Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Oksido-Orien

6 April 2023   05:45 Diperbarui: 6 April 2023   08:56 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuriositas atau rasa penasaran seringkali menjadi alasan yang kuat untuk mengetahui sesuatu hal dengan cara yang menyenangkan.

Saat mendengarkan alunan suara Cecilia Bartoli menyanyikan lagu karya Nicola Antonio Porpora, Alto Giove dari opera Polifemo, sesuatu mengusik rasa ingin tahu---selain cita rasa Eropa dan nuansa antikuitas yang kental terasa.  Pertama, apa istilah untuk teknik bernyanyi seperti Bartoli? Apa sebutan untuk jenis atau bagian dari opera seperti halnya Alto Giove? Dan, tentu saja, tentang apa lagu ini?

Saya coba mencari tahu dari beberapa sumber. Secara online tentu saja untuk sekedar mendapatkan gambaran umum.

Jawaban pertanyaan pertama, kurang lebihnya begini: Teknik bernyanyi seperti yang diperagakan oleh Cecilia Bartoli lazim dikenal sebagai Coloratura mezzo-soprano.  Coloratura mezzo-soprano adalah jenis suara mezzo-soprano yang memiliki kemampuan vokal yang sangat luas dan mampu mengeksekusi teknik vokal yang rumit dan cepat seperti coloratura. Coloratura adalah teknik vokal yang mengharuskan penyanyi untuk menyanyikan rentetan not dengan cepat dan akurat, seringkali dengan menggunakan vibrato yang cepat dan terkontrol. Ini membutuhkan keahlian teknis yang sangat baik dan kontrol vokal yang presisi, sehingga hanya sebagian kecil penyanyi mezzo-soprano yang dapat mengeksekusinya dengan baik.

Coloratura mezzo-soprano biasanya digunakan dalam opera dan musik klasik, terutama dalam peran-peran yang menuntut kecepatan dan keahlian teknis yang tinggi, seperti peran Rosina dalam opera Il Barbiere di Siviglia karya Rossini atau peran Angelina dalam opera La Cenerentola karya Rossini. Beberapa penyanyi mezzo-soprano yang terkenal dengan kemampuan coloratura mereka salah satunya, ya Cecilia Bartoli ini. Coloratura, sederhananya adalah suara yang memiliki warna tersendiri sekaligus mewarnai.

Sebuah Persembahan

Lalu bagaimana dengan jawaban atas pertanyaan kedua?

Sebutan untuk jenis atau bagian dari opera seperti halnya Alto Giove secara teknis disebut Aria. Aria---secara leksikal berasal dari bahasa Yunani yang berarti singa betina, atau dari bahasa Latin, berarti udara---adalah jenis lagu dalam opera atau kantata yang dinyanyikan solo oleh seorang penyanyi utama, seringkali diiringi oleh orkestra atau ansambel musik. Aria biasanya menjadi momen penting dalam pementasan opera, di mana karakter menyampaikan perasaan, emosi, atau refleksi tentang situasi dalam cerita melalui lagu tersebut. Aria sering dipandang sebagai bagian yang paling indah dalam opera, karena memungkinkan penyanyi untuk mengekspresikan keahlian vokal mereka dan menunjukkan bakat mereka dalam bernyanyi.

Pikiran awam saya menawarkan simpulan bahwa barangkali karakter vokal pada bagian Aria ini seperti halnya auman singa kharismatik, atau sebagaimana halnya udara, ia menjadi bagian penting dalam sebuah opera.    

Maka, tibalah giliran jawaban atas pertanyaan ketiga.   

Menurut The LiederNet, lirik lagu ini ditulis oleh Paolo Antonio Rolli (1687 - 1765) sementara lagunya merupakan gubahan Nicola Antonio Porpora. Alto Giove berarti: (Wahai) Yupiter yang agung!

Alto Giove
è tua grazia, è tuo vanto,
il gran dono di vita immortale,
che il tuo cenno sovrano mi fà.

Ma il rendermi poi quell
già sospirata tanto
Diva amorose e bella,
è un dono senza uguale
come la tua beltà.

Saya harus minta bantuan ChatGPT untuk mengalihbahasakannya ke dalam bahasa Indonesia yang puitis. Dan chatbot cerdas ini memberikan alternatif terjemahan sebagai berikut:

"Wahai Yupiter yang agung,
Karuniamu dan kebesaranmu yang terpuji,
Adalah anugerah kehidupan abadi,
Yang diberikan oleh perintahmu yang maha kuasa.

Namun memberiku keinginan yang lama
Untuk menjadi Dewi yang dicintai dan cantik
Adalah hadiah yang tak tertandingi
Sama indahnya seperti keindahanmu."

Oh ternyata sebuah lagu bercorak paganistik khas mitologi Greko-Romano. 

Mitologi Greko-Romano 

Yupiter, menurut Online Etymology Dictionary, Yupiter berasal dari kata Latin Jove atau Dyeu (Tuhan) dan peter (bapak). Atau, dari Kata Yunani, Zeus dan pater dengan arti yang sama. Sementara dalam bahasa Sanskertanya, masih mirip: Dyaus pita(r). Kata dyeu berasal dari bahasa Proto-Indo-Eropa yang memiliki akar makna: bercahaya. Adapun makna turunnya berarti langit, angkasa, Tuhan.  

Polifemo sendiri adalah tokoh dalam mitologi Yunani yang merupakan raksasa satu mata. Ia dikenal dalam kisah Odysseus (Odisseus) atau Ulysses, yaitu tokoh pahlawan dalam mitologi Yunani yang melakukan perjalanan panjang untuk kembali ke rumahnya setelah Perang Troya.

Dalam kisah tersebut, Polifemo merupakan putra dari Poseidon, dewa laut, dan Galatea, seorang nifma (peri laut). Ia tinggal di sebuah pulau yang disebut dengan nama Sisilia. Pada suatu hari, Odisseus beserta para awak kapalnya mampir di pulau tersebut dan masuk ke dalam gua tempat tinggal Polifemo.

Polifemo mengunci mereka di dalam gua dan membunuh beberapa awak kapalnya sebagai makanan. Namun, Odisseus berhasil memberikan minuman keras kepadanya dan membuatnya mabuk, kemudian memanfaatkan momen tersebut untuk menusuk mata Polifemo dan melarikan diri bersama para awak kapalnya. Kisah Polifemo dan Odisseus banyak dikenal melalui karya sastra klasik, termasuk karya-karya Homer seperti Odyssey (Odisseia) dan Iliad (Ilias). 

Perjalinan Barat-Timur: Oksido-Orien

Dalam Cultural links between India & the Greco-Roman world, sebuah tulisan di World History disebutkan bahwa Cyrus Agung (558-530 SM) mendirikan kekaisaran universal pertama di dunia yang membentang dari Yunani hingga sungai Indus. 

Rujukan awal terhadap Yunani di India, menurut Sanujit penulis artikel ini, telah ada jauh sebelum kedatangan Aleksander Agung di perbatasan barat laut India. Terdapat referensi dalam literatur awal India yang menyebut Yunani sebagai Yavanas. Panini, seorang ahli tatabahasa Sanskerta kuno, mengenalkan kata yavana dalam karyanya. Katyaanaa menjelaskan istilah yavanani sebagai aksara dari Yavanas. Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan Panini, bahkan abad yang ia tinggali pun tidak pasti. Mayoritas ahli cendekiawan menganggap ia hidup pada abad ke-4 SM. Tata bahasa Pāṇini, yang dikenal sebagai Ashtadhyayi, yang berarti delapan bab, mendefinisikan bahasa Sanskerta klasik, sehingga Panini secara pasti hidup pada akhir periode Weda. "Petunjuk penting untuk penanggalan Panini adalah munculnya kata yavanānī (dalam 4.1.49, baik 'wanita Yunani' ataupun 'aksara Yunani'). Kecil kemungkinan adanya pengetahuan langsung tentang Yunani di Gandhara sebelum penaklukan Aleksander Agung pada tahun 330 SM, namun ada kemungkinan nama tersebut diketahui melalui kata Persia Kuno yauna, sehingga keberadaan yavanani yang diambil secara terisolasi memungkinkan pada tahun 520 SM, yaitu saat penaklukan Darius Agung di India," tulis Sanujit.

Meski kerajaan Indo-Yunani pertama, menurut Antoine Simonin baru ada sekitar tahun 190 SM. Namun, persentuhan budaya dan peradaban antara Barat (Yunani) dan Timur (India) jauh lebih tua. Dan salah satu jejaknya sebagaimana disebut sebelum ini, yaitu dalam mitologi Jupiter: Zeus Pater dan Dyaus Pita(r). 

Alunan suara mezzo-soprano Cecilia Bartoli meruak dari speaker laptop tua saya, ketika satu pertanyaan tambahan, atau tepatnya asusmsi hipotetik, terlintas: "Adakah kesamaan gagasan antara Mahabharata, Odisseia dan Ilias?"

Sambil memutar kembali ingatan lama atas epos asal India dan Yunani, saya coba buka-buka utas dan forum percakapan di Quora dan sumber relevan lainnya. Dari beberapa jawaban dan petunjuk yang tersedia, sebuah momen eureka kecil didapatkan.

Mahabharata, Odisseia, dan Ilias adalah karya sastra kuno yang memiliki banyak perbedaan budaya, geografis, dan sejarah. Meskipun begitu, ada beberapa kesamaan ide atau gagasan antara ketiganya, seperti:

Pertama, perjuangan dan pertempuran. Ketiga karya sastra ini menampilkan perjuangan dan pertempuran yang menjadi pusat dari plot ceritanya. Mahabharata dan Ilias, misalnya, berkisah tentang perang antara dua kelompok yang berbeda, sementara Odisseia menceritakan perjuangan sang pahlawan untuk kembali ke tanah airnya.

Kedua, karakter heroik. Karakter-karakter heroik sangat penting dalam ketiga karya sastra ini. Para pahlawan seperti Arjuna di Mahabharata, Akhilles di Ilias, dan Odisseus di Odisseia masing-masing memiliki keberanian, kekuatan, dan kecerdikan yang luar biasa.

Ketiga, konflik dalam keluarga. Konflik dalam keluarga menjadi tema penting dalam Mahabharata dan Odisseia. Mahabharata berkisah tentang perseteruan antara dua kelompok yang memiliki hubungan kekeluargaan, sementara Odisseia menceritakan kisah Odisseus yang harus berjuang untuk merebut kembali tahtanya dari para saudara iparnya.

Keempat, konsep keberanian dan kehormatan. Konsep keberanian dan kehormatan sangat penting dalam ketiga karya sastra ini. Para pahlawan di dalamnya dihormati karena keberanian dan kesetiaan mereka terhadap nilai-nilai kehormatan. Odisseia dan Ilias ditulis oleh Homer (Homerus), sementara Mahabharata ditulis oleh Vyasa (Wiyasa).

Atau, yang menarik lainnya, kisah Ilias dan Ramayana memiliki kesamaan dimana penyebabnya adalah penculikan wanita. Helen dalam kisah perang Troya Ilias diculik oleh Paris dari suaminya, Menelaus. Sementara dalam Ramayana, Sinta diculik oleh Rahwana dari suaminya, Rama. Ada kemiripan karakter pula antara Patroklos dan Laksmana, juga Hektor dan Kumbakarna dari kedua epos Ilias-Ramayana. Agak sulit membayangkan bila kedua karya ini secara kebetulan memiliki kesamaan.

Alunan Alto Giove tiba pada bagian akhirnya. Lid laptop tua pun saya tutup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun