Pasca suksesnya film pendek Tilik yang diproduksi oleh Racana Film pada tahun 2018, film yang disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo dan skenario buatan Bagus Sumartono kembali reborn dengan film Tilik The Series.
Hal ini merespon antusiasme viewer film pendek tilik yang ditayangkan di youtube Racana Film pada tahun 2020 yang sudah ditonton hingga 28 juta kali.
Dengan tokoh utamanya adalah Bu Tejo yang diperankan oleh Siti Fauziah alias Ozie yang sangat ikonis. Tidak hanya Bu Tejo, Â Yu Ning (Brilliana Desy Arfira), Bu Tri (Putri Manjo), dan Yu Sam (Dyah Mulani) Â yang pada film sebelumnya sudah cukup dikenal, pada film tilik the series kali ini juga dihadirkan tokoh-tokoh segar seperti Pak Hartono, Pak Tejo, dan Bu Lurah.
Film Tilik The Series mulai ditayangkan pada 31 Maret 2023 di platform streaming WeTV, iflix, maupun wetv.vip.
Sinopsis
Berbeda dengan cerita di film pendek Tilik, Tilik The Series mengangkat konflik rumah tangga Pak Tejo dan Bu Tejo yang dilatarbelakangi oleh rencana Pak Tejo yang berencana mencalonkan diri sebagai kepala desa. Namun, Bu Tejo menolak rencana tersebut.
Demi membendung ambisi suaminya, Bu Tejo maju mencalonkan diri sebagai kepala desa tandingan bagi suaminya. Walau pada akhirnya Pak Tejo membatalkan diri mencalonkan diri sebagai kepala desa dan membelot bersekongkol dengan Pak Hartono calon lurah yang juga musuh bebenyutannya.
Alhasil konflik rumah tangga Bu Tejo dan Pak Tejo semakin pelik hingga merembet ke ranah politik pemilihan kepala desa.
3 Pendidikan Politik Dari Film Tilik The Series
Film Tilik The Series hadir sebagai gambaran masyarakat kita terutama masyarakat pedesaan setiap pemilihan umum berlangsung. Film ini sarat makna pendidikan politik yang positif untuk disampaikan kepada masyarakat terlebih menjelang Pemilu 2024 . Berikut 3 pendidikan politik yang dapat dipetik dari Film Tilik The Series.
Berpolitik Santun dan Meneguhkan Persatuan
Dampak dari pemilihan kepala desa, konflik rumah tangga antara Pak Tejo dan Bu Tejo tak terelakkan lagi, Bu Tejo cs dan Yu Ning yang dulu berteman akrab kini berbeda pilihan, begitu juga gotrek dan nopek.
Namun, meski mereka berbeda pilihan, setiap bertemu mereka tetap bertegur sapa dan saling menghargai pilihan satu sama lain. Politik santun meski berbeda pilihan menciptakan iklim demokrasi yang sehat dan meneguhkan persatuan tidak saling menjatuhkan.
Menolak Politik Uang "Serangan Fajar"
Malam hari menjelang hari pemungutan suara, Pak Hartono melalui suruhannya melakukan serangan fajar dengan membagikan amplop bergambar foto Pak Hartono berisi uang kepada warga desa. Amplop-amplop tersebut diselipkan di bawah pintu rumah-rumah warga.
Meski Pak Hartono sudah berbuat curang, tetap Bu Tejo yang menang dan terpilih menjadi kepala desa. Menunjukkan bahwa warga desa cerdas dan tidak terpengaruh cara kotor yang sudah dijalankan kubu Pak Hartono.
Politik uang hanya akan menghasilkan pemimpin yang korup dan mementingkan kelompoknya saja, sehingga harus dihilangkan agar tidak menjadi budaya dan dianggap lumrah dimasyarakat, patut di contoh.
Cermat dan Periksa Fakta Setiap Mendapat Berita
Konflik rumah tangga Pak Tejo dan Bu Tejo, dimanfaatkan kubu Pak Hartono untuk melakukan negative campaign. Kubu Pak Hartono menyebar berita hoax bahwa Pak Tejo dan Bu Tejo sudah cerai, sehingga Bu Tejo menjadi janda.
Kondisi ini dimanfaatkan kubu Pak Hartono, karena mengerti warga desa tidak ingin memiliki kepala desa janda seperti kepala desa sebelumnya.
Kuatnya berita hoax yang sudah menyebar di masyarakat, membuat kubu Bu Tejo bekerja keras untuk melawan berita bohong tersebut. Kemenangan Bu Tejo, menunjukkan bahwa warga desa tidak terpengaruh berita hoax.
Penyebaran berita hoax memang salah satu cara kotor yang sering digunakan untuk menjatuhkan lawan politik, sehingga penting bagi masyarakat untuk selalu mencari fakta dan kebenaran dari setiap berita yang berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H