Selesai shalat, si sulung mencari tahu tentang ular yang kami---tanpa sengaja---dengar saat shalat tadi. Sementara itu, saya memutuskan untuk segera berangkat menuju tempat acara. Â Â Â Â
Pukul 04.30-17.45
Saat daras pagi menemukan ayat suci Al-Qur'an yang berbunyi, "Tidakkah kalian perhatian bahwa Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) kalian apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin..." (QS.31 Luqman 20). Ayat ini menegaskan posisi kita manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
Fungsi manusia sebagai Khalifah fil-ardh, wakil Allah di muka bumi, adalah menjadi cerminan sifat-sifat Allah sebagai Maha Pengasih dan Penyayang kepada segenap makhluk ciptaan-Nya. Pengkhianatan atas tugas ini akan berakibat fatal. Alih-alih sebagai berkah bagi bumi, manusia malah menjadi sumber petaka---bahkan untuk diri manusia itu sendiri.
Seringkali muncul tanya saat membaca kabar tentang manusia yang berhadapan dengan ganasnya alam. Tuhan seakan melepaskan perlindungan-Nya serta mencabut penundukan alam atas manusia sebagai makhluk terbaik-Nya. Semua itu adalah buah atas benih buruk yang manusia semai.Â
Pengkhianatan manusia atas tugas mulianya sebagai wakil Tuhan di atas dunia ini justru telah membawanya kepada kedudukan yang rendah bahkan sebagai hamba dari dunia itu sendiri. Siapapun yang melepaskan ikatan penghambaannya dari Sang Maha Majikan, maka ia akan menjadi hamba dari hamba Sang Majikan, yaitu dunia.
Terngiang kembali kutipan hadits qudsi yang sering didaraskan oleh seorang guru di sekolah tempat saya mengajar: "Ya dunya, ukhdumii man khadamanii wa(i)stakhdamii man khadamaki---wahai dunia, khidmati ia yang berhamba kepada-Ku, dan perbudaklah ia yang berhamba kepadamu!"
Refleksi atas daras pagi itu menciptakan atmosfir tersendiri saat menjalani siang hari sembari menjalani puasa Kamisan hingga jelang berbukanya.
Pukul 04.00-04.30
Selepas Ramadan tahun ini, saya mulai mengatur pola makan agak lebih ketat. Saya merasa lebih nyaman dalam keadaan sedikit lapar ketimbang mendekati kenyang. Asupan yang relatif sedikit memberi kesempatan kepada tubuh untuk lebih optimal dalam mengambil manfaat dari setiap asupan yang diterimanya. Saya menganalogikannya dengan sistem yang bekerja dalam homeopati. Semakin sedikit kandungan fisik sebuah obat maka semakin besar potensi daya sembuhnya, less is more.
Jurnal Farmakologi Inggris dalam The Truth About Homeopathy di laman National Library of Madicine menyatakan bahwa pepatah less is more menegaskan bahwa jika kita mengencerkan dan mengocok obat, itu tidak menjadi lebih lemah tetapi justru akan menjadi lebih kuat.Â