Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lesung Pipit

16 April 2022   11:06 Diperbarui: 12 April 2023   06:27 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pngwing.com/id/free-png-zzvcv

Ini bukan tentang kecantikan. Bukan juga tentang Majnun dengan Layla-nya. Hanya saja memang sulit untuk menafikan imaji seraut wajah anggun berhiaskan senyum indah saat mendengar frasa lesung pipit disebut. Sungguh, sebuah kata seringkali lebih visual dari pada seribu gambar.

Secara leksikal, lesung pipit adalah lekuk kecil pada pipi yang tampak jika tersenyum. Sementara secara fisiologis lesung pipit malangnya dianggap sebagai deformitas otot wajah. Para ilmuwan menyebutnya sebagai zygomaticus major.  Sebuah istilah yang boleh jadi bukan pilihan tepat saat kita akan merimakan rasa dalam kata.

Lesung adalah sebuah lumpang, yaitu tempat yang di atasnya ibu-ibu menumbuk padi. Sementara pipit adalah nama umum untuk burung-burung kecil pemakan biji-bijian, termasuk padi tentunya. Lesung pipit (kemudian lebih umum menjadi lesung pipi) memberikan gambaran seceruk kecil yang mana hanya cukup untuk paruh kecil burung pipit. Saya menangkap ada pesan halus dari fenomena di wajah yang kemudian dianggap sebagai pemanis dan pengindah senyuman.

Adakah hubungan pipit dengan sebuah senyum? Saya berharap bisa menjawabnya di akhir tulisan.  

Burung Pipit

Tulisan kecil sebelumnya yang berjudul Burung-Burung Kearifan masih kuat beresonansi dalam ruang pikir saya. Letupan-letupan kecil dalam mangkuk renungan seputar burung-burung yang fasih berdialektika dan bernarasi masih terus berlangsung. Saat jari-jari tidak lagi bisa mengetikkan kata-kata di atas bilah tuts, saya mencoba untuk menutupi ketidakmampuan bertutur ini dengan mencari kisah tentang burung tetapi yang tidak bercerita. Ia haruslah seekor burung yang tak bertutur. Seekor burung biasa yang tidak akan mempermalukan saya. Burung-burung yang bermusyawarah itu memang benar-benar keterlaluan. Sulit untuk menyembunyikan rasa iri atas kefasihan mereka. Perlu waktu untuk sejenak menyembunyikan rasa ini. Saya harus menemukan kisah burung yang tak bertutur. Itulah gagasan awalnya.

Adalah Al-Mawaa'izh al-'Ushfuriyyah (Nasihat-Nasihat Burung Pipit) karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfury. Kitab ini sejatinya berisi 40 hadits yang bertemakan motivasi, kisah-kisah tasawuf dan adab. Hanya saja yang membuatnya istimewa al-Ushfiry mengemasnya dengan kisah dan hikayat sufiyah. Uniknya kisah mengenai burung pipit sendiri hanya ada satu dalam kitab yang kemudian dikenal sebagai Kitab Usfuriyah tersebut. Ke-39 hadits---yang dilengkapi kisah dan hikayat sebagai penjelasannya---lainnya tidak ada satu pun yang berkisah tentang burung pipit.

Nampaknya penamaan Kitab Ushfuriyah sendiri bersandar kepada dua alasan. Pertama, pipit dalam bahasa Arab adalah 'ushfur. Dan pembahasan hadits pertama dalam kitab tersebut, yang bertemakan Mengasihi Sesama Makhluk, mencantumkan kisah Umar bin al-Khattab dengan seeokor pipit. Kedua, Muhammad bin Abu Bakar berasal dari klan 'Ushfuriyah yang pada tahun 1253 memperoleh kekuasaan di bagian timur Arab, termasuk Bahrain sekarang. Jadi Al-Mawaa'izh al-'Ushfuriyah (Nasihat-Nasihat Al-'Ushfury).

Saat Singa Diselamatkan Seekor Pipit

Suatu ketika Khalifah Umar ra sedang berjalan-jalan melewati jalan raya kota. Di sana ia melihat anak kecil yang  memegang burung pipit sambil memainkannya. Melihat demikian itu, Umar ra merasa kasihan dengan burung itu.

Kemudian Khalifah Umar pun membeli burung itu dari si anak kecil. Setelah terbeli, ia pun melepaskannya. Beberapa waktu kemudian, Umar radhiyallahu 'anhu meninggal dunia. Banyak dari kalangan para ulama jumhur memimpikannya. Di dalam mimpi itu, mereka bertanya kepada Umar tentang kabarnya:

"Apa yang telah Allah perbuat kepadamu?"

Umar menjawab: "Allah telah mengampuniku dan memaafkanku."

"Mengapa Allah mengampuni dan memaafkanmu? Apakah karena kedermawananmu? Karena sifat adilmu? Karena sifat zuhudmu?" tanya mereka.

Umar menjawab: "[Tidak]. Ketika kalian telah meletakkanku di dalam kuburan, kemudian menutupiku dengan tanah, dan meninggalkanku sendirian, datanglah dua malaikat yang menakutkan. Akalku melayang dan tulang-tulangku bergemetar keras karena saking takutnya diriku dengan mereka berdua. Kemudian dua malaikat itu memegangku dan mendudukkanku. Ketika mereka ingin menanyaiku, terdengarlah seruan suara tanpa rupa, "Kalian berdua! Pergilah! Tinggalkanlah hamba-Ku dan jangan menakut- nakutinya karena Aku telah mengasihinya dan memaafkannya, karena hamba-Ku telah mengasihi burung kecil saat masih hidup di dunia. Oleh karena itu, Aku mengasihinya di akhirat." (Al-Usfury, Burung Pipit, terjemah Bahasa Indonesia oleh Muhammad Ihsan bin Nuruddin Zuhri, Hal. 3-4)

Umar Berutang Dua Kebaikan kepada Pipit

Tentu kita sangat akrab dengan kisah masuknya Singa Arabia ini masuk ke dalam pangkuan Islam. Adalah Fatimah binti Khattab adik sekaligus wanita yang meluluhkan kerasnya hati Umar bin al-Khattab. Saat Umar tengah mencari untuk mencelakai Rasulullah saw, ia singgah di rumah sang adik untuk mengkofirmasi keislaman Fatimah yang telah mencoreng reputasi penolakan dirinya atas dakwa kenabian Muhammad saw..

Betapa murkanya Umar saat Fatimah, dengan lugas membenarkannya. Tak pelak sebuah tamparan keras mendarat di wajah Fatimah. Darah mengucur deras dari hidungnya. Tapi Fatimah bergeming. Ia sekokoh Umar dalam hal ini. Keadaan pun berbalik. Umar melembut demi melihat wajah adiknya bermerahkan darah yang disebabkan tamparannya. Lanjutan dari episode keislaman Umar ini sudah kita ketahui bersama. Inilah utang kebaikan pertama Umar kepada sang Pipit, Fatimah binti al-Khattab.    

Fatimah, muslimah dari kalangan pengikut yang awal Islam, tak ubahnya seekor pipit di hadapan Umar, sang elang Arabia. Akan tetapi sejarah mencatat, Umar masuk ke dalam pangkuan Islam melalui Fatimah. Satu dari sekian doa strategis Rasulullah saw terkabul dalam wujud Umar bin al-Khattab melalui adiknya, Fatimah binti al-Khattab.

Adapun untuk utang kebaikan kedua Umar kepada pipit tidak perlu saya sampaikan lagi. Adalah Al-'Usfury sendiri yang telah menghikayatkannya sebagaimana saya kutip sebelum ini.

Burung Pipit dan Saya

Keinginan untuk menyembunyikan kekalahan dari burung-burung yang piawai bermantik semakin menjadi. Bila sebelumnya dengan menemukan kisah burung yang tak bertutur, maka saya berharap luka atas kekalahan oleh burung-burung yang bertutur akan sembuh, ternyata keliru. Seekor pipit yang bahkan tak berkata sepatah kata pun menjadi masyhur dalam hikayat. Ia bahkan menyelamatkan seorang Umar bin al-Khattab.  Saya harus belajar menjadi pecundang yang baik.

Dari pipit yang lainnya, Fatimah, saya belajar untuk menjalani rasa malu atas ketangguhan dan kefasihannya dalam mematahkan argumentasi Umar. Dan bukan itu saja, ia memiliki keberanian luar biasa menyuruh Umar bersuci saat akan menyentuh lembaran bertuliskan ayat-ayat permulaan Surah Thaha. Pipit ini telah membuat Umar tekuk lutut di depan singgasana Rasulullah saw..   

Tergoda untuk sedikit sembarangan dalam mengaitkan senyumnya sang pipit saat dilepaskan Umar untuk terbang bebas---dan senyumnya Umar setelah dibebaskan oleh Allah dari hisab atas ridha-Nya Allah demi melihat senyumnya pipit yang pernah ia lepaskan---berupa sebuah tanya: mungkinkah peristiwa ini diabadikan menjadi sebutan pengindah senyuman bernama lesung pipit?

Semoga kesembarangan saya di ujung tulisan ini bisa mengundang senyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun