Lebaran 2023 tiba. Itu artinya Ramadan, Sang Tamu Agung itu, telah menjauh satu hari. Dua hari malah, bagi saudara-saudara kita yang berlebaran pada hari Jum'at kemarin. Hujan deras sempat turun di malam hari raya. Sementara rinai gerimisnya masih tersisa dan menemani ayunan langkah menuju masjid untuk menunaikan sembahyang Ied. Suara takbiran masih bersilihan antara satu pelantang masjid dengan yang lainnya.Â
Bagi saudara-saudara yang berlebaran Jum'at, Idulfitri bersamaan dengan Hartini. Bagi saya, dan peraya Lebaran di hari Sabtunya, Idulfitri bertepatan dengan Hari Bumi. Pagi ini tiba-tiba saya merindukan kicauan burung. Kicauan burung penaka orkestrasi pelepas Sang Tamu Agung, Ramadan. Benak digoda sebuah tanya: "Mengapa burung berkicau?"Â
Songbird (Burung Kicau)
"Telah lama diketahui bahwa ketika burung berkicau bernyanyi, itu adalah cara untuk menarik pasangan dan mempertahankan wilayah. Tetapi penelitian baru menunjukkan ada alasan lain---aliran kimiawi ke otak burung yang membuat mereka merasa senang," tulis Mary Kate McCoy dalam Why Do Songbirds Sing? Because It Feels Good, Researchers Say.
Sebuah studi baru dari Universitas Wisconsin Madison yang diterbitkan dalam Scientific Reports menemukan bahwa bernyanyi pada saat tidak sedang kawin melepaskan opioid yang diproduksi secara alami dalam otak burung kicau. Opioid, menurut McCoy, memiliki susunan biologis yang mirip dengan heroin dan morfin, dan sama dengan yang dilepaskan dalam otak manusia dalam situasi yang membuat senang, seperti saat bergaul dengan teman.
Lauren Riters, profesor biologi integratif di Universitas Wisconsin Madison dan penulis utama studi ini, mengatakan bahwa para peneliti tertarik dengan peran yang dimainkan oleh hadiah dalam membentuk komunikasi. Ia mengatakan bahwa apa yang mereka pelajari tentang burung kicau dapat menjadi pelajaran bagi manusia. "Opioid saat ini terkenal karena epidemi opioid, tetapi mereka juga terkenal karena dapat menimbulkan rasa senang dan mengurangi rasa sakit," katanya. "Menurut Riters, mungkin opioid endogen burunglah yang mengatur jenis perilaku berkicau yang spesifik ini," kutipnya.
Bukan hanya ini saja. Ternyata burung kicau sangat keren. Selain bernyanyi untuk bersenang-senang mereka juga mahir dalam berolahotot untuk menghasilkan lagu-lagu dengan tingkat kesulitan tinggi.
"Penelitian kami pada burung Kutilang Benggala (Lonchura striata domestica) menunjukkan bahwa menghasilkan lagu yang sangat rumit bergantung pada kemampuan otak burung untuk mengarahkan perubahan rumit pada kombinasi otot-ototnya," jelas Dr. Sober, yang merupakan penulis senior dari sebuah makalah di Journal of Neuroscience. "Dalam hal kontrol vokal, otak burung tampak serumit dan sehebat otak manusia," kata Dr. Sober seperti dikutip Science News dalam Songbirds Sing Like Humans, Researchers Say.
Pitch, misalnya, penting untuk vokalisasi burung kicau, tetapi tidak ada satu otot pun yang dikhususkan untuk mengendalikannya. "Mereka tidak hanya mengontraksikan satu otot untuk mengubah nada. Mereka harus mengaktifkan banyak otot yang berbeda secara bersamaan, dan perubahan ini berbeda untuk vokalisasi yang berbeda. Tergantung pada suku kata apa yang dinyanyikan burung, otot tertentu bisa menaikkan nada atau menurunkan nada," tambahnya.
Saya tinggal di kampung yang relatif masih asri. Burung-burung biasa meramaikan pagi dengan kicauannya. Termasuk burung Uncuing (Kedasi Hitam). Meski untuk yang satu ini tidak difavoritkan. Maklum, suka dihubungkan dengan adanya berita kematian.Â
Saya tidak percaya takhayul. Namun, saya juga tidak keberatan untuk menghargai keyakinan orang lain. Seperti halnya saya percaya putusan sidang itsbat bahwa hilal belum nampak Kamis sore lalu. Namun, saya dengan senang hati menghormati saudara-saudara kita yang hari Jum'atnya sudah pesta ketupat berkuah opor.