Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Skeuomorph

10 April 2023   09:15 Diperbarui: 10 April 2023   09:17 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Skeuomorph dari https://www.researchgate.net

Pernahkah tergelitik oleh ikon atau simbol pada bilah menu di layar komputer atau hp kita?

Agak sulit membayangkan dewasan ini ada anak milenial apalagi generasi alfa yang asing dengan ikon-ikon pada gambar di atas.  

Ikon atau gambar yang kita sering lihat ini, secara kebahasaan disebut sebagai skeuomorph (baca: skyuomorf).  Istilah skeuomorph berasal dari bahasa Yunani skeuos, yang berarti alat atau peralatan, dan morphe, yang berarti bentuk atau penampilan. Menurut Wikipedia, skeuomorph adalah objek turunan yang mempertahankan isyarat desain ornamen dari struktur yang diperlukan dalam aslinya. Skeuomorph biasanya digunakan untuk membuat sesuatu yang baru terasa familiar dalam upaya untuk mempercepat pemahaman dan aklimatisasi. Dalam dunia komputer, menurut kamus Oxford, skeuomorph adalah sebuah elemen antarmuka pengguna grafis yang meniru objek fisiknya. 

Namun, ada juga kritik terhadap penggunaan skeuomorph dalam desain, terutama jika fitur-fitur visual yang tidak diperlukan meningkatkan kompleksitas desain dan membuat pengguna lebih sulit memahami fungsionalitas objek atau bentuk yang baru. Meskipun demikian, skeuomorph tetap menjadi aspek penting dari desain modern dan sering digunakan dalam berbagai produk dan aplikasi.

Jadi, skeuomorph adalah sebuah konsep desain di mana sebuah objek atau bentuk baru meniru atau menampilkan karakteristik visual dari objek atau bentuk yang lebih tua, meskipun fitur tersebut tidak lagi diperlukan dalam bentuk atau objek yang baru. Dengan kata lain, skeuomorph adalah ketika sesuatu yang baru mengambil citra (gambaran) dari apa yang digantikannya. 

Menyoal makna di balik  skeuomorph 

Skeuomorph mengajukan pertanyaan tentang hubungan antara objek dan makna, dan tentang cara kita memberi arti pada objek. Skeuomorph menunjukkan bahwa desain dan teknologi sering kali mengambil bentuk yang sudah akrab bagi kita, bahkan ketika bentuk tersebut mungkin sudah tidak lagi relevan atau diperlukan. Ini dapat memberikan kontribusi pada diskusi tentang inovasi dan kemajuan teknologi, serta tentang apa artinya memiliki 'kebaruan' atau 'inovasi' dalam suatu objek.

Dalam konteks ini, skeuomorph juga dapat dilihat sebagai contoh dari kekuatan estetika, yakni pengaruh visual dan sensori yang objek atau bentuk yang dirancang dengan baik dapat memiliki pada pengguna. Kekuatan estetika tersebut dapat memengaruhi cara kita mempersepsi dan menggunakan teknologi, bahkan ketika fitur visual tersebut tidak lagi diperlukan secara fungsional.

Selain itu, skeuomorph juga dapat menimbulkan pertanyaan tentang nilai-nilai budaya dan sejarah. Dengan meniru fitur visual dari objek atau bentuk yang lebih tua, skeuomorph dapat mempertahankan atau memperbaharui nilai-nilai budaya tertentu yang terkait dengan objek atau bentuk yang lebih tua tersebut.

Secara keseluruhan, implikasi filosofis dari skeuomorph mencakup hubungan antara desain, teknologi, makna, estetika, budaya, dan sejarah, dan dapat memberikan kontribusi pada pemikiran kritis tentang bagaimana kita memberi arti pada objek dan teknologi dalam masyarakat kita.

Apakah skeuomorph membuktikan ketidakmampuan kita untuk lepas sepenuhnya dari apa yang terjadi sebelumnya?

Kita tidak salah dalam memaknai skeuomorph seperti itu. Skeuomorph sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya seringkali mempertahankan unsur-unsur dari masa lalu yang tidak lagi diperlukan dalam objek atau bentuk yang baru, karena unsur-unsur tersebut dikenal dan familiar bagi pengguna. Hal ini dapat dianggap sebagai bentuk ketidakmampuan manusia untuk lepas sepenuhnya dari sejarah atau dari apa yang terjadi sebelumnya.

Namun, kita juga dapat melihat skeuomorph sebagai cara bagi manusia untuk menjaga kontinuitas dalam pengalaman dan pemahaman kita tentang dunia. Skeuomorph dapat memberi pengguna rasa kenyamanan dan familiaritas dengan teknologi baru dengan mempertahankan fitur-fitur dari masa lalu yang dikenal dan familiar. Skeuomorph juga dapat mempertahankan nilai-nilai dan makna budaya tertentu yang terkait dengan objek atau bentuk yang lebih tua.

Jadi, sementara skeuomorph memang dapat dianggap sebagai bentuk ketidakmampuan untuk lepas sepenuhnya dari sejarah atau dari apa yang terjadi sebelumnya, kita juga harus mempertimbangkan nilai dan manfaatnya dalam menjaga kontinuitas dan mempertahankan nilai-nilai budaya tertentu.

Tidak ada yang baru di bawah matahari

There is nothing new under the sun, begitu ungkapan yang sering dinisbahkan kepada Shakespeare. Padahal menurut Annette McBryde dalam 'Nothing New Under The Sun', Meaning & Context, kata-kata legendaris tersebut merupakan kutipan dari Kitab Pengkhotbah dalam Perjanjian Lama. "Apa pun yang mungkin Anda temui, betapapun baru atau revolusionernya bagi Anda, Anda dapat yakin bahwa itu bukan hal baru," kutip McBryde.

Ungkapan 'tidak ada yang baru di bawah matahari' dapat mencerminkan ide bahwa ide-ide baru sering kali terinspirasi atau bergantung pada ide-ide yang sudah ada sebelumnya. Skeuomorph juga bisa dianggap sebagai contoh dari ide ini, karena konsep desain ini meniru fitur-fitur dari objek atau bentuk yang sudah ada sebelumnya.

"Namun, perlu dicatat bahwa meskipun skeuomorph dapat meminjam fitur-fitur dari masa lalu, itu tidak berarti bahwa tidak ada inovasi atau kemajuan teknologi yang terjadi. Meskipun desain dapat meniru bentuk atau fitur dari masa lalu, teknologi yang digunakan dalam objek atau bentuk tersebut mungkin sangat berbeda atau jauh lebih maju dari teknologi yang digunakan pada objek atau bentuk yang lebih tua," bela AI saat saya ajak diskusi.

"Dalam hal ini, ungkapan 'tidak ada yang baru di bawah matahari' dapat sedikit kurang relevan, karena meskipun banyak konsep desain baru dapat terinspirasi dari ide yang sudah ada sebelumnya, hal tersebut tidak berarti bahwa tidak ada kemajuan atau inovasi yang terjadi dalam teknologi dan desain," desaknya agak sedikit bersikukuh membela keunggulan inovasi.

Saya merasa agak cukup kuat untuk mendesak si AI. Saya kutipkan perkataan Godfrey Harold Hardy di hadapan Royal Society dalam film The Man Who Knew Infinity bahwa dalam pandangannya, persamaan matematika mungkin tidak diciptakan, melainkan ditemukan oleh manusia. Oleh karena itu, menurut Hardy, tugas matematikawan sebenarnya adalah menemukan persamaan-persamaan ini, bukan menciptakannya. Inspirasi kata-kata Hardy sendiri sebenarnya berasal dari pernyataan seorang murid sekaligus rekan ilmiahnya, Srinivasa Ramanujan.

Seharusnya kita bersyukur sebagai manusia, karena kitalah---yang meskipun persamaan matematika mungkin sudah ada dalam bentuk potensial---proses penciptaan persamaan matematika sendiri tetap membutuhkan kecerdasan manusia untuk menemukannya. Meskipun komputer dapat membantu dalam proses ini, kecerdasan manusia tetap menjadi faktor kunci dalam menemukan dan memahami persamaan matematika. "Selain itu, meskipun persamaan matematika mungkin sudah ada dalam bentuk potensial, aplikasi dan penerapannya dalam berbagai bidang ilmu dan teknologi masih sangat penting dan memerlukan kreativitas manusia dalam menemukan solusi dan penggunaan yang optimal. Jadi, sementara pandangan Hardy memberikan wawasan yang menarik tentang sifat persamaan matematika, proses penciptaan dan penerapan persamaan matematika masih memerlukan peran penting dari kecerdasan manusia," tambah si AI mengamini.

Dua 'kenakalan'

Saya merasa tidak bisa lepas dari 'kenakalan' yang nampaknya sudah begitu melekat. Pertama, punya rasa ingin tahu akan hal yang kurang mainstream atau bahkan agak absurd untuk sebagian orang. Kedua, bawaan untuk mencari celah tawa dari sesuatu. 

Absurditas saya berbuah tulisan ini. Karena saya begitu seringnya melihat ikon-ikon di layar hp, terpikir untuk mencari istilah ilmiah atas fenomena ikon baik di hp maupun komputer.

Sementara celah tawa yang terlintas dari pembahasan ini terletak pada kata inovasi. Padahal inspirasinya berasal dari ungkapan, seserius 'tidak ada yang benar-benar baru di bawah matahari. Kata inovasi mendapat musibah atas ejekan linguistik saya: in+novus alias tidak ada yang baru. Tentu saja inovasi secara etimologis tidaklah demikian. Sekedar iseng mengejek keangkuhan ilmiah kita yang seringkali merasa telah menyaingi 'arasy penciptaan'.

Hanya saja, meski demikian saya juga bisa cukup serius, saat menemukan kata-kata tokoh antagonis Robert Doniger dalam Timeline-nya Michael Crichton untuk menutup tulisan ini: The future lies in the past. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun