Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

3 Cara Mengurangi Generation Gap di Dunia Pertanian bagi Gen Z

2 Maret 2023   09:02 Diperbarui: 4 Maret 2023   02:50 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas petani.| Dok. PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT) via Kompas.com

Berdasarkan tahun kelahiran, manusia dibedakan menjadi 5 generasi yaitu, generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964, generasi X, lahir 1965-1980, generasi Y, lahir 1981-1994, sering disebut generasi millennial, generasi Z, lahir 1995-2010 (disebut juga iGeneration, GenerasiNet, Generasi Internet), dan generasi Alpha, lahir 2011-2025. 

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) dalam teori generasi (Generation Theory).

Setiap generasi memiliki karakteristiknya masing-masing, hal itu dipengaruhi salah satunya oleh kondisi dunia saat masing-masing generasi dilahirkan dan tumbuh berkembang.

Contohnya saja generasi X dan Y, di mana mereka dilahirkan pasca perang dunia II dan berkembangnya revolusi hijau. Lahirnya komputer dan beberapa teknologi kabel yang mulai maju pada saat itu membentuk gen x dan gen y terbuka pada perkembangan dan lebih adaptif.

Sedangkan pada gen Z dan Aplha, teknologi informasi sudah begitu pesat. Merangsang gen Z dan aplha untuk bergerak lebih fleksibel dan bebas, cenderung menyukai hal-hal yang instan.

Perbedaan-perbedaan tersebut nampak terasa, terlebih dalam ruang kerja yang terdiri dari berbagai generasi, dari generasi X, generasi Y, dan Gen Z. 

Dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah di ruang kerja, masing-masing generasi akan memiliki pola pikirnya sendiri. Hal inilah yang kadang membuat keadaan menjadi generation gap.

Generation gap terjadi mulanya karena adanya perbedaan opini dan pola pikir dalam menyikapi suatu perkara. Contohnya saja antar anak dan orangtua, atau cucu dengan kakek nenek. Begitupun juga dalam dunia kerja.

Menjadi petani gen Z yang sering berinteraksi dengan berbagai generasi yang lebih tua, kadang kala dihinggapi dengan sikap tidak percaya diri, minder atau bahkan tidak sabaran dalam menghadapi generasi tua dalam mengambil suatu keputusan.

Contohnya saja, petani-petani baby boomer, gen X bahkan gen Z cenderung menyukai menggarap sawah dengan cara-cara tradisional sedangkan gen Z lebih menyukai menggunakan mekanisasi yang lebih cepat selesai.

Hal semacam inilah yang membuat generation gap dalam dunia pertanian sangat terlihat. Gen Z akan membentuk perkumpulan petani sesuai generasinya sendiri,begitupun juga gen X, Z dan baby boomer. Arus informasi dan transfer pengalaman akan berhenti jika hal semacam ini terjadi.

Lalu bagaimana menyikapi generation gap dalam dunia pertanian?

1. Membangun Komunikasi yang Efektif

Komunikasi itu sangat penting, untuk menghindari kesalahpahaman atau membangun hubungan yang baik. Begitupun juga dalam membangun dunia pertanian. Gen Z yang lebih muda ketika berinteraksi dengan generasi "tua" berusaha untuk tidak menggurui. 

Bagaimanapun generasi tua memiliki pengalaman yang kaya daripada gen Z dalam dunia pertanian. 

Begitupun juga dalam alih teknologi baru, generasi tua lebih suka diberi contoh langsung melalui pelatihan-pelatihan atau lahan-lahan percobaan (demplot) daripada sekadar teori-teori saja.

Yang lebih sulit dalam membangun komunikasi pertanian antar generasi adalah perbedaan pola pikir dalam alih transfer teknologi mekanisasi pertanian baru contohnya seperti transplanter padi dan jagung atau combine harvester.

2. Kolaborasi Bersama

Jika komunikasi sudah terjalin dengan baik, maka dalam menentukan tujuan bersama bukanlah hal yang sulit. Semua pasti sepakat, tujuan dalam melakukan usaha tani adalah meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan mengurangi biaya usaha tani seefisien mungkin.

Salah satu caranya adalah dengan penerapan teknologi pertanian yang masif. Gen Z sebagai generasi yang melek teknologi sebagai informan dan generasi tua yang kaya pengalaman sebagai praktisinya. Kolaborasi inilah yang dibutuhkan, agar generation gap di dunia pertanian dapat dikurangi.

3. Memiliki Target yang Jelas

Target yang jelas menentukan langkah yang akan kita ambil. Gen Z cenderung ambisius dalam mencapai target. 

Bagi petani gen Z orientasi usaha tani kini tidak hanya sebatas dalam pemenuhan kebutuhan saja melainkan sudah berorientasi pada bisnis yang berkelanjutan.

Selain itu, bagi gen Z, modal yang dikeluarkan dalam usaha tani haruslah dicatat dan dihitung dengan matang, berbeda dengan generasi tua yang cenderung abai dengan catatan.

Sehingga karakter petani muda atau gen z dikenal lebih visioner dan keras dalam mencapai tujuannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun