Karena manfaatnya yang luar biasa bagi dunia pertanian kususnya tanaman padi. Hingga saat ini, perkumpulan petani curah hujan di Indonesia baru ada di Indramayu, Sumedang, dan Lombok.
Soal hasil budidaya padi, merekapun sudah tidak perlu risau dan galau lagi mencari pasar tiap menjelang panen, karena sejak 2022 mereka sudah kerja sama dengan salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penyerapan hasil panen dengan harga yang kompetitif.
Begitupun juga dengan permodalan usaha tani, melalui kerja sama B2B petani-petani P2TPI dapat mengaksesnya dengan mudah dan tanpa bunga alias 0 persen melalui program bisnis plasma beras atau on-farm yang digagas oleh Pemprov DKI Jakarta melalui PT Food Station Tjipinang Jaya sebagai perusahaan daerah.
Tujuannya adalah untuk menjaga ketahanan pangan kususnya bagi warga DKI Jakarta. Mengingat pentingnya peran mereka maka perlu ada dukungan serius dan nyata.
Sehingga petani ke depannya hanya fokus pada peningkatan hasil produksi dan berinovasi dalam efisiensi biaya usaha tani, tidak perlu pusing mikir modal ataupun pasar.
Hebatnya lagi, mayoritas petani-petani P2TPI sudah menerapkan pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia dengan mensubstitusinya dengan Bio-pestisida yang mereka ramu sendiri dan sudah tersertifikasi.Â
Begitupun juga penggunaan pupuk kimia yang rata-rata per hektarnya sudah dibawah 200 Kg permusim dengan menggantinya secara perlahan dengan pupuk organic cair (POC).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H