Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mikro Manajemen: Baik atau Buruk?

28 Juli 2022   11:41 Diperbarui: 31 Juli 2022   22:41 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu banyak gaya kepemimpinan atau manajerial dalam lingkup organisasi atau lingkungan kerja yang banyak diadopsi dengan segala dampak baik dan buruknya. Salah satunya adalah gaya kepemimpinan mikro manajemen. Apa itu gaya kepemimpinan mikro manajemen?

Menurut  International Journal of Business and Management Invention, mikro manajemen adalah sebuah manajemen kepemimpinan di mana seorang atasan melakukan pengamatan berlebih terhadap kinerja bawahannya. Ferry Atmadi, Executive Director MDI TACK Training Internastional menjelaskan micro-managing boss adalah tipe atasan yang cenderung mengontrol dan ikut campur secara rinci pekerjaan dari karyawannya. Pekerjaan yang seharusnya dapat didelegasikan kepada staf-stafnya, justru tetap ia pantau dan campuri.  

Sayangnya, banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah masuk pada gaya kepemimpinan mikro manajemen. Gaya kepemimpinan mikro manajemen menurut Coach Roby Tjiptadjaya, yang merupakan business coach Indonesia adalah :

1. Memiliki rasa kepercayaan yang rendah pada tim. Sehingga setiap proses setiap langkah selalu dipantau dan diawasi secara langsung. Mengambil alih pekerjaan yang dirasa tidak memuaskan dan mengesampingkan kerja tim.

2. Merasa hanya dirinya yang dapat bekerja secara baik dibandingkan lainnya.  Cenderung menunjukkan sikap arogansi dan menang sendiri.

3. Selalu memaksakan semua proses yang berjalan harus memakai caranya sendiri. Bertumpu pada feeling dan logikanya sendiri.

4. Mencegah orang lain mengambil keputusan, apalagi keputusan strategis. Otokratik dan selalu berusaha menjadi one men show.

5. Berorientasi pada hal-hal detail. Tanpa adanya deskripsi tugas yang jelas, mikro manajemen adalah sebuah sistem yang justru mendorong atasan untuk berfokus pada proses pelaksanaan tugas.  

Lalu apa keunggulan dan kelemahan dari gaya kepemimpinan mikro manajemen?

Jika dikelola dan dimanajemen secara baik, sebenarnya mikro manajemen mempunyai keunggulan dibandingkan gaya kepemimpinan lainnya. Sebaliknya, tanpa adanya kontrol yang kuat dari sebuah sistem berjalan, mikro manajemen hanya akan menjadi sebuah sistem toxic yang akan membunuh tim secara perlahan, mematikan kreatifitas dan perkembangan sumber daya manusia yang ada.

Keunggulan dari Gaya Kepemimpinan Mikto Manajemen

Mengutip dari laman glints, keunggulan mikro manajemen pada suatu tim baru adalah sebagai bentuk pendampingan dan pembelajaran agar pekerjaan yang baru dilakoninya dapat berjalan teratur. Sumber daya manusia yang ada menjadi disiplin.

Selain itu adanya mikro manajemen bagi anggota yang baru bergabung, efektif dilakukan untuk mempercepat anggota baru terbiasa dan beradaptasi dengan lingkungan organisasi barunya.

Dalam lingkup yang lebih luas dan kompleks, mikro manajemen dilakukan sebagai bagian dari kontrol akuntabilitas dari sistem yang berjalan. Menghindari adanya penyelewengan dan ketidakaturan yang mampu mengganggu iklim kerja organisasi.

Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan mikro manajemen dalam menjalankannya seperti akuntan, audit, teknik design, arsitektur atau saintik  diperlukan agar menghindari kesalahan pada perhitungan, pengambilan sudut pandang ataupun dampak yang disebabkan.

Namun, pada lingkungan yang lebih besar dan dewasa, mikro manajemen tidak seharusnya dilakukan secara perfeksionis dan proteksionis kepada sumber daya manusia yang ada, agar tidak ada sikap mengintimidasi sehingga mengganggu hubungan kerja yang ada.

Kelemahan dari Gaya Kepemimpinan Mikto Manajemen

Ada keunggulan pasti ada kelemahan, begitulah sebuah sistem. Adanya kontrol dan pengawasan yang ketat dari gaya kepemimpinan mikro manajemen menyebabkan adanya tekanan yang berdampak  negatif atau mengarah ke toxic. Beberapa pakar bahkan meyakini kalau mikro manajemen adalah salah satu faktor ampuh untuk menghancurkan budaya tim. 

Gaya kepemimpinan mikro manajemen berpotensi pada menurunnya potensi tim baik secara manajerial maupun kemampuan. Yang meningkat hanyalah rasa stres, jenuh dan cenderung pada runtuhnya semangat bekerja. Jika sudah terjadi maka performa dari suatu organisasi menjadi taruhan. Dampak luasnya adalah, angka turnover rate pegawai yang tinggi dan profesionalitasmenjadi hilang.

Raja-raja kecil semacam ini hanya akan mengganggu perkembangan tim, dan merusak hubungan personal ataupun hubungan tim menjadi tidak harmonis. Segala sesuatu yang berlebihan hanya akan menyebabkan kerusakan, sama halnya dengan mikro manajemen.

Kiat Mengatasi Mikro Manajemen Yang Berlebihan

Menurut laman https://www.ekrut.com/, cara agar terhindar atau mengurangi gaya kepemimpinan mikro manajemen yang berlebihan adalah :

1. Cukup tentukan target tim tanpa mendikte bagaimana cara kerjanya. Semua proses yang sedang berlangsung dalam suatu pekerjaan harusnya berpedoman pada Standart Operasional Prosedur (SOP) yang sudah dibuat dan disepakati manajemen. Sehingga tidak ada lagi SOP-SOP personal yang hanya akan menunjukkan dominasi pengaruh dan kewenangan personal saja. Jika mikro manajemen dilakukan pimpinan pada anggota organisasi, mulailah dengan bertukar pandangan dan sudut pandang dalam suatu prosedur yang dipermasalahkan. Jika harus dilakukan diskusi, maka atur kembali SOP bersama dan kembali tetapkan target.

2. Mulai percayakan tim dalam melakukan tugasnya. Setiap organisasi pasti sudah mempunyai strukturnya masing-masing dan mempunyai tanggungjawabnya sendiri. Penilaian hasil kerja dilihat berdasarkan proses dan capaian target yang dituangkan dalam KPI periodik. Masing-masing bagian akan bekerja penuh pada porsinya. Kunci kepercayaan adalah komunikasi. Jika merasa belum dapat percaya, maka mulailah tata kembali komunikasi.

3. Biarkan tim belajar dari kesalahan. Kesalahan dalam bekerja pasti tidak dapat dihindari, namun bisa diminimalisir dan di kelola resikonya. Adanya kesalahan dalam tim adalah bagian dari proses pembelajaran. Koordinasi dan komunikasi yang matang mencegah adaya kesalahan fatal. 

4. Hindari keinginan untuk menang sendiri. Gaya kepemimpinan otokratik sudah tidak relevan digunakan, namun masih bisa dimodernisasi melalui pengawasan sistem yang transparan. Delegasikan setiap pekerjaan berdasarkan tugas dan porsinya masing-masing tim, jangan dimakan sendiri. Jika gagal dilempar, jika berprestasi diakui sendiri. 

5. Berikan tanggung jawab lebih kepada tim. Tanggung jawab yang diberikan merupakan sebagai bentuk membangun kepercayaan sekaligus membentuk esistensi diri dalam suatu tim. Sudah seharusnya anggota yang diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikannya sesuai target yang sudah ditentukan berkaitan dengan deadline waktu dan capaian statistik.

Banyak gaya kepemimpinan manajerial yang dapat diadopsi, baik untuk organisasi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, organisasi bisnis seperti koperasi, star-Up, Corporate swasta ataupun BUMN yang semuanya pasti sudah mempunyai standart prosedurnya masing-masing dan aturan baku yang mengatur. Gaya kepemimpinan mikro manajerial akan baik di lakukan pada saat yang tepat, sebaliknya akan menjadi bom nuklir yang mampu menghancurkan organisasi jika diterapkan secara berlebihan dan intimidatif. 

Terima kasih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun