Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Manusia Diciptakan dari Tanah (Liat)?

20 Maret 2024   06:55 Diperbarui: 20 Maret 2024   07:07 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Manusia Tanah Liat. https://www.westconcordunionchurch.org/wp-content/uploads/2018/10/clay-person.jpg

Beberapa agama di dunia, tulis Amelia Pak-Harvey dalam Did man form from earth? New research suggests early life began in wet clay, mempunyai jawaban sederhana mengenai asal usul manusia: tanah liat. Sekarang sains mungkin mendukung hal ini. 

Penelitian terbaru dari Cornell University menunjukkan bahwa kehidupan mungkin dimulai dari tanah liat yang sangat basah. Studi tersebut menunjukkan bahwa tanah liat mungkin menyediakan lingkungan perlindungan yang sempurna bagi kehidupan.

Misteri menyelimuti bagaimana molekul biologis bereaksi satu sama lain sebelum mereka bergabung dalam sel pertama Bumi.

Saat ini, membran sel memberikan penghalang pelindung terhadap DNA dan RNA ketika kedua molekul bekerja sama untuk menghasilkan protein. Namun tim Cornell ingin mengetahui bagaimana mereka pertama kali berkumpul dalam lingkungan yang terlindungi, bahkan sebelum sel ada. Para ilmuwan menciptakan gel dengan tanah liat dan air laut -- keduanya merupakan elemen yang banyak terdapat di bumi awal. Ketika mereka menambahkan DNA dan RNA ke dalam campuran, mereka menemukan bahwa asam nukleat terlindungi dari enzim yang dapat menghancurkannya.

"Mereka juga menemukan bahwa asam nukleat melakukan transkripsi dan translasi -- proses yang menghasilkan protein -- dengan sangat baik ketika dimasukkan ke dalam tanah liat," tulis Harvey.

Adalah Science Daily dalam lansirannya yang bertajuk Clay may have been birthplace of life on Earth, new study suggests menyatakan bahwa tanah liat, campuran mineral yang tampaknya tidak subur, mungkin merupakan tempat lahirnya kehidupan di Bumi. Atau setidaknya biokimia kompleks yang memungkinkan terjadinya kehidupan, demikian laporan para ahli biologi Cornell University dalam jurnal Scientific Reports edisi online 7 November 2013, yang diterbitkan oleh Nature Publishing.

"Kami mengusulkan bahwa dalam sejarah geologi awal, hidrogel tanah liat menyediakan fungsi pengurungan untuk biomolekul dan reaksi biokimia," kata Dan Luo, profesor teknik biologi dan lingkungan serta anggota Institut Kavli di Cornell untuk Ilmu Pengetahuan Berskala Nano.

Dalam simulasi air laut purba, tanah liat membentuk hidrogel - massa ruang mikroskopis yang mampu menyerap cairan seperti spons, tulisnya. 

Publikasi ini yang rupanya dikutip oleh Amelia Pak-Harvey  sebagaimana saya kutip kembali pada awal tulisan.

Al-Qur'an secara unik menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari berbagai bahan: air, tanah liat, tanah kering, debu, lumpur hitam, air mani, dan segumpal darah. Ada juga disebutkan di beberapa tempat dalam Al-Qur'an bahwa manusia diciptakan dari sesuatu yang sifatnya imateri, seperti dari 'ajal (tergesa-gesaan, QS al-Anbiya:37) dan dhu'f (lemah, QS ar-Rum: 54). Penyebutan manusia dibuat dari thin (tanah liat) kita temukan di delapan tempat dalam Al-Qur'an. Kata turab (debu) sebagai materi yang darinya manusia diciptakan disebutkan di tujuh ayat dalam Al-Qur'an. Sementara, kata shalshal (tanah liat kering) disebutkan pada empat ayat Al-Qur'an. 

Memanfaatkan momentum Ramadan sebagai syahrul Qur'an, dengan kesempatan membaca Al-Qur'an yang relatif besar dibadingkan pada bulan lainnya, saya secara sederhana mencoba merekontruksi logika penciptaan manusia dari tanah dan materi lainnya sebagaimana disebutkan sebelumnya.

Manusia mengalami setidaknya dua fase perkembangan di dunia ini. Pertama, pada awal penciptaan, manusia berkembang biak (atau tepatnya tercipta) secara abiogenesis. Tanpa melalui peran sperma atau mani. Jadi pada tahap awal ini keberadaan manusia bersifat aspermatogenesis. Pada fase ini, secara umum kita diciptakan dari air, tanah, debu atau campuran ketiganya yang membentuk lumpur. Secara ilustratif saya membayangkan generasi manusia yang pertama 'tumbuh' dari rahim bumi dengan komposisi air, tanah dan debu. Sulit menahan debar jantung saat membaca ayat berikut:

https://quran.kemenag.go.id/
https://quran.kemenag.go.id/

 

Terjemahan versi Kementerian Agama: "Allah benar-benar menciptakanmu dari tanah." (QS Nuh: 17)

Saya harus dimaafkan atas kelancangan menerjamahkan ayat ke-17 (atau 18 bila basmalah dihitung sebagai ayat pertama) dari Surah Nuh secara letterlijk  ini sebagai berikut: Dan Allah telah menumbuhkan kalian dari bumi seperti halnya tumbuhan.

Sulit rasanya kita menerima bila manusia pernah mengalami fase seperti ini pada masa awal sekali keberadaannya di muka bumi. Kecambah manusia. Apakah ke arah ini siratan dari permulaan ayat dari Surah Al-Insan berikut?

https://quran.kemenag.go.id/
https://quran.kemenag.go.id/

Terjemahan versi Kementrian Agama adalah: "Bukankah telah datang kepada manusia suatu waktu dari masa yang ia belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?" (QS Al-Insan: 1)

Ungkapan lam yakun sya'an madzkuran (ia belum merupakan sesuatu yang dapat disebut) terasa 'sesuatu' sekali. Bila sekarang ini saja kita jengah saat manusian secara taksonomi masuk kelompok hewan, maka tidak sulit untuk membayangkan ganjilnya kenyataan bahwa kita pernah sebegitu mirip dengan tumbuhan. Sebagai bahan pertimbangan, sebenarnya bukan hanya para ilmuwan yang mengelompokkan manusia ke dalam satu kelompok dengan hewan. Para filosuf juga sama. Ungkapan legendaris al-insanu hayawanun nathiq (manusia adalah hewan yang berbicara/berpikir) sangat menggusarkan sebagian dari kita. Beberapa penerjemah menghaluskan kata hayawan sebagai makhluk. 

Taksonomi kita sebagai manusia https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Taksonomi kita sebagai manusia https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia

Fase kedua, tentu saja ini sudah sangat kita kenali dan banggakan. Kita berkembangan biak secara biogenesis dan secara spermatogenesis dengan keunggulan ras manusia tersendiri sebagai masterpiece-nya  Allah SWT.

Hal yang menarik adalah bahwa ternyata anggapan atau keyakinan manusia diciptakan dari tanah, tanah liat ataupun lumpur ternyata dapat kita temukan hampir di semua agama, keyakinan dan kebudayaan. Saya harus menahan diri dari terlalu berani melakukan generalisasi. Sebab, seperti dikatakan Dumas bahwa semua generalisasi itu berbahaya, termasuk yang satu ini. 

Hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun