Â
Menurut laman Time and Date, tanggal 6 Mei merupakan puncak gerhana bulan penumbra. Indonesia termasuk yang dapat menyaksikannya pada Sabtu dini hari. Khususnya Jakarta dan Cirebon merupakan titik pengamatan terbaik. Pada saat yang sama, menurut Time and Date kita juga akan menyaksikan hujan meteor Eta Aquarids. "Pancaran, titik di langit tempat Eta Aquarids tampaknya muncul, berada di arah konstelasi Aquarius. Pancuran ini dinamai bintang paling terang di rasi bintang, Eta Aquarii. Eta Aquarids adalah salah satu dari dua hujan meteor yang tercipta dari puing-puing Komet Halley.
Bumi melewati jalur Halley mengelilingi Matahari untuk kedua kalinya pada bulan Oktober. Ini menciptakan hujan meteor Orionid , yang mencapai puncaknya sekitar 20 Oktober. Komet Halley membutuhkan waktu sekitar 76 tahun untuk melakukan revolusi penuh mengelilingi Matahari. Kali berikutnya akan terlihat dari Bumi adalah pada tahun 2061," lansir Time and Date.
Hujan meteor saat gerhana bulan nampaknya akan memberikan kesempatan kepada langit untuk memamerkan fenomena falaki secara optimal. Sekitar 50 meteor per jam dapat kita saksikan di berbagai belahan langit. Karena tidak ada peralatan khusus yang diperlukan, maka cukup langit cerah dan lokasi pengamatan yang minim polusi cahaya lampu. Kita pun tentu berharap hujan tidak turun. Terlalu berisiko soalnya bila berada di alam terbuka, diguyur hujan, sementara waktu masih dini hari.
Menyinggung Komet Halley, penyumbang puing-puing yang kemudian berguguran berupa hujan meteor, saya termasuk beruntung cukup mengikuti berita saat Komet Halley menyambangi bumi pada tahun 1986. Usia SMP waktu itu. Sudah cukup sadar untuk mengikuti berita melalui televisi berkenaan dengan kemunculan komet tersebut. Elizabeth Howell dalam Halley's Comet: Facts about history's most famous comet menulis:
"Komet Halley bisa dibilang sebagai komet paling terkenal dalam sejarah. Sebagai komet 'periodik', komet ini kembali ke sekitar Bumi setiap 75 tahun, sehingga memungkinkan seseorang untuk melihatnya dua kali seumur hidupnya. Terakhir kali komet ini berada di sini pada tahun 1986, dan diproyeksikan akan kembali lagi pada tahun 2061. Komet yang secara resmi dinamai 1P/Halley ini dinamai sesuai nama astronom Inggris, Edmond Halley, yang meneliti laporan tentang komet yang mendekati Bumi pada tahun 1531, 1607, dan 1682.Â
Ia menyimpulkan bahwa ketiga komet ini sebenarnya adalah komet yang sama yang kembali lagi dan lagi, dan memperkirakan bahwa komet ini akan kembali pada tahun 1758. Perhitungan Halley menunjukkan bahwa setidaknya ada beberapa komet yang mengorbit matahari. Halley tidak hidup untuk melihat kembalinya komet yang diprediksi dengan tepat, tapi komet tersebut diberi nama sesuai dengan namanya."
Saya merasa pernah melepaskan pandang atas kepergian komet ini. Dan ada sekelebat harap untuk melihatnya kembali saat ia menghampiri bumi 75-76 tahun dari singgahannya yang terakhir.
Memetik Kearifan dari Langit
Hari Sabtu, 6 Mei 2023. SMA Al-Wahid, tempat saya belajar menjadi guru, melangsungkan acara pelepasan siswa Kelas XII tahun pelajaran 2022/2023.Â
Pelepasan memiliki lebih banyak makna dibandingkan dengan perpisahan. Puncak kegiatan persekolahan yang berujung di momen pelepasan mengajarkan kearifan. Umum kita ketahui, seorang ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya. Kata-kata al-Umm madrasatul ula (ibu adalah guru yang pertama) pun banyak bertebaran dalam tulisan-tulisan bahkan meme. Hisam Jihad Umar dalam Hal Da'iman al-Umm Mudarrisah? menyatakan bahwa redaksi al-Umm madrasatul ula berasal dari syair Hafez Ibrahim. Namun, sebenarnya tidak ada sematan kata al-ula (yang pertama). Sehingga redaksi aslinya adalah al-Umm madrasah (ibu adalah sekolah).
Secara teknis, redaksi al-Umm madrasatul ula mengandung cacat gramatikal. Sederhananya begini. Karena ula (pertama) merupakan kata yang bisa berfungsi sebagai sifat atau penjelas, maka menurut kaidah bahasa Arab, ia akan mengikuti i'rab (hukum harakat) dan ta'rif (tentu dan tidak tentunya) kata yang disifatinya. Ula merupakan sifat dari madrasah, jadi ia akan mengikuti maushuf (kata yang disifatinya).Â
Bila madrasah dalam keadaan nakirah (tidak tentu, indefinitif) maka ula pun harus nakirah dan sebaliknya, bila ma'rifah maka ula pun ma'rifah. Pun demikian halnya dengan i'rab. Bila kata madrasah dan ula harus sama secara i'rab. Namun, karena kebetulan kata ula termasuk bentuk mabni (tidak bisa berubah secara i'rab) maka perubahan i'rab tidak terlihat.
Dalam redaksi al-Umm madrasatul ula, madrasah dalam keadaan nakirah maka harusnya demikian pula dengan ula. Sehingga, mestinya tanpa beralif-lam: al-Umm madrasah ula bukan al-Umm madrasatul ula. Itu pun bila bersikukuh menambahkan kata ula ke dalam syairnya Hafez Ibrahim tersebut. Adapun al-Umm al-madrasatul ula terlarang secara berdasarkan kaidah kebahasaan lainnya. Al-Umm menempati posisi sebagai mubtada (subjek) yang idealnya beralif-lam, dan sebaliknya madrasah sebagai khabar (predikat) tidak boleh beralif-lam. Jadi, bila ingin sekali menyisipkan ula maka alif lam-nya harus ditanggalkan.Â
Pembahasan teknis seperti ini biasanya cenderung membosankan. Saya harus segera beralih ke ranah filosofis. Sekolah sebagai lembaga pendidikan, dalam perspektif al-Umm madrasah (ula), adalah 'sekolah' yang kedua. Seperti halnya seorang ibu sebagai sekolah pertama tidak pernah menginginkan berpisah dari anaknya, maka ia hanya bersedia melepasnya saat anaknya dirasa siap melangkah jauh. Filosofi ini pula yang Al-Wahid gunakan saat memilih kata pelepasan alih-alih perpisahan. Sekolah, setelah tiga tahun mendidik peserta didiknya, ia pun baru melepas mereka untuk melangkah jauh ke depan menghadapi berbagai rintangan.
Dari melepas kepergian komet 38 tahun lalu, lalu kata melepas menarik perhatian saya kepada makna pelepasan peserta didik - yang mana melepas langkah setelah membekalinya melalui proses pendidikan, pada gilirannya membawa saya pada kisah Nabi Ibrahim a.s. yang diriwayatkan 'menghidupkan' empat ekor burung. Kisahnya sendiri sudah masyhur. Salah satunya versi populernya saya kutip dari Republika, Kisah Nabi Ibrahim dan Empat Ekor Burung.
Nabi Ibrahim diriwayatkan berseru, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati!"
Allah pun berfirman, "Belum yakinkah kamu?"
Ibrahim pun menjawab, "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)," ujarnya. Allah pun kemudian memperintahkan apa yang dilakukan Ibrahim tersebut.
Allah berfirman: "Kalau demikian tujuanmu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera," firman Allah.
Nabi Ibrahim pun segera melaksanakan panduan Allah. Beliau melatih empat ekor burung hingga jinak. Kemudian melakukan seperti yang dikisahkan tadi. Saat memanggil burung-burung yang telah menjadi bangkai, nabi Ibrahim pun takjub bukan main. Hanya dengan "kun" (jadilah), Allah menghidupkan kembali empat burung yang telah tewas, dicacah bahkan dipisahkan bangkai tubuhnya. Maka yakinlah Nabi Ibrahim bahwa Allah Maha Kuasa, mudah bagi Allah menciptakan dan menghidupkan kembali.
Begitulah ringkasan kisahnya.
Alternatif Tafsiran Nabi Ibrahim a.s. dan Empat Burung
Sebuah alternatif tafsir ayat ke-260 (atau 261 bila basmalah dihitung sebagai ayat pertama) dari Surah Al-Baqarah diajukan oleh Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad dalam kitab tafsirnya yang terdiri dari 5 volume.
"Ayat ini memberikan ilustrasi lain tentang proses kehidupan dan kematian yang diatur oleh Tuhan di dunia ini. Dengan kata lain, kebangkitan suatu bangsa yang telah jatuh dibahas lebih lanjut. Ibrahim meminta Allah untuk menunjukkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali suatu kaum setelah mereka jatuh dan rusak.
Perbedaan antara iman (percaya) dan ithmi'nan (hati yang tenang) adalah bahwa dalam keadaan yang pertama, seseorang hanya percaya bahwa Allah dapat melakukan sesuatu, sementara dalam keadaan yang kedua, seseorang menerima jaminan bahwa hal itu akan dilakukan dalam kasusnya juga. Ibrahim memang percaya bahwa Allah dapat menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, tetapi yang diinginkannya adalah kepuasan pribadi dengan mengetahui bahwa Ia akan melakukannya juga terhadap keturunannya; oleh karena itu ia berkata, supaya hatiku menjadi tenteram.
Ayat ini melanjutkan dengan menggambarkan sebuah penglihatan tentang Ibrahim. Dengan memintanya untuk mengambil empat ekor burung, Allah mengisyaratkan bahwa keturunannya akan naik dan turun sebanyak empat kali. Kebangkitan dan kejatuhan ini disaksikan dua kali di antara bangsa Israil, dan fenomena yang sama akan terulang kembali di antara para pengikut Nabi Suci Islam yang merupakan keturunan Ibrahim melalui Ismail.
Kekuatan orang-orang Yahudi, keturunan Ibrahim melalui Ishak, dihancurkan dua kali, pertama oleh Nebukadnezar dan kemudian oleh Titus (Al-Quran, 17:5-8; Alkitab, II Raja-raja pasal 25 dan Enc. Brit. di bawah orang Yahudi); dan setiap kali Allah membangkitkan mereka setelah kejatuhannya, kebangkitan kedua terjadi karena penerimaan agama Kristen oleh Kaisar Romawi.Â
Mengenai kekuatan Islam, pertama kali terguncang dengan kasar ketika Baghdad jatuh ke tangan Tartar, dan kemudian bangkit kembali karena para penakluknya memeluk Islam. Kejatuhan kedua terjadi kemudian ketika terjadi kemunduran besar-besaran pada umat Islam, baik dalam bidang spiritual maupun politik. Kebangkitan terakhir sedang diatur oleh Tuhan melalui Gerakan Ahmadiyah yang didirikan oleh Ahmad, Al-Masih yang Dijanjikan.
Merujuk kepada ayat yang sedang dikomentari, Nabi Suci dilaporkan telah bersabda, 'Kita lebih berhak untuk mengajukan syakk daripada Ibrahim.' (Muslim). Di sini syakk tidak berarti 'keraguan', melainkan sebuah keinginan yang terpendam yang sangat kuat yang menunggu pemenuhannya, karena Rasulullah saw. tidak pernah merasa ragu. Ini menunjukkan bahwa Ibrahim juga tidak pernah ragu dan pertanyaannya tidak didorong oleh keraguan, melainkan hanya karena keinginan yang kuat. Beliau memiliki keyakinan yang teguh akan kekuasaan Allah dan sepenuhnya percaya bahwa Dia dapat memulihkan umat yang telah jatuh ke dalam kemakmuran; apa yang beliau inginkan hanyalah kepuasan akan keinginan yang tersembunyi, yakni jaminan bahwa Allah akan melakukan hal yang sama kepada umatnya. Oleh karena itu, kata syakk di sini hanya berarti perasaan cemas dalam pikiran, atau keadaan galau atau keresahan dalam hati dan pikiran (Lane).
Kejatuhan dua kali dan kebangkitan bangsa Israil dan keturunan Ismail yang membuat jumlah total fenomena tersebut menjadi empat dapat ditafsirkan dengan cara lain. Bangsa Israil adalah bangsa yang jatuh sebelum Musa dan Tuhan membangkitkan mereka melalui Musa. Mereka jatuh lagi sebelum masa Yesus dan kembali diberi kehidupan baru melalui Dia. Demikian pula, bangsa Isma'ili adalah bangsa yang jatuh sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. yang memberi mereka kehidupan baru, dan mereka kembali menjadi bangsa yang jatuh saat ini ketika mereka diberi kehidupan baru oleh Ahmad, Al-Masih yang Dijanjikan.
Banyak penafsir yang menerjemahkan kata shurhunna sebagai, 'potonglah mereka menjadi beberapa bagian dan cincanglah mereka', tapi ini jelas salah; karena seperti yang dijelaskan di bawah bagian Kata-Kata Penting di atas, shaara-yashuuru (dengan 'ain fi'il waw pada akar kata) berarti 'menyondongkan' dan bukannya 'memotong', khususnya ketika digunakan dengan preposisi ilaa. Jadi ungkapan  shurhunna akan berarti 'jadikanlah mereka condong kepadamu', sehingga mereka dapat terikat kepadamu.Â
Dalam hal ini, menempatkan juz'un dari empat burung masing-masing di atas bukit berarti, menempatkan setiap burung yang terpisah di atas bukit yang berbeda, dan tidak menempatkan bagian dari daging cincang di atasnya. Perintah untuk meletakkan keempat burung secara terpisah di atas bukit yang berbeda adalah untuk menunjukkan fakta bahwa kebangkitan dan kejatuhan keturunan Ibrahim akan terjadi pada empat waktu yang berbeda dan terpisah. Kata juz'un telah digunakan dalam pengertian ini di tempat lain (15:45)."
Ternyata, menurut tafsir Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad permohonan Nabi Ibrahim a.s. tersebut adalah keinginan terdalam untuk menghidupkan kerohanian keturunan dan pengikut beliau a.s. Dalam batas tertentu permohonan beliau terkabul sebagaimana tergambar dalam julukan Abul Anbiya (Bapak Para Nabi).
Hujan Meteor di Langit Berpenumbra
Lima sampai enam jam lagi tersisa saat tulisan ini tiba di bagian akhirnya. Lima sampai enam jam menuju gerhana bulan dan hujan meteor di awal terbitnya hari ke-6 di bulan Mei .
Semoga hujan yang mengguyur sejak sore tadi menjernihkan langit dini hari nanti saat meteor Eta Aquarids yang dilatari gerhana bulan penumbra dipentaskan.
Meski terhitung terlalu awal, saya sampaikan: "Selamat jalan, Alwahidians!"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H