Abdus Salam adalah fisikawan peraih Nobel di bidang fisika pada tahun 1979 bersama dengan Sheldon Glashow dan Steven Weinberg atas kontribusi pentingnya dalam teori interaksi lemah dan elektromagnetik yang bersatu antara partikel-elementer, termasuk di dalamnya prediksi arus netral lemah.
Sosok jenius Abdus Salam serta latar belakang kepercayaan yang melatarbelakangi karir ilmiahnya secara menarik diungkapkan oleh Pervez Hoodbhoy, dalam tulisan yang lansir harian Dawn, Ramanujan and Salam---what inspired them? Hoodbhoy membandingkan adanya kesamaan antara Srinivasa Ramanujan dan Abdus Salam dalam menjadikan agama sebagai inspirasi dalam kiprah ilmiahnya. Â
Satu hal menarik lainnya, menurut Hoodbhoy, Abdus Salam yang pada waktu itu seorang mahasiswa 19 tahun di Government College Lahore, menulis makalah pertamanya yang mengusulkan solusi yang lebih sederhana untuk masalah matematika yang menarik yang diajukan sekitar 20 tahun sebelumnya oleh Ramanujan. Dia mengakhiri makalahnya dengan bangga menyatakan: "Solusinya [Ramanujan] jauh lebih melelahkan. Fermat Library mengabadikan persentuhan dua matematikawan jenius ini dalam penyelesaian persamaan matematis tersebut.
Abdus Salam dikenal gigih membuka kesempatan dunia ketiga dalam riset-riset keilmuan dengan mendirikan The World Academy of Science. Bukan hanya itu saja, ia juga memberikan penghargaan TWAS Medal  kepada mereka yang berperan besar dalam memajukan sains di dunia ketiga sejak tahun 1995. Satu tahun kemudian, Abdus Salam meninggal dunia pada 21 November 1996. Ia adalah anggota aktif Jamaah Muslim Ahmadiyah. Sebuah gerakan dalam Islam yang pada hari ini, 23 Maret 2023, tepat berusia 134 tahun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI