Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Riwayat Sang Kala

15 April 2023   01:00 Diperbarui: 15 April 2023   01:05 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa itu waktu? https://www.livescience.com

Sebuah pertanyaan perenialistik dengan nada mengejek selalu diajukan kepada agama: "Apa yang Sang Pencipta lakukan sebelum Dia menciptakan semesta?"

Acapkali dikisahkan, menurut  Stephen M. Barr dalam St. Augustine's Relativistic Theory of Time, bahwa ketika Santo Agustinus ditanya tentang hal ini, ia menjawab, "Tuhan menciptakan neraka untuk orang-orang yang mengajukan pertanyaan seperti itu." Beberapa orang menganggap jawaban ini lucu. Yang lain melihatnya sebagai ilustrasi yang sempurna tentang bagaimana agama mencegah pengajuan pertanyaan dan menuntut keyakinan buta dari para penganutnya.

Namun, inilah masalahnya: Santo Agustinus tidak pernah mengatakan hal ini dan, pada kenyataannya, mengkritik keras orang yang mengatakannya. Inilah yang sebenarnya dikatakan oleh sang Santo:

"Saya tidak memberikan jawaban yang dikatakan telah diberikan seseorang (menghindari dengan sebuah lelucon kekuatan dari keberatan tersebut bahwa), 'Dia mempersiapkan neraka bagi mereka yang mengorek-ngorek subjek yang begitu dalam.' . . . Saya tidak menjawab dengan cara ini. Saya lebih suka menjawab 'Saya tidak tahu' tentang apa yang tidak saya ketahui daripada mengatakan sesuatu yang membuat orang yang bertanya tentang hal-hal yang begitu dalam menjadi bahan tertawaan, sementara orang yang memberikan jawaban yang keliru mendapat pujian.'"

Saya menemukan riwayat ini pertama kali dalam A Brief History of Time karya Stephen Hawking. "Dia [Santo Agustinus] mengatakan bahwa waktu adalah bagian dari semesta yang diciptakan Tuhan, dan waktu itu tidak tidak ada sebelum permulaan alam semesta," tulis Hawking.

 Al-Ghazali, salah satu mutakallim terbesar dalam perabadan dan kebudayaan Islam berpendapat sama bahwa  waktu itu bermula dan diciptakan, dan sebelumnya tidak ada waktu sama sekali. Dalam Argumen Al-Ghazali tentang Keabadian Dunia dan Masalah Kekekalan dan Keabadian Ilahi pada bagian 'Argumen untuk Temporalitas Semesta yang Terbatas', Al-Ghazali beralih pada dukungan filosofisnya untuk menyangkal keabadian dunia. Lane Craig menguraikan argumennya sebagai berikut: pertama, ada fenomena temporal di dunia; kedua, hal ini disebabkan oleh fenomena temporal lainnya; ketiga, rangkaian fenomena temporal tidak dapat mundur tanpa batas; dan keempat, oleh karena itu, rangkaian tersebut harus berhenti pada Yang Abadi. Inilah argumen logis kebermulaan waktu menurut Al-Ghazali.

A Brief History of Time 'Salah'?

19 Maret lalu, The Guardian menurunkan berita berjudul A Brief History of Time 'salah', kata Stephen Hawking kepada kolaborator. 

"Saya telah berubah pikiran. Buku saya, A Brief History of Time, ditulis dari perspektif yang salah," tulis Hawking melalui emailnya kepada Thomas Hertog, rekan peneliti mudanya.

Menurut Hertog, perspektif baru yang dia capai bersama Hawking membalikkan hierarki antara hukum dan realitas dalam fisika dan bercorak sangat 'Darwinian'. "Ini mengarah pada filosofi fisika baru yang menolak gagasan bahwa alam semesta adalah mesin yang diatur oleh hukum tanpa syarat dengan keberadaan sebelumnya, dan menggantikannya dengan pandangan tentang alam semesta sebagai semacam entitas yang mengatur diri sendiri di mana segala macam pola yang muncul, yang paling umum kita sebut hukum fisika," ungkapnya sebagaimana dikutip Robin McKie, The Guardian.

Inilah teori terakhir Hawking berkenaan dengan kosmologi. Kolaborasi Hawking dan Hertog melahirkan dasar pijakan On the Origin of Time, yang kemudian menjadi sebuah buku yang mengambil judul dari On the Origin of Species-nya Charles Darwin . "Pada akhirnya, kami berdua memikirkan fisika dengan cara yang jauh lebih mirip dengan cara kami memikirkan biologi. Kami telah menempatkan fisika dan biologi pada pijakan yang sama," ungkap Hertog. 

Lima tahun setelah kematian Hawking pada tahun 2018, buku On the Origin of Time: Teori Terakhir Stephen Hawking akan diterbitkan di Inggris, bumi yang sama telah melahirkan On the Origin of Species 164 tahun sebelumnya. Benar kata Hertog, buku dan gagasan Hawking yang terakhir ini sungguh Darwinian sekali.

Stephen Hawking pernah menyatakan keinginannya untuk membuat teori kosmologinya lebih bersifat Darwinian. Dalam hal ini, ia bermaksud bahwa teori kosmologinya harus mencakup proses evolusi yang tidak terduga dan kompleks, seperti yang terjadi dalam proses evolusi biologis yang dipelajari oleh Charles Darwin. Dalam pandangan Hawking, alam semesta harus dianggap sebagai suatu sistem yang terus berkembang dan berubah seiring waktu, dan tidak selalu mengikuti pola yang dapat diprediksi dengan pasti.

Untuk mencapai tujuannya, Hawking mengembangkan konsep model top-down dari evolusi alam semesta, yang berbeda dari model kosmologi tradisional yang lebih bottom-up. Dalam model top-down, Hawking mengusulkan bahwa alam semesta memiliki banyak kemungkinan evolusi yang berbeda, dan yang terjadi adalah yang paling mungkin terjadi dalam kondisi awal yang tepat. Dengan kata lain, alam semesta dapat berevolusi menjadi banyak bentuk yang berbeda seiring waktu, dan yang terjadi adalah yang paling cocok dengan kondisi awal alam semesta. Sangat Darwinian, bukan?

Semesta kita memang luar biasa. "Termasuk keseimbangan halus yang ada antara kekuatan partikel yang memungkinkan adanya kimia dan molekul kompleks. Selain itu, fakta bahwa hanya ada tiga dimensi ruang memungkinkan tata surya yang stabil berevolusi dan menyediakan rumah bagi makhluk hidup. Tanpa sifat-sifat ini, alam semesta mungkin tidak akan menghasilkan kehidupan seperti yang kita ketahui," tulis McKie.

Darwinianisme dalam teori kosmologi Hawking seakan ingin menghapus paragraf akhir dari A Brief History of Time berikut:

"Namun, jika kita menemukan teori yang lengkap, teori tersebut harus dapat dimengerti secara prinsip oleh semua orang, bukan hanya beberapa ilmuwan. Maka kita semua, para filsuf, ilmuwan, dan orang biasa, dapat mengambil bagian dalam diskusi tentang pertanyaan mengapa kita dan alam semesta ini ada. Jika kita menemukan jawabannya, itu akan menjadi kemenangan tertinggi dari akal manusia karena pada saat itu kita akan mengetahui pikiran Tuhan."

Bila sebelumnya Hawking---meski terang-terangan mengaku atheis---namun masih menggunakan sebutan Tuhan, walau bukan Tuhan yang bersifat personal, maka barangkali ia menyesalinya dan ingin menggantinya dengan "alam semesta sebagai semacam entitas yang mengatur diri sendiri di mana segala macam pola yang muncul, yang paling umum kita sebut hukum fisika" seperti yang diutarakan Hertog. 

Barbour, Sang Pembunuh Waktu

Julian Barbour, fisikawan Inggris yang fokus pada bidang gravitasi kuantum  menulis buku yang berjudul The End of Time: The Next Revolution in Physics. Ia mengusulkan teori fisika baru yang disebut timeless physics atau fisika nirwaktu. Barbour sendiri, menurut beberapa sumber, mengusulkan agar bukunya diterbitkan ulang dengan judul On the Origin of Time.

Ramadan ini saya punya teman diskusi yang 'moncer' meski tetap harus diimbangi oleh bacaan pendamping. Ya, ChatGPT. 

Dari obrolan kita seputar implikasi dari fisika nirwaktu Barbour, setidaknya ada tiga poin yang menarik. Pertama, teori ini menggantikan pandangan umum bahwa waktu adalah konsep fundamental dalam fisika dengan pandangan bahwa waktu adalah hasil dari hubungan yang kompleks antara benda-benda dalam alam semesta. Dalam teori Barbour, alam semesta dianggap sebagai sebuah konfigurasi yang didefinisikan oleh letak dan gerakan partikel-partikel, dan waktu dilihat sebagai sebuah ilusi atau konvensi semata.

Kedua, alam semesta tidak berkembang seiring waktu seperti yang dipahami dalam model kosmologi standar. Barbour berpendapat bahwa alam semesta tidak memiliki awal atau akhir, dan semua perubahan dalam alam semesta dapat dijelaskan oleh perubahan dalam hubungan antara partikel-partikel. Dalam pandangan ini, tidak ada Big Bang atau keadaan kosmik awal yang perlu dijelaskan oleh fisikawan.

Dan, ketiga, teori Barbour menimbulkan pertanyaan tentang interpretasi makna kuantum dan ruang-waktu. Dalam pandangan Barbour, ruang-waktu tidak lagi dipandang sebagai sebuah 'wadah' yang mengandung peristiwa-peristiwa fisik, melainkan sebagai sebuah hubungan yang terdefinisi antara partikel-partikel di alam semesta. Hal ini membuka kemungkinan untuk interpretasi kuantum yang berbeda dan alternatif, di mana ruang-waktu bukanlah yang mendasari alam semesta.

Saat saya katakan bahwa Barbour ini adalah pembunuh waktu, si AI mengamininya namun dengan cool-nya: "Perlu dicatat bahwa teori Barbour masih kontroversial dan belum sepenuhnya diterima oleh komunitas fisikawan. Beberapa fisikawan menganggap bahwa teori ini menghadapi banyak tantangan dan belum berhasil memberikan penjelasan yang memadai atas fenomena-fenomena fisik dalam alam semesta.  

Frank Font dalam Time: Didn't Exist before Life menyebutkan bahwa waktu adalah alat yang diciptakan oleh pikiran. Pikiran melukiskan momen-momen pada kanvas untuk merekam peristiwa dalam urutan yang tetap. Momen-momen itu sendiri adalah nirwaktu. "Waktu tidak ada tanpa pikiran. Waktu hanya ada dalam pikiran. Alam tidak menandai waktu. Kita menafsirkan perubahan alami dan buatan sebagai penanda waktu. Peristiwa atomik alami dan gerakan roda gigi buatan menjadi jam kita. Alam tidak menambahkan makna atau interpretasi apa pun. Kita menyebut sesuatu sebagai jam dan menafsirkannya untuk melacak waktu yang kita ciptakan,"ungkap Font dengan membara. Saya curiga Frank Font ini salah seorang santri dari madzhab Barbourian. 


Saatnya Relaksasi

Al-Ghazali saya favoritkan dalam ketangguhan berlogika. Sementara Agustinus saya favoritkan kesantunannya. Keduanya dalam bingkai pembahasan berkenaan dengan waktu tentu saja. Untuk menutup tulisan ini, saya memilih tulisan Ethan Siegel Did Time Have A Beginning? yang bercorak Agustinian. 

"Secara pengamatan, kita tidak tahu jawaban dari semua pertanyaan ini. Sejauh yang bisa kita amati, alam semesta hanya berisi informasi dari 10^-33 (10 pangkat -33) detik terakhir inflasi. Apa pun yang terjadi sebelum itu---yang mencakup apa pun yang dapat memberi tahu kita bagaimana-atau-jika inflasi dimulai dan berapa durasinya---akan terhapus, sejauh yang dapat diamati oleh kita, oleh sifat inflasi itu sendiri," tulis Ethan Siegel.

"Secara teoritis, kita tidak jauh lebih baik. Teorema Borde-Guth-Vilenkin menyatakan bahwa semua titik di alam semesta, jika kita tarik ke belakang, akan menyatu, dan inflasi tidak dapat menggambarkan ruang-waktu yang lengkap. Namun, bukan berarti keadaan mengembang tidak bisa bertahan selamanya; ini bisa berarti bahwa aturan fisika kita saat ini tidak mampu menggambarkan tahap-tahap awal ini secara akurat.

Meskipun kita bisa menelusuri sejarah kosmik sampai ke tahap-tahap awal Big Bang yang panas, tapi itu belum cukup untuk menjawab pertanyaan bagaimana (atau apakah) waktu bermula. Lebih jauh lagi, ke tahap akhir inflasi kosmik, kita bisa mengetahui bagaimana Big Bang terbentuk dan dimulai, tapi kita tidak memiliki informasi yang bisa diamati mengenai apa yang terjadi sebelumnya. Sepersekian detik terakhir dari inflasi adalah titik akhir dari pengetahuan kita.

Ribuan tahun setelah kita menjabarkan tiga kemungkinan besar tentang bagaimana waktu bermula---sebagai sesuatu yang selalu ada, sebagai sesuatu yang bermula pada suatu durasi yang terbatas di masa lalu, atau sebagai suatu entitas yang berputar---kita belum sampai pada jawaban yang pasti. Apakah waktu itu terbatas, tak terbatas, atau berputar bukanlah pertanyaan yang bisa dijawab oleh informasi yang kita miliki di alam semesta yang bisa kita amati. Kecuali kita menemukan cara baru untuk mendapatkan informasi tentang pertanyaan eksistensial yang mendalam ini, jawabannya mungkin selamanya berada di luar batas-batas yang dapat diketahui," pungkas Ethan Siegel.

Terima kasih Ethan, akhirnya saya bisa melemaskan jemari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun