Tidak berselang lama, hanya sekitar 10 menit, pesanan saya sudah tiba di meja. Wedhang ronde berisi bulatan kenyal (saya menyebutnya cendol), sirup jahe, kolang-kaling, kacang sangrai, dan mutiara.
Kuah jahenya terasa hangat mengalir melewati tenggorokan sampai berakhir di lambung. Sedikit-sedikit rasa nyeri di tenggorokan mulai hilang. Sambil menikmati sajian ringan yang ada, kami mengobrol-ngobrol membahas hasil kerja hari ini dan agenda besok hari.
Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB, kami memutuskan untuk kembali ke hotel, untuk istirahat membaringkan tubuh dengan harapan esok hari kembali fit.Â
Malam hari ini Surakarta terasa cukup dingin, apalagi angin bertiup cukup kencang. Namun, Surakarta memberikan kehangatannya lewat wedhang-wedhangan khas Jawa. Seolah tidak membiarkan kami kedinginan ketika berkunjung dan menikmati kota Surakarta. Matur nuwun Surakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H