Mohon tunggu...
Dodi Bayu Wijoseno
Dodi Bayu Wijoseno Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, membuat hidup lebih indah

Penyuka Sejarah, hiking dan olah raga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

6 Fakta tentang Sherpa, Bukan hanya Sekadar Pemandu Biasa Pendakian Everest

31 Januari 2021   19:15 Diperbarui: 31 Januari 2021   19:20 2250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Sherpa yang membawa barang untuk kebutuhan pendakian. Sumber gambar: AP/bbc.com | Link gambar: bbc.com

Dalam dunia pendakian, khususnya pada pendakian gunung tertinggi di dunia Everest (8,848 mdpl) mungkin kita pernah mendengar istilah Sherpa. Terkadang Sherpa diartikan sebagai porter yang bertugas membawa barang untuk kepentingan pendakian para klien yang menggunakan jasa mereka, tetapi itu sebenarnya hanya sebagian dari pekerjaan mereka dalam bisnis pendakian Gunung Everest. 

Sherpa adalah nama suku di Nepal yang selama ratusan tahun telah mendiami desa-desa di bawah kaki Gunung Everest. Lingkungan hidup yang terpencil  dan berada di ketinggian dengan kondisi alamnya yang keras  bukanlah tempat yang mudah bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang layaknya seperti kita yang hidup di tempat yang normal. Tidak banyak pilihan yang mereka miliki.

Orang-orang Sherpa menjadi terkenal ketika Sir Edmund Hillary menjadi manusia pertama yang mencapai puncak  Everest di tahun 1953. Dalam pendakiannya tersebut ia  ditemani oleh seorang Sherpa bernama Tenzing Norgay.

Setelah pendakian perdana puncak Everest tersebut geliat binis pendakian Everest perlahan-lahan mulai memasuki desa-desa terpencil mereka. Dengan adanya bisnis tersebut orang-orang Sherpa mempunyai pilihan untuk meningkatkan taraf ekonomi dengan menjadi porter, pemandu atau apapun yang berkaitan dengan pendakian pada saat musim pendakian Everest dimulai. Mereka akan bekerja melayani ekspedisi pendakian yang menjadi klien mereka dengan gaji yang cukup lumayan.

Informasi terbaru pada tanggal 16 Januari 2021 yang lalu, 10 pendaki Nepal yang mayoritas berasal dari suku Sherpa berhasil mengukir sejarah baru dalam dunia pendakian sebagai manusia-manusia pertama yang berhasil mencapai puncak Gunung K2 pada periode musim dinginnya (winter), yang di tahun-tahun sebelumnya dikatakan sebagai sesuatu hal yang mustahil.

Berikut 6 Fakta tentang Sherpa, bukan hanya sekedar pemandu biasa pendakian Everest 

1. Sherpa adalah nama suku di Nepal

Desa Pangboche, Desa  yang terletak di ketinggian 3,985 mdpl   yang dihuni oleh suku Sherpa. Sumber gambar: wikimedia.org
Desa Pangboche, Desa  yang terletak di ketinggian 3,985 mdpl   yang dihuni oleh suku Sherpa. Sumber gambar: wikimedia.org

Melansir informasi dari laman cnn.com dalam artikelnya yang berjudul  "The Sherpa cheat sheet: 9 things you were embarrassed to ask" dituliskan bahwa kata Sherpa memiliki arti "orang-orang dari Timur" dan dilafalkan sebagai "syar-wa" oleh orang Sherpa sendiri. 

Di masa ratusan tahun yang lalu mereka adalah sekelompok orang yang bermigrasi dari Tibet Timur ke Nepal dan menetap di sana. Suku Sherpa menetap dan membangun komunitas di Lembah Solukhumbu Nepal dengan komunitas tertuanya ada di desa Pangboche. Lembah tersebut saat ini menjadi Taman Nasional dan desa tersebut menjadi titik awal untuk mendaki Gunung Everest.

Orang-orang Sherpa adalah "malaikat penjaga" pegunungan Himalaya yang memahami gunung tersebut karena hati dan jiwanya telah menyatu dengan alam pegunungan.. Bagi orang Sherpa puncak gunung tertinggi adalah rumah para Dewa sehingga mereka sangat menghormati gunung dan tidak menggunakan terminologi "menaklukkan" ketika melakukan pendakian.

2. Sherpa dikenal memiliki kemampuan fisik dan daya tahan tubuh yang luar biasa di ketinggian

Seorang Sherpa harus memastikan tali temali di rute pendakian yang akan dilalui kliennya terpasang dengan baik. Sumber gambar: whiztimes.com
Seorang Sherpa harus memastikan tali temali di rute pendakian yang akan dilalui kliennya terpasang dengan baik. Sumber gambar: whiztimes.com

Orang-orang Sherpa telah lama dikenal memiliki kemampuan fisik dan daya tahan tubuh yang luar biasa di ketinggian karena selama ratusan tahun genetika tubuh mereka telah beradaptasi untuk hidup di lingkungan yang berada di ketinggian yang jauh di atas rata-rata tempat tinggal manusia pada umumnya. Orang-orang Sherpa memiliki mutasi genetika yang membuat tubuh mereka memiliki metabolisme yang unik.

Dalam studi Profesor Andrew Murray dari Cambridge University sebagaimana dituliskan oleh Roland Peace dalam artikelnya di laman bbc.com yang berjudul " Lean-burn physiology gives Sherpas peak-performance" dijelaskan bahwa ada mutasi genetik yang membuat tubuh orang-orang Sherpa memiliki metabolisme yang lebih efisien dalam mengelola oksigen yang ada di tubuhnya.

Lebih lanjut Profesor Murray menjelaskan bahwa tubuh para pendaki biasanya beradaptasi dengan oksigen yang rendah dengan meningkatkan kadar sel darah merah dalam darah mereka sehingga kapasitas oksigen di tubuh mereka akan meningkat.  

Sebaliknya , orang-orang Sherpa memiliki darah yang lebih encer dengan hemoglobin yang lebih sedikit dan mengurangi kapasitas oksigen (hal ini memberikan keuntungan bahwa darah mereka mengalir lebih lancar dan  mengurangi tekanan pada jantung). 

Hal tersebut menunjukkan bukan berapa banyak oksigen yang anda punya tetapi apa yang bisa dilakukan dengan hal tersebut. Menurut studi tersebut Orang-orang Sherpa memiliki kinerja tubuh yang luar biasa di ketinggian Himalaya, ada sesuatu yang tidak biasa di fisiologi tubuh mereka.

3. Sherpa merupakan sahabat pendaki dan pemandu pendakian yang multifungsi 

Para pemandu Sherpa  menjadi bagian terpenting dalam proses pendakian menuju puncak Everest. Sumber gambar: www.thestatesman.com
Para pemandu Sherpa  menjadi bagian terpenting dalam proses pendakian menuju puncak Everest. Sumber gambar: www.thestatesman.com

Ketika musim pendakian Everest tiba banyak orang Sherpa yang bekerja untuk ekspedisi pendakian baik sebagai pemandu, porter,  juru masak di Everest base camp atapun pekerjaan-pekerjaan lain yang berkaitan dengan pendakian. 

Sebagai puncak dunia  Gunung Everest telah begitu terkenal dan pendakiannya menjadi ladang bisnis tersendiri. Sherpa menjadi terkenal setelah keberhasilan Sir Edmund Hilary menjadi manusia pertama yang menggapai puncak Everest di tahun 1953, dalam pendakiannya ia ditemani dan dipandu oleh seorang Sherpa bernama Tenzing Norgay. 

Setelahnya geliat bisnis pendakian Everest terus berkembang dan berbagai ekspedisi pendakian mempercayakan orang-orang Sherpa untuk memandu dan mengatur segala sesuatu untuk kelancaran pendakian para kliennya. 

Dalam artikel di laman bbc.com yang berjudul "Everest through the eyes of a Sherpa: 'Climbers need to wake up’ dituliskan bahwa untuk sekali musim pendakian seorang Sherpa elite bisa membawa pulang uang sejumlah USD 5,000 hingga USD 8,000 dari perkerjaan mengatur dan memandu kliennya menggapai puncak atap dunia. Banyak yang melakoni pekerjaan berbahaya ini karena mereka hanya memiliki pendidikan yang terbatas dan menyadari tidak banyak pilihan yang bisa dilakukan di sana.

Para Sherpa yang memandu dan  menemani para pendaki hingga ke tempat yang lebih tinggi atau bahkan hingga ke puncak adalah Sherpa-Sherpa elite yang telah memiliki keterampilan yang tinggi untuk bekerja di ketinggian. 

Mereka akan memastikan tali-temali dan infrastruktur lainnya di rute yang akan dilalui pendaki yang menjadi kliennya sudah terpasang dengan baik dan relatif aman untuk dilalui meski tidak bisa dijamin benar-benar 100 persen aman karena alam ekstrim di ketinggian sangat sulit untuk diprediksi dan cepat sekali berubah. 

Para Sherpa juga akan sekuat tenaga memastikan manajemen pendakian sehingga kliennya bisa sampai di puncak, namun mereka bisa juga memberikan masukan kepada pihak ekspedisi bahwa kondisi fisik klien pendakinya tidak memungkinkan untuk mencapai puncak. 

Saat ini mereka yang ke Everest tidak hanya pendaki-pendaki elite namun ada pula pendaki yang masih kurang pengalaman yang demi ambisinya ingin menggapai puncak Everest. Tidak akan ada ekspedisi pendakian tanpa kehadiran Sherpa di sana. Beberapa di antara para Sherpa bahkan telah memecahkan rekor telah beberapa kali sampai di puncak Gunung Everest ketika memandu para klien pendakiannya.

4. Tragedi yang menenimpa para Sherpa

Pekerjaan Sherpa merupakan salah satu pekerjaan yang berbahaya. Sumber gambar: Gurinder Osan/AP/  www.businessinsider.com/
Pekerjaan Sherpa merupakan salah satu pekerjaan yang berbahaya. Sumber gambar: Gurinder Osan/AP/  www.businessinsider.com/

Karena komersialisasi bisnis pendakian, Gunung Everest menjadi sangat ramai oleh para pendaki. Setidaknya hingga tahun 2018 telah telah ada lebih dari 4,000 pendaki yang mencapai puncak Everest dengan angka kematian sekitar 290-an orang, bahkan di tahun 2019  menurut situs wanadri.or.id pada bulan Mei 2019 sebanyak 885 pendaki berhasil menggapai puncak Everest sekaligus mencatatkan rekor pendakian terbanyak pada musim pendakian gunung tertinggi di dunia tersebut.

Cerita di Everest tidak hanya sekedar kesuksesan menggapai puncaknya saja tetapi juga terdapat kisah-kisah tragedi akibat bencana pendakian yang juga memakan korban jiwa para Sherpa. 

Salah satu malapetaka tersebut dikisahkan dalam artikel berjudul "This Year Capped The Deadliest 3-Year Period For Sherpas In Everest History" di laman businessinsider.com di mana pada tahun 2014 sebuah longsoran salju (Avalanche) menewaskan 16 orang Sherpa yang merupakan salah satu tragedi terburuk dalam sejarah Sherpa di pendakian Everest.

Menjadi pemandu pendakian adalah salah satu pekerjaan paling beresiko tinggi bagi orang-orang Sherpa. Dalam artikel karya Chip Brown  berjudul "Sherpas: The Invisible Men of Everest" dituliskan adalah sebuah fakta yang menyedihkan bahwa kematian para Sherpa dan pekerja gunung warga Nepal terus meningkat dari tahun ke tahun namun seolah tertutup  tanpa arti karena komersialisasi bisnis pendakian Everest itu sendiri. Kisah mereka tidak selalu menyenangkan terdapat pula sejumlah ketegangan yang terjadi karena keras kepalanya klien yang mereka pandu.

5. Orang Sherpa menjadi bagian dari sejarah baru dunia pendakian ketika Gunung K2 berhasil dipuncaki pada periode winternya di tahun 2021

Para pendaki Nepal, yang mayoritas suku Sherpa berhasil mencapai puncak gunung K2 saat periode winternya di tahun 2021 .Sumber gambar: Nimsdai/bbc.com
Para pendaki Nepal, yang mayoritas suku Sherpa berhasil mencapai puncak gunung K2 saat periode winternya di tahun 2021 .Sumber gambar: Nimsdai/bbc.com

Jika di masa lalu Sherpa hanya menjadi bagian dari bisnis pendakian Gunung Everest , pada tahun 2021  ini mereka mengukir sejarah baru dalam dunia pendakian. Pada tanggal 16 Januari 2021 lalu 10 orang pendaki Nepal yang mayoritas berasal dari suku Sherpa  menjadi manusia-manusia pertama yang berhasil menggapai puncak gunung K2 pada saat periode musim dingin  (winternya) yang ditahun-tahun sebelumnya dikatakan sebahai sesuaty yang mustahil untuk memuncaki K2 saat winter.

Setelah Gunung Nanga Parbat (8,125 mdpl) sebagai gunung ke-13 yang berhasil dipuncaki saat periode musim dinginnya (winter) di tahun 2016, hanya tersisa K2 sebagai satu-satunya gunung yang tergabung dalam "The fourteen of eight thousanders" yang belum berhasil dipuncaki saat periode winternya setidaknya hingga tahun 2020. 

Hingga tahun 2020 sejumlah upaya pendakian winter K2 dilakukan oleh sejumlah pendaki elite dunia namun tidak ada satupun yang sanggup mencapai puncak K2 saat periode musim dinginnya hingga akhirnya pada tanggal 16 Januari 2021 lalu para pendaki Nepal tersebut mampu mencapai puncaknya dan mengukir sejarah baru dalam dunia pendakian. Jika di masa lalu para pendaki elite Polandia seringkali mencatatkan rekor first winter ascent namun kali ini seolah-olah Gunung K2 ingin memberi pride tersebut hanya kepada para pendaki Nepal dan orang-orang Sherpa untuk menjadi yang pertama dalam menggapai puncaknya saat winter.

6. Masa depan orang-orang Sherpa

Meskipun Gunung Everest ramai didatangi oleh orang-orang dari luar negeri untuk melakukan pendakian dan juga memberikan manfaat ekonomi untuk orang-orang Sherpa namun tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan dan kehidupan orang Sherpa masih rendah meskipun ada sejumlah orang-orang Sherpa bernasib baik yang memiliki pendidikan tinggi dan hidup lebih baik di luar negeri.  Pada akhirnya mereka yang putus sekolah pasti akan mendaki gunung untuk melanjutkan penghidupannya karena tidak ada pilihan lain.   

Sebagai penutup tulisan ini, berikut video pendek dari kanal youtube national Geographic  yang mengisahkan seorang Sherpa bernama Apa Sherpa yang memegang rekor 21 kali mencapai puncak Everest namun berharap tidak ada yang akan mengikuti dirinya. Ia mengusahakan pendidikan anak-anak di Nepal agar mereka dapat mengejar impiannya. 

Bahwa dengan pendidikan, anak-anak di Nepal akan memiliki banyak pilihan  untuk masa depannya. Bagi Apa Sherpa keindahan sejati Nepal tidak terdapat dalam gunung-gunungnya tetapi dalam orang-orang yang hidup dalam bayangannya diantara keheningan mistis dan kemegahan serta keindahan alam pegunungan Himalaya.


Referensi:

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun