Kesalahkaprahan yang legendaris adalah saat menyerap istilah amal jariyah. Secara kaidah bahasa Arab, kata sifat jariyah berlaku untuk kata benda yang bergender perempuan (mu'annats). Sementara itu, kata 'amal bergender laki-laki (mudzakkar). Misalnya, 'amal shalih (bukan 'amal shalihah) jadi seharusnya 'amal jariy. Terasa ganjil di telinga kita saat harus mendengarkannya. Kesalahkaprahan amal jariyah yang membuat kita 'nyaman'.
Kesalahkaprahan berikutnya adalah saat mendengar bacaan di akhir tilawah Al-Qur'an, shadaqallahul 'azhim. Arti harfiahnya adalah maha benar Allah yang Maha Agung. Akan tetapi bukankah kita kaprahnya menerjemahkan sebagai maha benar Allah dengan segala firman-Nya?Â
Untuk yang ketiga ini seringkali dituduh sebagai kesalahkaprahan. Namun justru kesalahannya terletak pada memaksakan pola kebahasaan Arab ke dalam bahasa Indonesia. Barangkali persoalannya tidak selegendaris kedua contoh yang disebutkan sebelumnya. Hanya saja bisa dipastikan ungkapan ini tidaklah asing di telinga kita. "Unzhur maa qaala wa laa tanzhur man qaala," ujar seorang pemberi tausiah menasihati jamaahnya. Ungkapan yang banyak dikeliruanggapkan sebagai hadits Nabi saw ini umumnya diartikan 'perhatikanlah apa yang dikatakan, dan jangan memperhatikan siapa yang mengatakan'.
Secara kaidah bahasa Arab unzhur maa qaala akan lebih tepat bila diterjemahkan ke dalam bahasa di Indonesianya 'perhatikanlah apa yang ia katakan'. Sebab redaksi untuk 'perhatikanlah apa yang dikatakan' dalam bahasa Arabnya akan lebih aman menggunakan bentuk pasif: unzhur maa qiila. Atau, bila ingin menggunakan bentuk aktif-pasif (bentuknya aktif namun maknanya pasif), maka redaksi arabnya unzhur maa qaalahu.Â
Menurut Ibnu Asakir, ungkapan ini bersumber dari Ali bin Abi Thalib ra. unzhur ilaa maa qaala wa laa tanzhur ilaa man qaala. Sejak tidak ada yang bisa meragukan kefasihan sepupu Sang Nabi saw ini, maka ungkapan unzhur maa qaala wa laa tanzhur man qaala terverifikasi kebenarannya. Tidak perlu dipasifkan menjadi unzhur maa qiila. Cukup mencari terjemah yang sesuai dengan kaidah kebahasan kita. Â
Waduh, nampaknya saya terlalu serius dalam bercanda. HeheheÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H