Musik adalah Bahasa Universal
Henry Wadsworth Longfellow, kutip Jed Gottlieb dalam Music everywhere menulis, "Musik adalah bahasa universal umat manusia." Menurut Gottlieb, para ilmuwan di Harvard baru saja menerbitkan studi ilmiah paling komprehensif tentang musik sebagai produk budaya, yang mendukung pernyataan penyair Amerika tersebut (Longfellow) dan meneliti fitur-fitur lagu yang cenderung dimiliki oleh seluruh masyarakat.
Samuel Mehr bersama koleganya melakukan riset yang komprehensif berkenaan dengan musik, khususnya lagu dan menerbitaknnya dengan judul Universality and diversity in human song. Hasil riset Mehr juga merupakan rujukan utama dari tulisan Gottlieb di atas.Â
Musik faktanya bersifat universal. Musik ada di setiap masyarakat (baik dengan atau tanpa kata-kata), lebih bervariasi di dalam daripada di antara masyarakat, secara teratur mendukung jenis perilaku tertentu, dan memiliki fitur akustik yang secara sistematis terkait dengan tujuan dan respons penyanyi dan pendengar. Namun musik bukanlah respons biologis yang tetap dengan satu prototipe fungsi adaptif.Â
Musik diproduksi di seluruh dunia dalam berbagai konteks perilaku yang bervariasi dalam hal formalitas, gairah, dan religiusitas. Musik tampaknya terkait dengan kemampuan perseptual, kognitif, dan afektif tertentu, termasuk bahasa (semua masyarakat menggunakan kata-kata dalam lagu-lagu mereka), kontrol motorik (orang-orang di semua masyarakat menari), analisis pendengaran (semua sistem musik memiliki ciri-ciri nada suara), dan estetika (melodi dan iramanya seimbang antara monoton dan kejutan), simpul Mehr.
Mehr dan rekannya mengaku bahwa analisis ini menunjukkan bagaimana penerapan alat ilmu sosial komputasi pada data humanistik yang kaya dapat mengungkap fitur universal dan pola variabilitas dalam budaya, menjawab perdebatan yang telah berlangsung lama tentang masing-masing. Dalam ungkapan yang bernada bangga, tulis Gottlieb, Samuel Mehr menyatakan:
"Saya mulai melihat semua penelitian yang membuat klaim bahwa musik adalah sesuatu yang universal. Bagaimana mungkin setiap makalah tentang musik dimulai dengan klaim besar ini tapi tidak pernah ada kutipan yang mendukungnya... Sekarang kita bisa menyediakan rujukan [dengan data-data yang memadai]."
Musik sebagai bahasa universal manusia melintasi sekat bahasa, budaya dan keyakinan. Musik adalah bahasa kemanusiaan kita. Untuk, tidak heran bila para ilmuwan besar muslim turut berkontribusi dalam budaya dunia ini.Â
Gabitov et al. dalam The Role of Music Al-Farabi and Ibn Sina in World Culture musik menyebutkan bahwa filsuf terkenal al-Kindi, Al-Farabi dan Ibnu Sina mengumpulkan karya-karya musik dari para pemikir Yunani, mensistematisasi dan mengembangkan teori musik sesuai dengan kebutuhan zaman modern. Di antara mereka, terutama Al-Farabi memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pengembangan teori musik dunia.
Islam seringkali diidentikkan dengan Arab. Hal ini lebih karena Sang Nabi saw  diutus menjadi nabi di jazirah Arab dan kitab Suci Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab. Namun, secara inti ajaran, Islam sangat universal melintasi ruang dan waktu.Â
Dari tiga tokoh kita yang disebutkan di atas, hanya Al-Kindi yang berasal dari bangsa Arab (melalui suku al-Kinda). Sementara Al-Farabi dan Ibnu Sina bukan Arab. Namun, kendati demikian, Arab sendiri tidaklah seperti yang seringkali dicitrakan sebagai bangsa yang tak berseni dan barbar. Henry George Farmer dalam A History of Arabian Music to the XIIIth Century mengutip pernyataan Profesor A. H. Sayce bahwa:Â