"Apakah yang lebih besar daripada cinta? Atau, adakah?" begitu kurang lebih yang ditanyakan Alia.Â
Sedikit tentang Alia, sudah saya singgung dalam tulisan sebelum ini. "Jawaban akhirnya adalah Tuhan," jawab saya. "Hanya saja untuk jawaban pembuka atau pengantarnya: 'Saya tidak tahu'." Â Â
Tentang Kata Cinta
Dalam buku The Beloved in Middle Eastern Literatures karya Alireza Korangy dkk disebutkan bahwa setidaknya ada 14 kosa-kata dalam bahasa Arab untuk menggambarkan perasaan cinta.
Dalam Al-Qur'an, Surah Hud ayat ke-90, Allah SWT menyebut Diri-Nya sebagai Al-Wadud. Menurut Christopher Evan Longhurst dalam Christian-Muslim Perspectives on God as Love and a Loving Community:Â
"Pemahaman Islam tentang Tuhan sebagai cinta berasal dari nama Allah sebagai Al-Wadud (Yang Maha Pengasih) yang disebutkan dalam Al-Qur'an (QS 11:90 dan 85:14) dan dari pemberian nama ini yang darinya terungkap teologi Islam yang luar biasa. Tradisi Kristen sendiri berfokus pada pernyataan Yohanes bahwa "Tuhan adalah kasih" (Yohanes 1. 4:8)."
Sementara untuk dimensi yang universal, Tuhan dalam pembukaan Al-Qur'an menyebut dua sifat utama-Nya: Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Â
Apakah, atau Adakah, yang Lebih Besar daripada Cinta?
Sejak Tuhan menyatakan diri sebagai Maha Cinta, sebagaimana Dia juga memisalkan Diri-Nya denga Cahaya, maka jawaban saya atas pertanyaan 'apakah ada yang lebih besar dari cinta' adalah: "Tidak." Begitu pula bila ada yang membandingkan antara Cinta dan Cahaya, maka jawaban saya adalah: "Cinta dan Cahaya adalah dua sisi dari satu koin yang sama."
Sebagai pembanding, saya meminjam jawaban di Preply, aplikasi pembelajaran bahasa dan platform e-learning asal Amerika dan beroperasi di 30 negara lainnya, saat ada siswanya yang bertanya tentang konsep matematika: "Apa yang lebih besar dari ketakhinggaan?"