Salah satu infrastruktur pertanian yang sangat vital fungsinya adalah embung. Embung merupakan bangunan berbentuk cekung menyerupai kolam air yang berguna untuk mengatur dan menampung aliran air hujan sehingga dapat dimanfaatkan untuk pasokan air bersih, air irigasi pertanian dan budidaya ikan konsumsi.
Embung umumnya dibuat di wilayah yang memiliki tingkat kemiringan 8-30 persen,tujuannya untuk mempermudah aliran air. Biasanya embung dibangun di desa-desa agraris yang fokus pada sektor pertanian terutama di desa-desa yang memiliki curah hujan rendah.
Begitu pentingnya fungsi embung untuk menjaga ketahanan pangan desa, pada tahun 2020 jumlah embung yang sudah difungsikan di seluruh Indonesia berjumlah 23.743 embung.Â
Sebagai perbandingan, jumlah desa di Indonesia adalah 75.535 desa, sedangkan jumlah desa yang memiliki minimal satu embung di setiap desa adalah 12.317 desa atau setara dengan 16,31 persen.
Desa sebagai garda terdepan dalam menjaga ketahanan pangan nasional, perlu diberikan perhatian lebih baik secara infrastruktur fisik seperti jaringan irigasi, embung, jalan usaha tani, dan jaringan telekomunikasi maupun infrastruktur non-fisik seperti pelayanan publik dan kesetaraan sosial.
Adanya embung di desa-desa, diharapkan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat desa sehingga mampu menjaga ketahanan pangannya dan meningkatkan kesejahteraannya. Lalu apa saja manfaat embung bagi desa?
1. Pasokan air irigasi pertanian. Embung menampung pasokan air hujan sebagai cadangan air untuk mengairi sawah-sawah di desa saat musim kemarau.Â
Berdasarkan permodelan oleh Darojat,dkk dalam jurnalnya yang diterbitkan pada tahun 2018, embung seluas 1 hektare dengan kapasitas tampung air hujan sebanyak 115.172 meter kubik mampu mengairi sawah seluas 7,46 hektare. Selain itu, adanya embung juga membantu petani untuk menambah masa tanam padi, biasanya 2 kali tanam menjadi 3 kali tanam dalam setahun.
Sehingga ketahanan pangan masyarakat desa dapat meningkat.Â
2. Sumber protein melalui budidaya perikanan. Embung desa dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk budidaya perikanan air tawar seperti ikan mujaer, ikan gurame, ikan lele, dan ikan mas. Ikan-ikan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein masyarakat desa.
Seperti yang dilakukan di embung Desa Karangasem, Kabupaten Klaten. Selain untuk pengairan sawah, embung juga dimanfaatkan sebagai sumber protein dengan budidaya ikan konsumsi.
3. Destinasi Wisata Alternatif. Adanya embung di desa, juga memiliki fungsi rekreasi atau hiburan, apalagi jika embung desa dikelola secara baik dan ditata semenarik mungkin untuk menggaet wisatawan lokal.
Contohnya embung kledung yang ada di Kledung-Temanggung, dengan berlatar belakang Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, keberadaan embung kledung sangat mempesona. Ditambah beberapa fasilitas permainan seperti ayunan, spot foto, jungkat-jungkit yang cukup ramah untuk anak-anak.
Pemasukan dari restribusi wisata embung dapat dimanfaatkan masyarakat desa sebagai modal untuk menjalankan program-program ketahanan pangan desa, seperti kolam lele dan budidaya sayuran hidroponik.
Adanya embung di desa merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan SDG's nomor 2 yaitu menghapus kelaparan melalui pertanian yang berkelanjutan sehingga tercipta ketahanan pangan yang kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya