjadi lima kali kepunahan massal dalam sejarah Bumi. Pada peristiwa terburuk, 250 juta tahun yang lalu, 96 persen spesies laut dan 70 persen spesies darat punah. Butuh jutaan tahun untuk pulih kembali. 

"Perubahan-perubahan tersebut dapat mendorong banyak spesies ke ambang kepunahan. Sebuah laporan tahun 2007 dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim menunjukkan bahwa 20 hingga 30 persen spesies tumbuhan dan hewan menghadapi peningkatan risiko kepunahan pada abad ini jika planet ini terus memanas dengan cepat (meskipun para ilmuwan masih memperdebatkan perkiraan ini, ada yang lebih rendah dan ada pula yang lebih tinggi)," tulis Plumer.

Dari berbagai sumber, secara saintifik Bumi telah mengalami lima peristiwa besar yang berdampak pada kehancuran katastrofik. Peristiwa-peristiwa ini biasanya diidentifikasi sebagai kepunahan massal. Berikut adalah lima peristiwa kepunahan massal terbesar yang telah didokumentasikan dalam catatan fosil:

Pertama, Kepunahan Ordovisium-Silur (sekitar 444 juta tahun yang lalu). Penyebab: Perubahan iklim global, terutama glasiisasi yang menyebabkan penurunan permukaan laut secara drastis; Dampak: Diperkirakan sekitar 85% spesies laut punah.

Kedua, Kepunahan Devon Akhir (sekitar 375-360 juta tahun yang lalu). Penyebab: Tidak sepenuhnya jelas, tetapi mungkin terkait dengan perubahan iklim, penurunan kadar oksigen di lautan, dan aktivitas vulkanik; Dampak: Diperkirakan sekitar 75% spesies punah.

Tiga, Kepunahan Perm-Trias (sekitar 252 juta tahun yang lalu). Penyebab: Aktivitas vulkanik besar (Perangkap Siberia), perubahan iklim drastis, dan mungkin dampak dari asteroid; Dampak: Kepunahan massal terbesar, sekitar 96% spesies laut dan 70% spesies darat punah.

Empat, Kepunahan Trias-Jura (sekitar 201 juta tahun yang lalu). Penyebab: Aktivitas vulkanik, perubahan iklim, dan kenaikan permukaan laut; Dampak: Diperkirakan sekitar 80% spesies punah.

Lima, Kepunahan Kapur-Paleogen (sekitar 66 juta tahun yang lalu). Penyebab: Dampak asteroid besar (dikenal sebagai dampak Chicxulub) di Semenanjung Yucatn, Meksiko, dan aktivitas vulkanik di Dekkan Traps, India; Dampak: Kepunahan dinosaurus non-unggas dan sekitar 75% spesies punah.

Selain lima peristiwa besar ini, ada juga beberapa kepunahan lainnya yang lebih kecil tetapi tetap signifikan dalam sejarah Bumi. Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa Bumi telah mengalami beberapa perubahan besar yang mempengaruhi kehidupan secara dramatis, sering kali membuka jalan bagi evolusi dan diversifikasi kehidupan baru setelah kepunahan massal.

Selain lima peristiwa pemusnahan massal yang disebabkan oleh bencana alam, boleh jadi Bumi juga pernah mengalami kemusnahan yang diakibatkan ulah manusia. Termasuk peperangan yang menggunakan senjata pemusnah massal sebagaimana yang diteorikan dalam peristiwa peperangan Mahabharata. Peperangan yang mengakibatkan kerusakan alam yang begitu masif sehingga mendorong Bumi untuk melakukan penyeimbangan dalam bentuk bencana alam.  Seperti halnya gunung berapi yang meletus dahsyat saat pemanasan global di Bumi sudah melampaui titik ekstremnya. Partikel dan gas untuk sementara waktu menghalangi sinar matahari yang cukup untuk menginduksi periode pendinginan global yang singkat. 

Apakah pemusnahan kehidupan secara kolosal di Bumi berikutnya akan melahirkan manusia generasi baru yang disinggung oleh Hadhrat Mirza Tahir Ahmad dalam bukunya tersebut? Sulit rasanya menyembunyikan sensasi debaran ilmiah ini. Bagi saya secara pribadi, wacana ini lebih mendebarkan ketimbang gagasan Ubermensch atau Superhuman-nya Nietzsche.   

Bumi Tanpa Manusia

Bila itu semua terjadi kembali. Dan Bumi tengah menjalani fase reset kehidupan. Apa yang akan terjadi kepada Bumi bila tanpa kehadiran manusia? Dalam What would happen to Earth if humans went extinct? Emma Bryce mengutip pernyataan Jens-Christian Svenning, profesor makroekologi dan biogeografi di Universitas Aarhus di Denmark:

"Tanpa manusia, bisakah Bumi mendapatkan kembali keanekaragaman itu? Bahkan jika kita tiba-tiba menghilang, planet ini masih membutuhkan waktu jutaan tahun untuk pulih dari kepunahan di masa lalu, demikian perhitungan Faurby dan rekan-rekannya. Mereka menyelidiki apa yang diperlukan untuk kembali ke tingkat dasar kekayaan spesies dan distribusi hewan bertubuh besar di seluruh planet ini yang mencerminkan apa yang kita miliki sebelum manusia modern menyebar ke seluruh dunia. Mereka memperkirakan dibutuhkan waktu "antara 3 hingga 7 juta tahun atau lebih untuk kembali ke kondisi sebelum kepunahan."

Pada dasarnya, Bryce kembali mengutip perkataan Svenning, jika tidak ada campur tangan manusia, seluruh dunia akan menjadi hutan belantara yang mahaluas.  

Kehadiran manusia, dan kita sekarang sebagai penghuni puncak piramida kehidupan, terbukti paling berpengaruh dalam mengubah wajah Bumi dengan manfaat ataupun mudarat yang dihasilkan olehnya. Atas kapasitasnya inilah manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Pencipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun