Buah mangga (Mangifera indica L) sudah sejak dahulu terkenal sebagai komoditas pertanian andalan Kabupaten Indramayu. Tidak heran jika Indramayu selain tersohor sebagai lumbung padi nasional juga dijuluki sebagai kota mangga.
Mangga Indramayu yang cukup populer adalah mangga gedong gincu dan mangga cengkir. Bagi penikmat mangga, mangga Indramayu memiliki karakteristik fisik dan rasa yang unik, yang tidak dimiliki oleh kebanyakan jenis mangga lainnya.
Mangga cengkir memiliki karakteristik fisik dengan ukuran yang besar, memiliki daging buah tebal dan kaya serat serta beraroma khas. Rasa buah yang manis dan cenderung kering tidak banyak air. Umumnya mangga cengkir dinikmati saat masih mengkel.
Begitu juga mangga gedong gincu, yang memiliki aroma cukup harum menyengat. Memiliki kulit buah kuning, hijau, kemerahan nampak cantik secara visual. Daging buah padat dan berserat serta memiliki rasa manis yang kuat. Mangga gedong gincu biasanya dijual lebih mahal dibandingkan mangga cengkir.
Tidak sulit untuk menemukan kedua jenis mangga Indramayu tersebut dikala musim panen. Karena mayoritas masyarakat Indramayu membudidayakannya di pekarangan rumah atau di kebun. Panen raya mangga Indramayu biasanya berlangsung di Bulan Juli hingga Oktober di setiap tahunnya.
Potensi Ekonomi Mangga Indramayu
Produksi mangga Indramayu pada tahun 2022 tercatat sebesar 1.556.682 kwintal, naik tajam dari tahun 2021 yang hanya 933.979 kwintal berdasarkan data dari BPS Indramayu.
Di tahun 2017, produktifitas mangga Indramayu per pohonnya adalah 1,5 kwintal. Jika di konversi ke tahun 2022, maka dengan produksi mangga di atas, populasi pohon mangga Indramayu adalah 1.037.788 pohon.
Jika diasumsikan harga rata-rata mangga Indramayu per kilogram adalah Rp. 30.000, maka nilai ekonomi dari penjualan mangga selama periode tahun 2022 adalah kurang lebih sebesar Rp. 4 triliun.
Angka tersebut belum menghitung kontribusi biaya operasional baik di sektor hulu maupun hilir di usaha tani mangga Indramayu.
Perputaran ekonomi dari komoditas mangga Indramayu yang cukup besar, perlu di dorong pengembangan akses pasar yang berkelanjutan. Selain fokus pada peningkatan produksi dan perluasan lahan area penanaman mangga Indramayu.
Platfom Digital Tingkatkan Omset Petani Mangga
Selama ini petani mangga Indramayu menjual hasil panennya ke penebas mangga dengan harga yang tidak pasti. Kadang kalanya mangga di petani dibeli dengan harga sangat murah di bawah Rp. 5,000 per kilogram.
Padahal jika dijual kembali di pasar modern atau toko-toko buah harganya masih di angka minimal Rp. 25.000 per kilogram. Jelas ini merugikan petani, karena tidak sebanding dengan operasional pemeliharaan pohon mangga yang selama ini sudah dikeluarkan petani.
Untuk memutus rantai distribusi mangga Indramayu ini, salah satunya adalah dengan memanfaatkan platfom digital untuk mendekatkannya langsung ke konsumen akhir.
Hal ini senada dengan yang disampaikan Menteri Perdagangan, Zulkifi Hasan, saat menghadiri acara penen buah mangga di Desa Mangunjaya, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Kamis (13/10/2022).
“Kalau platform digital itu pasarnya luas dan jika hanya menunggu tengkulak datang karena banyak, harganya semaunya,”ujar Mentan.
Pemanfaatan platfom digital seperti marketplace mampu memperluas jangkauan pasar dan memperbaiki harga mangga di petani karena tidak lewat banyak tangan, sehingga para petani mangga Indramayu mampu meningkatkan omset pendapatannya.
Petani Mangga Manfaatkan Facebook dan Online Shop
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, dimanfaatkan oleh petani untuk menjual hasil panennya. Seperti yang dilakukan oleh Pak Aan, petani mangga Indramayu.
Pak Aan, menjual mangga cengkirnya yang di panen dari kebunnya, melalui facebook. Harga jualnya dipatok lebih miring 1000 atau 2000 dari harga jual di pasaran. Hal ini membuat mangga nya lebih cepat laku.
Meskipun harga jualnya lebih rendah, Pak Aan mengaku masih untung, daripada menjualnya melalui penebas atau tengkulak.
Sebagai perbandingan jika dijual ke tengkulak biasanya memakai sistem tebas, jatuhnya jika dihitung per kilogram, tidak lebih dari Rp. 15,000 per kilogram. Sedangkan jika di jual langsung ke konsumen akhir melalui facebook, Pak Aan masih dapat harga Rp. 22,000 per kilogram.
Dalam satu musim panen, Pak Aan mengklaim mampu menjual 500 sampai 1,000 kilogram. Omsetnya mencapai Rp. 22,000,000. Berbanding terbalik jika dijual melalui penebas omsetnya hanya sebesar Rp. 15,000,000, selisih Rp. 7,000,000, cukup besar.
"Buat mengisi waktu luang saja mas, sambil jualan mangga cengkir lewat facebook, pendapatannya lebih tinggi, daripada dijual ke penebas, rugi" Ujar Pak Aan kepada penulis.
Ke depan, Pak Aan rencananya akan mencoba memasarkannya melalui online shop agar jangkauan pasarnya lebih luas. Tidak hanya itu, dia juga berencana untuk mengajak petani-petani mangga lainnya untuk memanfaatkan platfom digital karena terasa lebih menguntungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H