Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bungarus Candidus

3 Juni 2022   17:52 Diperbarui: 4 Juni 2022   05:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyesalan Diri https://medium.com/@dmikurkin

Pukul 18.55-19.00

Kepalanya hancur. Darah melingkar di atas tanah tempat kepalanya berada. Lingkaran itu kian melebar. Efek kapilaritas bekerja secara horisontal. Sesuatu dengan besar seukuran kepalanya menghantam keras dan mengakhiri hidupnya. Tapi ada yang aneh. Bagian bawah tubuhnya tampak tenang. 

Tidak ada tampak bekas-bekas perlawanan. Membujur dengan tenang. Ia benar-benar menjemput kematiannya dengan pasrah. Apakah ini merupakan sebentuk kematian yang ia rencanakan sendiri? Ataukah sesuatu lainnya telah memaksanya berbuat demikian?

Itulah yang terbetik dalam benak saat menyaksikan jejak pembunuhan tersebut. Drama pembunuhan itu sendiri terjadi beberapa saat sebelumnya. Saya mendapatkannya telah mati. Saya terdiam oleh banyak tanya. Sementara itu, tepat di depan mayat berkepala hancur tersebut, seseorang berdiri tegak menjulang, kontras dengan si korban yang membujur lunglai, luruh di tanah. Tangannya masih memegang benda yang sekaligus menjadi saksi bisu tragedi petang berdarah itu.

Pukul 17.45-18.55

Jadwal panjang pelatihan Komite Pembelajaran---sebagai persiapan penerapan Kurikulum Merdeka pada tahun pelajaran mendatang di sekolah tempat saya mengajar---menjadikan waktu berjalan begitu lekas. Tanpa ritual penantian adzan Maghrib, pelantang di beberapa masjid sekitar rumah serempak menyuarakan adzan. Kembali segelas air putih, sebagaimana saat sahur, mengguyur tenggorokan yang sempat kering sepanjang siang yang penuh kegiatan. 

Ada tantangan tersendiri dalam menjalani shaum di luar bulan suci Ramadan. Suasana juga berbeda. Bagi orang awam seperti saya, sukar sekali untuk menciptakan kesyahduan dalam berpuasa.

Setelah doa pengantar berbuka puasa, ifthar pun selesai. Saatnya untuk melaksanakan shalat Maghrib tiba. Baru saja satu rakaat, seseorang mengetuk pintu dan langsung masuk. Ketika dia tahu bahwa kami tengah shalat, dia segera berbalik dengan kata-kata, "Awas ada ular di pertigaan halaman depan. Tolong bunuh, ya!" ucapnya dengan panik sambil menutup pintu. 

Saya shalat berjamaah di rumah waktu itu. Ba'da Maghribnya ada acara yang harus diikuti di kampung sebelah. Adalah Majlis Mukhatib yang biasa diadakan rutin setiap malam Jum'at. Majlis Mukhatib merupakan kegiatan rutin mingguan yang dilaksanakan secara keliling dari satu DKM ke DKM lainnya. 

Menyegarkan suasana dan silaturahmi. Menurut para sesepuh di desa Tenjowaringin, kegiatan ini sudah berjalan setidaknya sejak tahun 1980an. Beberapa orang menyebut kegiatan malam Jum'atan ini sebagai Majlis Hotiban. Sangat khas Sunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun