Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

P2TPI: Kisah Petani Peneliti Indramayu yang Menginspirasi

18 Februari 2023   07:45 Diperbarui: 25 Februari 2023   03:45 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah hampir satu tahun lamanya saya bertugas di Indramayu. Kabupaten yang dikenal sebagai salah satu lumbung padi nasional. 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gabah kering giling (GKG) Kabupaten Indramayu pada tahun 2022 mencapai 1,499 juta ton, menjadikannya sebagai penghasil gabah kering giling (GKG) tertinggi nomor 1 di Indonesia.

Prestasi tersebut memang layak disandang, karena Indramayu didukung oleh sumber daya-sumber daya pertanian yang handal. Selain faktor cuaca dan sarana produksi pertanian yang memadai.

Salah satu komunitas swadaya yang berperan dalam memajukan pertanian Indramayu adalah Perkumpulan Petani Tanggap Perubahan Iklim (P2TPI).

Perkumpulan petani pengukur curah hujan yang sudah berdiri sejak tahun 2009 dengan pendampingan dari Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia Prof. Dr. Yunita Triwardani Winarto atau akrab dipanggil Prof Yunita.

Para petani-petani P2TPI usai evaluasi bulanan periode Januari 2023 (Foto : Pak Abas Kartam)
Para petani-petani P2TPI usai evaluasi bulanan periode Januari 2023 (Foto : Pak Abas Kartam)

Meski usia tak lagi muda dan pendidikan rata-rata setara dengan sekolah menengah atas, bukan berarti petani-petani tersebut enggan untuk belajar dan berpikir ilmiah. Semangat untuk belajar dan mempraktikkan agroklimatologi cukup tinggi yang patut untuk terus dicontoh.

Bagi mereka aktivitas mengukur curah hujan menggunakan alat penakar hujan Observatorium (OBS) atau lebih dikenal sebagai ombrometer sudah tidak asing lagi.

Melakukan pengamatan cuaca setiap hari dan mencatatnya kemudian melakukan  penarikan kesimpulan dari data-data tersebut untuk digunakan sebagai evaluasi bulanan dampak cuaca terutama curah hujan terhadap tanaman kususnya padi.

Meski dunia sudah semakin canggih, BMKG pun sudah membuat semacam ramalan cuaca, namun mereka berpedoman bahwa cuaca adalah hasil pengamatan ilmiah yang dilakukan setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun