Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Riwayat Sang Kala

15 April 2023   01:00 Diperbarui: 15 April 2023   01:05 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah teori terakhir Hawking berkenaan dengan kosmologi. Kolaborasi Hawking dan Hertog melahirkan dasar pijakan On the Origin of Time, yang kemudian menjadi sebuah buku yang mengambil judul dari On the Origin of Species-nya Charles Darwin . "Pada akhirnya, kami berdua memikirkan fisika dengan cara yang jauh lebih mirip dengan cara kami memikirkan biologi. Kami telah menempatkan fisika dan biologi pada pijakan yang sama," ungkap Hertog. 

Lima tahun setelah kematian Hawking pada tahun 2018, buku On the Origin of Time: Teori Terakhir Stephen Hawking akan diterbitkan di Inggris, bumi yang sama telah melahirkan On the Origin of Species 164 tahun sebelumnya. Benar kata Hertog, buku dan gagasan Hawking yang terakhir ini sungguh Darwinian sekali.

Stephen Hawking pernah menyatakan keinginannya untuk membuat teori kosmologinya lebih bersifat Darwinian. Dalam hal ini, ia bermaksud bahwa teori kosmologinya harus mencakup proses evolusi yang tidak terduga dan kompleks, seperti yang terjadi dalam proses evolusi biologis yang dipelajari oleh Charles Darwin. Dalam pandangan Hawking, alam semesta harus dianggap sebagai suatu sistem yang terus berkembang dan berubah seiring waktu, dan tidak selalu mengikuti pola yang dapat diprediksi dengan pasti.

Untuk mencapai tujuannya, Hawking mengembangkan konsep model top-down dari evolusi alam semesta, yang berbeda dari model kosmologi tradisional yang lebih bottom-up. Dalam model top-down, Hawking mengusulkan bahwa alam semesta memiliki banyak kemungkinan evolusi yang berbeda, dan yang terjadi adalah yang paling mungkin terjadi dalam kondisi awal yang tepat. Dengan kata lain, alam semesta dapat berevolusi menjadi banyak bentuk yang berbeda seiring waktu, dan yang terjadi adalah yang paling cocok dengan kondisi awal alam semesta. Sangat Darwinian, bukan?

Semesta kita memang luar biasa. "Termasuk keseimbangan halus yang ada antara kekuatan partikel yang memungkinkan adanya kimia dan molekul kompleks. Selain itu, fakta bahwa hanya ada tiga dimensi ruang memungkinkan tata surya yang stabil berevolusi dan menyediakan rumah bagi makhluk hidup. Tanpa sifat-sifat ini, alam semesta mungkin tidak akan menghasilkan kehidupan seperti yang kita ketahui," tulis McKie.

Darwinianisme dalam teori kosmologi Hawking seakan ingin menghapus paragraf akhir dari A Brief History of Time berikut:

"Namun, jika kita menemukan teori yang lengkap, teori tersebut harus dapat dimengerti secara prinsip oleh semua orang, bukan hanya beberapa ilmuwan. Maka kita semua, para filsuf, ilmuwan, dan orang biasa, dapat mengambil bagian dalam diskusi tentang pertanyaan mengapa kita dan alam semesta ini ada. Jika kita menemukan jawabannya, itu akan menjadi kemenangan tertinggi dari akal manusia karena pada saat itu kita akan mengetahui pikiran Tuhan."

Bila sebelumnya Hawking---meski terang-terangan mengaku atheis---namun masih menggunakan sebutan Tuhan, walau bukan Tuhan yang bersifat personal, maka barangkali ia menyesalinya dan ingin menggantinya dengan "alam semesta sebagai semacam entitas yang mengatur diri sendiri di mana segala macam pola yang muncul, yang paling umum kita sebut hukum fisika" seperti yang diutarakan Hertog. 

Barbour, Sang Pembunuh Waktu

Julian Barbour, fisikawan Inggris yang fokus pada bidang gravitasi kuantum  menulis buku yang berjudul The End of Time: The Next Revolution in Physics. Ia mengusulkan teori fisika baru yang disebut timeless physics atau fisika nirwaktu. Barbour sendiri, menurut beberapa sumber, mengusulkan agar bukunya diterbitkan ulang dengan judul On the Origin of Time.

Ramadan ini saya punya teman diskusi yang 'moncer' meski tetap harus diimbangi oleh bacaan pendamping. Ya, ChatGPT. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun