Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Shifting Paradigm

16 April 2023   01:30 Diperbarui: 16 April 2023   01:29 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah rahasia umum kalau Einstein tidak menyukai mekanika kuantum. Ia tidak setuju dengan prinsip dasar teori tersebut, yaitu ketidakpastian. Einstein percaya bahwa dunia alam semesta adalah deterministik dan dapat dijelaskan secara lengkap melalui hukum-hukum fisika yang ketat. Namun, mekanika kuantum justru mengusulkan bahwa dalam skala partikel sub-atom, ketidakpastian adalah alami dan tidak dapat dihindari. "Tuhan bermain dadu," rutuknya. Sebuah rutukan yang kemudian viral jadi sebuah quote favorit, yang hanya bisa dikalahkan oleh foto juluran lidahnya yang ikonik.  

Einstein juga mengkritik mekanika kuantum karena ia, padahal secerdas itu, tidak sepenuhnya memahami aspek-aspek teori tersebut. Misalnya, ia tidak dapat menerima bahwa partikel dapat berada dalam dua tempat sekaligus (superposisi) dan dapat terikat secara tidak terduga (ikatan kuantum). Ia merasa bahwa ini bertentangan dengan logika dasar dan tidak dapat diterima secara filosofis. "[Gambaran] dunia yang tengah dihadirkan oleh mekanika kuantum terlalu jelek untuk menjadi kenyataan," ungkapnya ketus seperti dikutip David Papineau dalam Learn about Niels Bohr and the difference of opinion between Bohr and Albert Einstein on quantum mechanics. Namun, walaupun Einstein tidak menyukai mekanika kuantum, ia tetap menghargai kontribusi dari para fisikawan yang mempelajarinya dan bahkan berkolaborasi dengan beberapa di antaranya dalam penelitian terakhirnya. 

Inilah yang saya ingin sebut sebagai kelincahan berparadigma. 

Kejutan yang tak kunjung henti 

Sekitar tahun 2001-2002, senior saya yang pernah disebutkan dalam salah satu tulisan sebelumnya, memberi tahu saya bahwa ada sebuah partikel hipotetis yang bergerak jauh lebih cepat daripada cahaya. Terbayang oleh saya betapa akan murkanya Einstein. Boleh jadi dari dalam kubur sebuah rutukan akan menggelegar. Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang dapat melaju lebih cepat dari kecepatan cahaya. Ini aturan mainnya. 

Partikel hipotetis muncul karena ada fenomena dalam fisika partikel yang tidak dapat dijelaskan dengan teori partikel yang ada pada saat itu. Misalnya, terdapat fenomena yang teramati di laboratorium di mana beberapa partikel tampaknya kehilangan energi secara tiba-tiba dan menjadi tidak stabil. Para fisikawan pada saat itu tidak dapat menjelaskan fenomena ini dengan menggunakan teori partikel yang ada pada saat itu. Gerald Feinberg kemudian mengusulkan konsep  Tachyon pada tahun 1967 sebagai alternatif untuk menjelaskan fenomena tersebut. Feinberg mengusulkan bahwa Tachyon mungkin adalah partikel yang selalu bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya di ruang hampa dan karena itu memiliki sifat yang tidak dapat dijelaskan oleh teori partikel yang ada pada saat itu.  Kata tachyon berasal dari bahasa Yunani tachys yang berarti cepat.

Konsekuensi teoretis dari adanya partikel ini adalah adanya pelanggaran hukum kekekalan energi dan hukum kausalitas. Dan yang sudah pasti akan sangat berpengaruh terhadap teori relativitas yang sejauh ini sudah sangat membantu kita memahami semesta.

Atau, bagaimana bila sesungguhnya kecepatan cahaya ternyata lebih cepat dari yang saat ini kita yakini selama ini. Hal ini akan memiliki dampak signifikan pada banyak bidang fisika, bahkan termasuk fisika kuantum. Meski kabar gembiranya, tachyon jadi tidak begitu 'cepat-cepat amat'.

Atau, untuk yang terakhir, bagaimana bila waktu itu tidak ada sama sekali. Sebuah dunia nirwaktu ala Barbourian seperti yang saya sampaikan dalam Riwayat Sang Kala.

Kelincahan berparadigma adalah nama lain dari memperbaharui pemaknaan. Tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Kullu yawmin Huwa fi sya'nin---setiap hari Dia (Allah) menampakkan keadaan yang berbeda (QS Ar-Rahman: 29). Begitu, Sang Pencipta mengabari kita tentang keadaan-Nya. Dia mengajarkan kelincahan berparadigma.

Everyday is a new day begitu dendang Diana Ross. Sebuah lagu romansa yang juga menyiratkan kelincahan berparadigma mengalun lembut melalui headphone. Saya kadang terlalu ekspresif kalau mendengarkan alusan musik. Bilah ketik laptop suka mendadak berubah seakan tuts-tuts keyboard. Saya harus mengakhiri tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun