Saat melepaskan bacaan di penghujung Surah An-Nas, minal jinnati wan-naas, muncullah kembali ingatan akan sebuah polemik kecil berkenaan dengan apa yang kita lakukan setelah tamat membaca Al-Qur'an. Seperti saya pernah singgung dalam Kutukan Pengetahuan, bahwa tahu sesuatu itu kadang jadi ribet.Â
Satu pihak menyebutkan, setelah menamatkan bacaan Al-Qur'an maka kita disunnahkan membaca doa:
Allaahummarhamii bil-Qur'aan waj'alhu lii imaaman wa nuuran wa hudan warahmatan, Allaahumma dzakkirnii minhu maa nasiitu wa 'allimnii minhu maa jahiltu warzuqnii tilaawatahu aanaa'al-laili wa aanaa'an-nahaar waj'alhu lii hujjatan ya Rabbal 'aalamiin.Â
"Ya Allah, belas rahmatilah hamba dengan Al Quran. Jadikanlah bagi hamba Al Quran sebagai pembimbing, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkan hamba dengannya bila hamba lupa dan ajarilah hamba apa yang tidak tahu dari padanya. Berilah hamba karunia untuk membacanya waktu malam dan siang. Jadikanlah dia sebagai hujjah bagi hamba, Â wahai Tuhan seru sekalian alam."
Safwaan bin Ml. Ahmad bin Ibrahim di Daarul Ifta menyebutkan bahwa doa khataman ini telah diriwayatkan melalui rantai yang telah diklasifikasikan sebagai mu'dhal (hadits yang perawinya hilang dua atau lebih secara berturut-turut ) sebagaimana disebutkan oleh Allamah Iraqi. Namun doa tersebut juga telah disebutkan dalam Ihya 'Ulumiddin Imam Ghazali dan Mullah Ali Qari mencatat hal ini dalam Syarh Ainil 'Ilmi. "[Jadi,] diperbolehkan membaca doa tadi tanpa menganggapnya sebagai [bersumber dari] hadits," jelasnya.
Saya sendiri waktu kecil mendengarnya melalui Toa mesjid di kampung. Begitu seringnya sampai hafal berikut lagunya. Bahkan saat membaca teks doa ini saja, hati ini secara otomatis melagukannya.
Sementara pihak lainnya, berbeda. Kita, menurut pendapat yang kedua ini, tidak boleh berhenti setelah menamatkan bacaan Al-Qur'an kecuali melanjutkannya langsung kepada Surah Al-Fatihah sampai 4 ayat pertama Surah Al-Baqarah.Â
Adapun yang menjadi dalilnya adalah hadits tentang al-haallu wal-murtahilu (yang singgah dan yang berangkat). Diriwayatkan oleh Tirmizi, dari Ibnu Abbas dia berkata: "Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw, 'Amal apa yang paling Allah cintai?' Beliau saw menjawab, 'al-haallu al-murtahilu.' Orang itu bertanya lagi, 'Apakah al-haallu al-murtahilu itu?' Beliau bersabda, 'Orang yang membaca Al-Quran dari awal hingga akhirnya. Setiap kali singgah (al-haallu) [maskudnya selesai], dia berangkat lagi (al-murtahilu) [maksudnya memulai bacaannya lagi].'"
Akan tetapi, menurut Syekh Muhammad Sholeh Al-Munajid dalam Merayakan Khataman Al-Quran, hadits ini lemah. Imam Tirmizi sendiri tentang hadits ini mengatakan, "Ini adalah hadits gharib, tidak kami kenal sebagai hadits Ibnu Abbas kecuali dari jalur ini sedangkan sanadnya tidaklah kuat."
"Karena itu, Ibnu Qayim dalam kitabnya I'lamul Muwaqqiin, hal. 289, juz 2 menyatakan, 'Setelah menyebutkan hadits ini, sebagian mereka memahami bahwa apabila selesai dari khatam Al-Quran, dia membaca surat Al-Fatihah dan tiga ayat dari surat Al-Baqarah, karena dia telah selesai dan memulai lagi. Perkara ini tidak dilakukan oleh seorang sahabat pun, tidak juga tabi'in dan tidak ada seorang imam pun yang menganggapnya baik. Yang dimaksud dengan hadits adalah, bahwa jika pasukan kaum muslimin selesai dari sebuah peperangan, mereka memulai peperangan baru lagi, atau apabila dia selesai dari sebuah amalan, maka dia melakukan amalan lain lagi untuk menyepurnakannya sebagaimana dia telah menyempurnakan yang pertama. Adapun yang dilakukan oleh sebagian pembaca Al-Quran, maka itu sama sekali bukan yang dimaksud oleh hadits tersebut," jelas al-Munajid.Â
Â