Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Shifting Paradigm

16 April 2023   01:30 Diperbarui: 16 April 2023   01:29 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khalifa mengklaim bahwa kode ini tidak mungkin diketahui oleh Nabi Muhammad saw atau siapa pun pada saat wahyu Al-Qur'an, dan oleh karena itu haruslah berasal dari inspirasi ilahi. Ia juga berargumen bahwa kode ini memberikan bukti keotentikan Al-Qur'an. 

Namun, klaim Khalifa telah dikritik oleh banyak sarjana dan otoritas Islam, yang berpendapat bahwa penggunaan numerologi dalam menafsirkan Al-Qur'an tidak didukung oleh tradisi Islam dan bahwa metodologi Khalifa bermasalah. 

Lebih dari lima tahun lalu, Al-Wahid, sekolah tempat saya mengajar mendapatkan bantuan buku penunjang pembelajaran sekaligus tambahan koleksi perpustakaan. Salah satu buku yang saya ingat adalah Matematika Islam karangan Fahmi Basya dari UIN Syarif Hidayatullah. Salah satu yang pokok dari gagasan utama buku Matematika Islam adalah aksioma angka 19 dalam Al-Qur'an yang senada dengan pandangan Rashad Khalifa.

Dasar acuan dari teori Fahmi Basya juga sama 19 huruf yang terdapat dalam basmalah. "Tidak hanya itu, bukti lain yaitu surat At-Taubah (surat ke-9) yang tidak dimulai dengan bacaan basmalah. Namun, pada surat ke-27, surat An Naml berisi dua basmalah, yaitu pada pembukaan ayat tersebut dan pada ayat ke-30. Gambarannya, seolah-olah bacaan basmalah pindah dari surat 9 ke surat 27. Pemindahan ini pun ternyata berjarak 19 surat, dimana dari 9 sampai 27 ada 19 bilangan. Ini artinya, Allah tidak sembarangan menempatkan surat dan ayat-ayatnya di dalam Al-quran. Banyak bukti-bukti lain, yang intinya ternyata ada sebuah pengaturan. Ini membuktikan keluasan ilmu dan Maha ketelitian Allah Subhanahuwataala dalam mencipta, menyusun dan meletakkan huruf-huruf serta surat-surat Alquran. Dalam ilmu Matematika, seringnya suatu pernyataan (dalam hal ini angka) disebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa 19 adalah suatu aksioma dalam Al-Quran," tulis Thina Ardliana di laman resmi Institut Teknologi Sepuluh November.  

"Sering kali latar belakang pemikiran Khalifa dikaitkan dengan jumlah huruf dalam lafal basmalah. Dalam hitungannya, lafal basmalah terdiri dari 19 huruf yang nyata. Hitungan seperti ini juga diikuti oleh Rosman Lubis dan Fahmi Basya. Namun, dijelaskan bahwa hitungan tersebut [hanya] berdasarkan tulisan," tulis Uun Yusufa di jurnal IAIN Kudus.

Pernyataan Uun Yusufa menyiratkan bahwa jumlah huruf dalam basmalah tidak mutlak 19. Secara rasm (tulisan) benar ada 19 huruf sebagaimana jauh sebelum Rashad Khalifa, Ibnu Mas'ud juga sudah menyatakannya. Tulisan Jaenuri, dosen UNU Surakarta tentang mengapa secara tulisan huruf alif pada kata ismi dihilangkan sangat menarik untuk dibaca. Namun, bagaimanapun versi 21 huruf sebagaimana yang disebutkan pada awal tulisan termasuk yang merelatifkan banyaknya huruf dalam basmalah.

Dengan penjelasan penguat dari Jaenuri, maka paradigma matematis yang diciptakan Khalifa dan Basya kokoh berdiri. Terlepas dari adanya pro dan kontra, kemukjizatan Al-Qur'an secara matematis ini patut diapresiasi selama konsisten dengan disiplin keilmuan yang lainnya. Saya tidak akan menilai.

Hanya saja, bila suatu jumlah huruf dalam basmalah kita terima 21, maka seluruh konstruk teori yang dibangun Khalifa dan Basya akan runtuh. Dan bila ingin tetap bersikukuh agar tetap bertahan, tidak ada cara lain kecuali merekonstruksinya dari awal lagi. Lalu apakah itu akan membuktikan bahwa kemukjizatan Al-Qur'an gugur? Tentu tidak. Sama halnya apabila dengan jumlah huruf dalam basmalah ada 21. Lalu apakah bila dengan 21 dan kita tidak bisa mengulangi konstruk aksioma 19 menjadi bukti tidak adanya kemukjizatan Al-Qur'an? Tentu tidak juga. 

Inilah implikasi yang ingin saya sampaikan---yang saya ambil dari pernyataan Niels Bohr di awal tulisan.      

Lincah Berparadigma

Anggaplah ada dua kubu yang berbeda berkenaan dengan aksioma 19 dalam Al-Qur'an berikut teori turunnya. Seperti dikemukakan sebelumnya, saya tidak ingin menilai atau menghakimi. Saya hanya ingin bernarasi saja. Sebuah narasi tentang kelincahan berparadigma sangat diperlukan agar kita tetap melaju dalam linimasa pemikiran kita.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun