Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah, atau Adakah, yang Lebih Besar daripada Cinta?

21 April 2023   05:05 Diperbarui: 22 April 2023   15:34 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu jawaban favorit saya adalah yang berikut ini: 

"Dalam matematika, ketakterhinggan tidak dapat dibandingkan dengan angka lain. Ketakhinggan adalah sebuah konsep, bukan angka atau batas tetap, dan karenanya tidak dapat dilewati. Ketakhinggan adalah ide atau konsep tentang sesuatu yang tidak memiliki akhir. Ketakterhinggaan tidak terbatas dan karena itu tidak dapat dicapai. Ungkapan 'melampaui ketakterhinggaan' atau 'menuju ketakterhinggaan dan di baliknya' hanyalah sebuah ungkapan yang mewakili kemungkinan yang tidak terbatas."

Ketakterhinggaan Sejati adalah nama lain dari Ketiadaan Sejati yang saya singgung dalam Semiotika Nol di Balik Ramadan. Tuhan adalah Maha Tak-Hingga sehingga menghinggakan-Nya adalah sesuatu yang mustahil. 

Akan tetapi, bila pertanyaannya adalah membandingkan satu cinta dengan cinta yang lain---dan ini juga berlaku untuk cahaya, maka jawaban saya adalah: "Cinta memiliki wilayah dan lingkupnya, maka ada yang lebih besar dari yang lainnya dan berpuncak pada derajat Cinta Sejati, Tuhan."

Saya sebenarnya meminjam kata-kata Marry Coupland dari Universita Teknologi Sindey dalam Beyond infinity saat menjawab pertanyaan apakah ada yang lebih besar dari ketakterhinggan. "There is more than one ‘infinity’—in fact, there are infinitely-many infinities, each one larger than before!—Ada lebih dari satu 'ketakterhinggaan'—sebenarnya, ada banyak ketakterhinggaan, masing-masing lebih besar dari sebelumnya," simpul Coupland yang berkolaborasi dengan Melissa Tacy dari Universitas Nasional Australia. 

Atau, ketakterhinggan itu justru luar biasa kecilnya. Teramat jembar dan teramat renik sama tak terhingganya bagi kita. Seperti dinyatakan Charles Seife dalam Zero - The Biography of a Dangerous Idea:

"Infinitas (ketakterhinggan) tidak lagi mistis; itu menjadi angka biasa. Itu merupakan spesimen tertusuk pada pin, siap untuk dipelajari, dan ahli matematika dengan cepat melakukannya menganalisanya. Namun dalam ketakterhinggaan terdalam—terletak di dalam kontinum luas dari angka—nol terus muncul. Yang paling mengerikan dari semuanya, ketakterhinggaan itu sendiri bisa jadi adalah nol."

Cinta dalam Perspektif Sufistik

Kata cinta membawa ingatan kepada sosok Rabiah Al-Adawiyah. Ia adalah salah satu tokoh penting yang membidani lahirnya sufisme (tasawuf), khususnya aliran mahabbah (cinta). Hanya Hasan al-Bashri---dilihat dari usia yang terpaut sangat jauh---yang bisa dianggap sebagai 'guru' bagi Rabi'ah. Meskipun tidak ada catatan yang mendukung. Malah kebalikannya, dalam beberapa kesempatan Hasan dibuat takjub oleh Rabi'ah. Namun, kembali ini juga perlu diteliti lebih lanjut kebenarannya. 

Seperti berikut ini. Konon dikisahkan  Hasan, yang melihat Rabi'ah di dekat sebuah danau. Ia memutuskan untuk menunjukkan karomahnya. Dia melemparkan sajadah ke atas air dan mengundang Rabi'ah untuk salat bersamanya. Tidak terkesan, Rabi'ah menjawab, sebagimana yang dikutip oleh Farid al-Din Attar, "Hasan, ketika Anda memamerkan hal-hal metafisik di depan khalayak, seharusnya itu adalah hal-hal yang tidak dapat diperlihatkan oleh yang lainnya." Attar sendiri hidup 400 tahunan setelah Rabi'ah.

Kemudian Rabi'ah melempar sajadahnya ke udara dan terbang untuk duduk di atasnya, mengundang Hasan untuk bergabung dengannya. Orang tua itu hanya menatapnya dengan sedih. Ia merasa kasihan kepadanya, dan berkata, "Hasan, apa yang kamu lakukan bisa dilakukan ikan, dan apa yang aku lakukan bisa dilakukan lalat. Tugas yang sebenarnya bagi kita adalah jauh melampaui semua ini. Kita harus menetapkan diri kita pada tempat yang sebenarnya." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun