Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

5 Cara Ramah Lingkungan Mengendalikan Hama Ulat Grayak pada Tanaman Tembakau

11 Oktober 2023   05:00 Diperbarui: 11 Oktober 2023   10:31 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu jenis hama pada tanaman tembakau adalah ulat grayak (Spodoptera litura). 

Pada kasus berat, serangan ulat grayak pada tanaman tembakau menyebabkan tanaman mati atau dapat juga menurunkan kualitas (grade) dari daun tembakau yang ditanam.

Ulat grayak memakan helai-helai daun tembakau dan menyisakan tulang-tulang daunnya saja.

Kita ketahui, bahwa daun tembakau salah satunya dimanfaatkan untuk bahan baku cerutu, sehingga diperlukan pemeliharaan khusus untuk mendapatkan kualitas terbaik.

Serangan ulat grayak menjadi suatu ancaman serius bagi keberlangsungan usaha tani tembakau baik skala petani maupun perusahaan perkebunan.

Selama ini pengendalian dilakukan dengan cara pengaplikasian pestisida kimia yang berdampak buruk pada kesehatan petani dari residu yang dihasilkan dan tingkat resistensi hama.

Selain itu pestisida kimia juga berdampak negatif pada kualitas daun tembakau itu sendiri.

Perlu ada pengendalian yang bijak dan ramah lingkungan untuk mengendalikan serangan ulat grayak pada tanaman tembakau.

1. Cari Ulat Cari Telur (CUCT)

Ulat yang terkumpul pada saat CUCT (Dokumentasi pribadi).
Ulat yang terkumpul pada saat CUCT (Dokumentasi pribadi).

Pengendalian dengan cara cari ulat cari telur (CUCT) merupakan cara yang paling sederhana yang dapat dilakukan, namun perlu kejelian yang tinggi.

Biasanya cara ini dilakukan saat sore hari menjelang matahari terbenam, atau pagi hari sebelum matahari bersinar terang.

Ulat-ulat grayak dan sejenisnya biasanya hinggap di atas daun untuk memakan daging daun.

Begitupun juga dengan telurnya (kupu-kupu), terletak di atas permukaan daun. Jika menemui kumpulan telur-telur, daun dapat dipetik.

Setelah terkumpul ulat dan daun dapat dimusnahkan.

2. Sistem Pengguludan Tanah Pasca Tanam

Sistem pengguludan tanah pasca tanam merupakan bagian dari pengolahan tanah pasca tanam.

Pengguludan dilakukan dengan cara menggemburkan atau membolak-balikkan lapisan tanah pada sekitar perakaran tanaman, kemudian membumbunnya.

Tujuan utamanya adalah untuk merangsang perakaran tanaman atau dalam kasus tertentu untuk stresing.

Selain itu, tujuannya adalah untuk mematikan pupa yang ada di dalam tanah.

3. Menggunakan agen hayati jamur Beauveria bassiana.

Pengendalian menggunakan agen hayati atau organisme yang dapat digunakan untuk mengendalikan ulat grayak seperti jamur Beauveria bassiana karena bersifat parasitoid.

Cara aplikasinya adalah jamur Beauveria bassiana yang masih steril di media perbanyakannya seperi jagung dilarutkan ke dalam air 1 liter dengan konsentrasi 60 gram.

Selanjutnya, disemprotkan pada tanaman tembakau menggunakan knapsack sprayer sesuai kebutuhan.

Dalam 2 sampai 5 hari, ulat grayak yang terinfeksi jamur Beauveria bassiana akan nampak putih-putih dan mati.

4. Pestisida Nabati

Pestisida nabati merupakan pestisida yang terbuat dari bahan-bahan dari tumbuhan yang mudah dibuat dan mudah diaplikasikan.

Pestisida nabati yang umum digunakan untuk mengendalikan hama ulat grayak adalah pestisida nabati dari bahan daun mimba dan kayu nimbi.

Dapat juga dikombinasikan dengan bahan-bahan lainnya seperti bawang putih dan bawang merah.

Caranya cukup diekstrak menggunakan air, lalu disaring, kemudian dicampur dengan air sesuai proporsi kebutuhan, kemudian disemprotkan ke tanaman tembakau.

Kandungan senyawa yang ada pada kedua bahan tersebut secara nyata berpengaruh pada mortalitas ulat grayak.

5. Menghadirkan Predator Alami.

Musuh alami atau predator alami yang cukup efektif mengendalikan hama ulat grayak yaitu laba-laba (Oxyopes sp.) dan kumbang koksi (Menochilus sexmaculatus).

Sifatnya sama seperti agen hayati dari golongan parasitoid, namun golongan predator ini tidak bisa menginfeksi ulat grayak.

Banyak cara yang dapat dilakukan selain 5 cara di atas seperti pemasangan feromon, pemasangan lampu perangkap, atau pengaturan jarak tanam.

Cara-cara tersebut patut digunakan, karena cukup efektif dalam mengendalikan hama ulat grayak sekaligus juga ramah lingkungan.

Pada kasus berat, dapat dikombinasikan dengan pengaplikasian pestisida kimia jika ambang batas serangannya sudah di atas 3 atau 5 persen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun