Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Contact

23 Maret 2023   14:59 Diperbarui: 23 Maret 2023   19:03 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. penerbit Gramedia

Akhir tahun 1998-an, saya sempat membaca novel Contact yang ditulisan Carl Sagan pada tahun 1985. Seingat saya sudah berupa terjemahan dalam bahasa Indonesia. Novel ini sendiri sudah difilmkan pada tahun 1997.  Satu tahun setelah Sagan meninggal dunia pada tahun 1996. Untuk filmnya sendiri saya tonton jauh setelah film tersebut dirilis.

Sedikit tentang Carl Sagan. Ia adalah astronom dari universitas Cornell, Amerika Serikat sekaligus saintis yang tak kenal lelah mempopulerkan sains. Salah satu ungkapan yang terkenalnya adalah frasa pale blue dot (titik biru pucat) untuk planet bumi kita. Dalam bukunya Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space, Sagan menyatakan:

"Telah dikatakan bahwa astronomi adalah pengalaman yang menciptakan kerendahan hati dan membentuk karakter. Mungkin tidak ada cara yang lebih baik untuk menunjukkan kebodohan atas kesombongan manusia selain dengan gambar jauh dunia kecil kita ini. Bagi saya, ini menegaskan tanggung jawab kita untuk bersikap lebih baik satu sama lain, dan untuk memelihara dan menghargai titik biru pucat, satu-satunya rumah yang pernah kita kenal."

Kembali kepada film Contact. Dikisahkan tokoh utama yang bernama Eleanor 'Ellie' Ann Arroway (diperankan Jodie Foster) yang terlibat dalam proyek SETI (Search for Extra-Terrestrial Intelligence). Tujuan dari proyek ilmiah ini adalah mencari bentuk kehidupan cerdas di luar angkasa sana. Ia bersama timnya menangkap pesan terenkripsi yang kemudian setelah dipecahkan ternyata gambar sebuah mesin untuk melakukan perjalanan luar angkasa. Sayangnya, ternyata mesin tersebut gagal membawanya ke luar angkasa. Kamera monitor menayangkan mesin tersebut rusak dan tidak beranjak dari tempatnya. Namun ternyata Ellie merasa kalau ia berhasil terbang bahkan melewati wormhole (lubang cacing) dan di sana ia sempat bertemu dengan ayahnya yang sudah meninggal dunia.

Saat Ellie diperiksa kesaksiannya. Ia tidak bisa membuktikan bahwa apa yang dialaminya itu benar-benar terjadi. Sebagain pihak menganggapnya sebagai delusi belaka. Namun di akhir film kita dikejutkan oleh dialog antara Rachel Constantine dan Michael Kitz (tokoh yang kontra terhadap Ellie). Constantine menyebutkan bahwa dari rekaman video Ellie yang ternyata tetap berjalan selama 18 jam. Padahal menurut kamera monitor, pesawat rusak beberapa saat setelah dinyalakan. Hal ini menyiratkan bahwa apa yang dialami oleh Ellie mungkin saja benar terjadi.

Film Contact juga menyisipkan dialog yang ikonik seperti saat Ellie Arroway berkata kepada sekelompok anak-anak: "Saya akan memberi tahu satu hal tentang alam semesta. Alam semesta adalah tempat yang sangat besar. Ia lebih besar dari apa pun yang pernah dibayangkan orang sebelumnya. Jadi jika hanya kita saja... tampaknya sangat sayang jika memikirkan seberapa besar ruang yang terbuang. Benar kan?"

Carl Sagan mengajarkan kita untuk tidak jumawa atas segala pencapian saintifik kita. Kita boleh jadi bukan satu-satunya makhluk cerdas di semesta raya ini. Untuk lebih mendalamnya lagi sangat direkomendasikan untuk menyimak sendiri deh.

Dari novel Contact saya menangkap hal kecil yang tak kalah menarik. Carl Sagan menampilkan tokoh pendukung bernama Abonnema Eda. Seorang fisikawan asal Nigeria ini digambarkan sebagai:

"(Abonnema) Eda, misalnya. Di sinilah dia, sang fisikawan hebat, penemu dari yang disebut super unifikasi---satu teori elegan, yang mencakup sebagai kasus khusus fisika yang mencakup dari gravitasi hingga kuark. Ini merupakan prestasi yang sebanding dengan Isaac Newton atau Albert Einstein, dan Eda dibandingkan dengan keduanya. Dia lahir sebagai seorang Muslim di Nigeria, yang tidak biasa dalam dirinya sendiri, tetapi dia adalah pengikut faksi Islam yang tidak ortodoks yang disebut Ahmadiyah, semacam aliran tasawuf. Aliaran ini adalah seperti Zen dalam Buddhisme. Ahmadiyah menyatakan 'Jihad dengan pena, bukan pedang'. Meskipun sikapnya tenang, bahkan rendah hati, Eda adalah lawan sengit bagi konsep jihad Muslim yang lebih konvensional, yaitu perang suci, dan sebaliknya berargumen untuk pertukaran gagasan yang paling gencar."

Muhammad Zakria Virk dalam Scientist of the East menegaskan bahwa: "Dalam novel fiksi ilmiah Carl Sagan yang berjudul Contact, pada bab 18, terdapat referensi tentang Eda, sang fisikawan hebat, yang sebenarnya merujuk pada Abdus Salam."

Abdus Salam adalah fisikawan peraih Nobel di bidang fisika pada tahun 1979 bersama dengan Sheldon Glashow dan Steven Weinberg atas kontribusi pentingnya dalam teori interaksi lemah dan elektromagnetik yang bersatu antara partikel-elementer, termasuk di dalamnya prediksi arus netral lemah.

Sosok jenius Abdus Salam serta latar belakang kepercayaan yang melatarbelakangi karir ilmiahnya secara menarik diungkapkan oleh Pervez Hoodbhoy, dalam tulisan yang lansir harian Dawn, Ramanujan and Salam---what inspired them? Hoodbhoy membandingkan adanya kesamaan antara Srinivasa Ramanujan dan Abdus Salam dalam menjadikan agama sebagai inspirasi dalam kiprah ilmiahnya.  

Satu hal menarik lainnya, menurut Hoodbhoy, Abdus Salam yang pada waktu itu seorang mahasiswa 19 tahun di Government College Lahore, menulis makalah pertamanya yang mengusulkan solusi yang lebih sederhana untuk masalah matematika yang menarik yang diajukan sekitar 20 tahun sebelumnya oleh Ramanujan. Dia mengakhiri makalahnya dengan bangga menyatakan: "Solusinya [Ramanujan] jauh lebih melelahkan. Fermat Library mengabadikan persentuhan dua matematikawan jenius ini dalam penyelesaian persamaan matematis tersebut.

Abdus Salam dikenal gigih membuka kesempatan dunia ketiga dalam riset-riset keilmuan dengan mendirikan The World Academy of Science. Bukan hanya itu saja, ia juga memberikan penghargaan TWAS Medal   kepada mereka yang berperan besar dalam memajukan sains di dunia ketiga sejak tahun 1995. Satu tahun kemudian, Abdus Salam meninggal dunia pada 21 November 1996. Ia adalah anggota aktif Jamaah Muslim Ahmadiyah. Sebuah gerakan dalam Islam yang pada hari ini, 23 Maret 2023, tepat berusia 134 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun