Pendapat serupa, dengan redaksi hadits yang berbeda sedikit, dinyatakan Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr as-Suyuti dalam pembahasannya di laman Islamweb:
Jelas disebutkan bahwa Al-Qur'an pertama kali diwahyukan pada tanggal 24 Ramadan. Berbeda dengan yang umum kita ketahui, tanggal 17 Ramadan yang pada tanggal tersebut diperingati peristowa Nuzulul Qur'an.
Ada beberapa hal menarik yang bisa kita diskusikan:
Pertama, umum diketahui bahwa malam turunnya Al-Qur'an disebut sebagai Laylatul Qadr (Lailatulkadar, KBBI). Dan Lailatulkadar jatuh pada malam-malam ganjil pada puluhan akhir Ramadan. 17 Ramadan jelas bukan malam-malam di akhir Ramadan.
Kedua, bila 24 Ramadan adalah malam turunnya Al-Qur'an maka ini pun mengandung masalah. 24 Ramadan memang termasuk puluhan akhir Ramadan, hanya saja ia tidak termasuk tanggal ganjil, yang seharusnya 21, 23, 25, 27 atau 29.
Ketiga, bagaimana bila 24 Ramadan malam? Maka ini memenuhi kedua kriteria. Selain masuk puluhan akhir, 24 Ramadan malam artinya 25 Ramadan mengingat pergantian hari dalam sistem lunar (kamariah, KBBI) terjadi saat mata hari terbenam dan bukan saat tengah hari sebagaimana sistem solar (syamsiah, KBBI).
Keempat, 17 Ramadan boleh jadi merujuk kepada riwayat Ibnu al-Dharis, al-Nisa'i, Muhammad bin Nasr, Ibnu Jarir, at-Thabrani, al-Hakim, Ibnu Mardawiyah, al-Baihaqi, atas riwayat Ibnu Abbas, berkata: Al-Qur'an diturunkan sekaligus pada malam takdir di bulan Ramadhan ke langit yang lebih rendah, maka jika Allah ingin mewujudkan sesuatu di bumi, Dia menurunkannya dari langit tersebut hingga Dia mengumpulkannya. Ulamanya menyebut peristiwa ini sebagai diturunkannya Al-Qur'an dari al-Lauh al-Mahfuzh ke Bayt al-'Izzah.
Kelima, tanggal 17 Ramadan merupakan hari terjadinya pertempuran Badar. Al-Qur'an (Al-Anfal: 41), sebagaimana Imam Thabari dalam Jamiʽul Bayan fi Ta’wilil Quran, menyebut hari tersebut sebagai yaumul furqan yang di dalamnya terjadi iltiqa'ul jam'an, yaitu bertemunya dua pasukan (pasukan muslimin dan kuffar Quraisy). Imam ath-Thabari mengutip Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra berkata, ‘Yang dimaksud dengan malam ‘al-furqan yaumul taqāl Jamʽān’ adalah tanggal 17 bulan Ramadhan.’
Hanya saja dari sejarah kita mengetahui bahwa peristiwa turunnya wahyu pertama di gua Hira terjadi setidaknya 15 tahun sebelum perang Badar. Namun, bisa dipahami bila perang Badar dikaitkan dengan turunnya Al-Qur'an. Al-Qur'an memiliki banyak nama atau julukan salah satunya, Al-Furqan (Pembeda) dan perang Badar menjadi pembeda yang tegas antara mereka yang siap beriman dengan sepenuh hati dengan mereka yang munafik. Selain itu, medan Badar menjadi panggung tergelarnya sebagian janji-janji dan nubuwatan yang terkandung dalam Al-Qur'an. Dalam perspektif ini perang Badar seakan menjadi representasi dari turunnya Al-Qur'an.
Saya sendiri lebih memaknai peringatan Nuzulul Qur'an sebagai bentuk syukur atas anugerah terindah dari Allah SWT kepada kita, yakni Al-Qur'an. Namun, dengan tetap menyediakan ruang untuk perbedaan sudut pandang - termasuk untuk tidak memperingatinya secara seremonial.