Sistem penghitungan awal hanya melihat nol sebagai penanda---bukan sebagai angka dengan nilai atau properti unik. Pemahaman yang lengkap tentang pentingnya nol baru muncul pada abad ke-7 M di India.Â
Di sana, matematikawan Brahmagupta dan yang lainnya menggunakan titik kecil di bawah angka untuk menunjukkan tempat penampung nol, tetapi mereka juga melihat nol sebagai nilai kosong, yang disebut sunya. Brahmagupta juga yang pertama kali menunjukkan bahwa pengurangan angka dari dirinya sendiri menghasilkan nol.
Dari India, nol menyebar ke China dan kembali ke Timur Tengah, di mana matematikawan Muhammad bin Musa al-Khawarizmi mengambilnya sekitar 773. Al-Khawarizmi yang pertama kali mensintesis aritmetika India dan menunjukkan bagaimana nol dapat berfungsi dalam persamaan aljabar, dan pada abad ke-9, nol telah masuk ke dalam sistem angka Arab dalam bentuk yang menyerupai bentuk oval yang kita gunakan saat ini.
Nol terus bermigrasi selama beberapa abad sebelum akhirnya mencapai Eropa sekitar tahun 1100-an. Pemikir seperti matematikawan Italia Fibonacci membantu memperkenalkan nol kepada khalayak, dan kemudian nol menjadi penting dalam karya Rene Descartes bersama dengan penemuan kalkulus oleh Sir Isaac Newton dan Gottfried Leibniz. Sejak itu, konsep 'ketiadaan' terus memainkan peran dalam pengembangan segala hal, dari fisika dan ekonomi hingga teknik dan komputasi."
Semiotika Nol
Bulan Safar mengandung makna nol atau ketiadaan di dalamnya. Meskipun peristiwa Hijrah dari Mekah ke Medinah diinisiasi Rasulullah saw pada bulan Muharram, namun adalah bulan Safar yang secara penuh peristiwa Hijrah terjadi di dalamnya.Â
Sebuah isyarat samawi bahwa kutukan kekejaman perang, kelaparan dan kematian yang melekat pada bulan ini telah sirna dengan terbitnya Fajar Islam dari ufuk Medinah. Hijrah secara semiotika adalah sebentuk peniadaan. Nihilisasi alias pengenolan.Â
Bila Safar adalah bulan kedua, atau satu bulan tepat setelah Muharram. Maka, jarak dari bulan Safar ke bulan Ramadan adalah delapan bulan. Mengapa bulan Ramadan secara khusus disebutkan karena kita tengah berada di dalamnya, pada hari-hari terakhirnya untuk lebih tepatnya. Bila secara sederhana Safar kita anggap bernilai 0, maka Ramadan adalah 8, karena sebanyak itu bulan yang ada dalam deretan bulan dari Safar sampai Ramadan.Â
Menarik untuk dikaji secara semiotika. Secara morfologis angka nol dan delapan adalah satu lingkaran dan dua lingkaran. Angka delapan dibentuk dari dua angka nol yang disusunkan. Sehingga bila Safar mengandung arti sebuah peniadaan, maka Ramadan berarti dua peniadaan. Lalu apa implikasi dari semiotika lingkaran yang membentuk nol dan delapan ini? Â Â
Secara semiotika, lingkaran atau bulatan sering dikaitkan dengan simbolisasi kesatuan, kelengkapan, atau kesempurnaan karena bentuknya yang tidak memiliki sudut tajam atau bagian yang kurang. Oleh karena itu, lingkaran atau bulatan dapat diasosiasikan dengan konsep-konsep seperti kebulatan, keutuhan, kesetaraan, atau kesinambungan.
Kita pasti akrab dengan istilah orbit. Sebuah track sirkular yang di atasnya benda-benda langit bergerak. Orbit berasal dari kata orb (arti asalnya, cincin) sering digunakan dalam konteks astronomi atau astrologi untuk merujuk pada objek langit yang berbentuk bulat atau lingkaran, seperti planet, bulan, bintang, atau komet.Â